Sunday, January 10, 2021

BANGSA JANGKRIK

OLEH: MUHAMMAD PLATO

Salah satu bangsa Jangkrik adalah merasa bahwa penjajahan adalah akibat ulah manusia yang menjajah manusia lain. Bangsa jangkrik selalu merasa bahwa dirinya adalah korban dari bangsa lain. Mental inferior menjadi penyebab sebuah bangsa menjadi bangsa jangkrik selama-lamanya.

Jangkrik adalah binatang kecil yang nasibnya selalu menjadi mangsa dan hiburan makhluk lain. Jangkrik diternak dikembangbiakkan, kemudian dijual untuk jadi pakan atau umpan untuk makhluk lain. Jangkrik juga dipelihara, diberi makan, untuk kemudian diadukan dengan jangkrik lain untuk sekedar hiburan. Jangkrik malang selalu jadi objek untuk kepentingan makhluk lain.

Jangkrik bunyinya nyaring, berbunyi ketika malam hari. Bunyinya membuat senang dan mengundang makhluk lain untuk memangsa. Sekalipun nyaring bunyinya, Jangkrik tidak jadi pengendali makhluk lain. Kemampuan jangkrik hanya berbunyi dan berbunyi. Jangkrik terus berbunyi nyaring tanpa disadari bahwa dirinya sedang diincar mangsa. Semakin nyaring berbunyi semakin menarik para pemangsa untuk memilikinya. Jangkrik selalu berisik dan berhenti ketika ada yang menggertak.

Sekalipun bunyinya nyaring dan sering berbunyi jangkrik tidak membuat dihormati dan ditakuti dihadapan bangsa lain. Jangkrik tidak pernah menyadari bahwa karena sering berbunyi menyebabkan dirinya selalu diketahui posisi dan keberadaannya. Jangkrik tidak menyadari karena bunyinyalah dirinya selalu berhasil ditangkap.

Jangkrik tampil menjadi kesatria tetapi lupa dirinya sedang dalam arena gladiator. Jangkrik bertempur mati-matian tetapi tidak sadar dia sedang dalam adu taruhan makhluk lain. Jangkrik tidak sadar bahwa dia sedang betempur melawan bangsanya sendiri. Jangkrik teriakannya lantang merasa sedang membela kebenaran, tetapi tidak sadar sedang menyebar kengerian dan kesedihan di tengah malam. Teriakan jangkrik tidak membuat dirinya terhormat tetapi hanya mengundang decak kagum makhluk lain, bahwa Jangkrik miliknya mengalahkan suara jangkrik lainnya.

Jangkrik selalu berada di atas kendali pemiliknya. Setelah sengit bertempur dengan tujuan tidak jelas, Jangkrik kembali masuk kandang kecil atau jadi pakan ternak. Jangkrik hanya berusaha tampil memesona dihadapan makhluk lain dengan mengembang-ngembangkan sayapnya. Jangkrik tidak mengenal kondisi dan situasi, setiap ada keleluasaan dan kebebasan, Jangkrik gunakan kesempatan untuk berbunyi nyaring memecah sunyi. Sekalipun suaranya jelas tapi tidak mengubah dirinya, dia tetap saja Jangkrik.

Teriak-teriak di tengah kedamaian malam sunyi adalah tingkah laku Jangkrik. Bangsa Jangkrik hanya bisa teriak dari dekat sarang dan kelompoknya. Jangkrik hanya bisa meloncat ketika ada bahaya mengancam, dan loncatannya tidak membuat dirinya maju tapi mundur. Jangkrik meloncat mundur, dan selalu berpikir mundur ketika ada serangan dan tantangan.

Senyaring-nyaringnya Jangkrik berteriak, tetap saja hidup Jangkrik di bawah kendali makhluk lain. Teriakan Jangkrik hanya retorika yang tidak pernah berbuat dan menjadikan dirinya ksatria. Jangkrik adalah makhluk yang nasibnya selalu tragis karena adu jangkrik. Jangkrik selalu sibuk bertempur dengan sesama. Bangsa Jangkrik adalah bangsa inferior yang selalu termakan isu-isu rencana besar makhluk lain. Bangsa Jangkrik selalu larut di atas rencana besar bangsa lain, dan tidak pernah punya rencana besar untuk bangsanya.

Jangkrik yang baik adalah Jangkrik yang menyadari sekalipun dirinya kecil dia harus punya rencana besar untuk umat manusia bukan hanya untuk diri dan bangsanya. Logika jangkrik yang baik dipandu oleh Tuhan Yang Maha Esa.

“Dan merekapun merencanakan makar dengan sungguh-sungguh dan Kami merencanakan makar (pula), sedang mereka tidak menyadari”. (An Naml, 27:50).

Jangkrik yang baik adalah Jangkrik Superior, Jangkrik yang punya kekuatan mengalahkan kekuatan besar sekalipun dirinya kecil. Jangkrik yang baik adalah yang memiliki pasukan kecil namun bisa mengalahkan pasukan besar. Hidup Jangkrik! Wallahu’alam.  

SIAPA BERMENTAL INFERIOR?

 OLEH: MUHAMMAD PLATO

Keberhasilan pertama dari negara-negara Superior adalah merasa dirinya sebagai bangsa superior. Mentalitas ini sekalipun mereka miliki secara berlebihan tetapi dengan kolektif memori mereka sebagai superior dari waktu ke waktu mereka selalu menjadi pengendali dunia dan bahan perbincangan dunia. Mental superior telah membangun kepercayaan pada diri sendiri dan selalu memotivasi untuk menjadi bangsa terbaik di muka bumi.

Bagi siapapun membaca Al-Qur’an, Allah mengajarkan kepada umat manusia untuk menjadi umat Superior. Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka; di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik” (Ali Imran, 03:110).

Mental superior selalu membicarakan rencana-rencana bukan hanya untuk dirinya dan kelompok, tetapi untuk umat manusia. Mental superior selalu mengambil langkah-langkah kecil untuk mewujudkan mimpi besarnya. Mental superior selalu bertekad kuat apa yang direncanakannya harus bisa diwujudkan.

Sebaliknya, mental ninferior dimiliki oleh orang yang selalu membaca rencana besar orang lain, dan tidak pernah punya rencana besar.  Mental inferior dimiliki oleh bangsa yang selalu membaca rencana besar bangsa-bangsa lain. Mental inferior selalu merasa dirinya menjadi objek dari rencana besar orang lain. Pembicaraannya selalu terkait rencana-rencana besar orang atau bangsa lain.

Mental inferior selalu merasa menjadi objek rencana besar orang atau bangsa lain, hingga hidupnya menjadi tidak tenang karena merasa dikendalikan, dibyang-bayangi, dan terancam oleh rencana-rencana besar orang atau bangsa lain. Mental inferior menjadi sebab sebuah bangsa tumbuh menjadi bangsa busa yang mudah terhempas karena terpaan air selokan.

Bangsa-bangsa inferior selalu menulis dalam sejarahnya bahwa penyebab penjajahan adalah adu domba yang dilakukan oleh bangsa superior. Sejarah bangsa ditulis untuk mengutuk dan menghujat bangsa-bangsa superior yang telah menjajahnya. Sementara bangsa Superior menulis sejarah untuk membangun kebanggaan pada generasi penerusnya sebagai bangsa untuk melanjutkan superioritasnya di muka bumi. Bangsa Inferior sibuk mencari-cari kesalahan dan kelemahan bangsa lain sebagai dasar untuk dihina, dibenci, dan dicaci maki. Sementara bangsa Superior sibuk mencari kelemahan-kelemahan bangsa inferior untuk dikuasai, diduduki, dan dikendalikan.

Jika Allah memerintahkan kita untuk menjadi bangsa Superior, mengapa kita tidak membicarakan rencana-rencana besar kita dan bangsa ini untuk menguasai dunia? Mengapa kita harus larut dengan rencana-rencana besar orang lain atau bangsa lain? Jika bangsa lain berencana menguasai dunia, bangs akita harus punya rencana besar untuk menguasai dunia. Sikap dan mentar superior sebagai Allah ajarkan harus terpelihara dan menjadi kolektif memori bangsa. Rencana besar bangsa untuk dunia harus jadi obrolan masyarakat di warung kopi, kendaraan umum, diskusi ilmiah, pengembangan teknologi, dan penelitian-penelitian.

Tanda mental inferior pembicaraannya hanya membaca ancaman-ancaman besar dari luar seperti ancaman dajjal, elit global, zionisme, dan iluminati.  Hasil dari pembicaraannya adalah kecewa, rasa takut, curiga, permusuhan, rasa tak berdaya, dan putus asa. Pembicaraan tentang ancaman dajjal, elit global, zionisme, iluminati, terus disebar luaskan melalui media informasi dan dibahas oleh orang-orang mulai tukang beca sampai ilmuwan dan agamawan. Berita-berita horor ini terus disebarluaskan sampai masuk alam bawah sadar sebuah bangsa, hingga pikiran manusia-manusia yang ada dalam bangsa itu menjadi tawanan dan tertekan hingga masuk menjadi bangsa bermental inferior. Inilah penjajahan mental secara halus terus-menerus terjadi pada manusia-manusia yang sudah kadung bermental inferior.

Saatnya kita tampil sebagai manusia, bangsa dengan rencana-rencana besar untuk kehidupan manusia di dunia. Di bawah bimbingan Tuhan Yang Esa, rencana besar itu adalah mempersatukan seluruh dunia untuk menyembah satu Tuhan yaitu Allah swt. Rencana besar ini pernah dimiliki oleh bangsa Indonesia dengan konsep Bhineka Tunggal Ika. Konsep Bhineka Tunggal Ika bukan hanya untuk kehidupan berbangsa bernegara dalam suatu wilayah bangsa, tetapi untuk mempersatukan kehidupan bangsa-bangsa di dunia. Sumpah Palapa bukan untuk mempersatukan manusia dalam satu negara, tetapi untuk mempersatukan negara-negara di dunia. Inilah dasar historis dan religius rencana besar bangsa Indonesia yang harus jadi kolektif memori bangsa untuk menjadi bangsa Superior. Dimana ini harus diajarkan? Di sekolah.

“Jika Tuhanmu menghendaki, tentu Dia menjadikan manusia umat yang satu, tetapi mereka senantiasa berselisih pendapat”.  (Huud, 11:118). Inilah usaha mental yang harus kita bangun dari bangsa ini. Jika kita beriman kepada Allah, kita harus bermental Superior. Wallahu’alam.

Saturday, January 2, 2021

TIDAK DIIMANI PUN, HUKUM TUHAN PASTI TERJADI

 OLEH: MUHAMMAD PLATO

Banyak orang mengatakan, bagi yang percaya dan beriman, “jika kita berbuat baik maka akan berbalas kebaikan dan jika berbuat kejahatan maka akan berbalas kejahatan”.  Awam berpandangan bahwa terjadinya ketentuan hukum di atas jika kita percaya atau beriman kepada ketetapan hukum di atas. Dengan pandangan seperti ini banyak orang mengabaikan berlakunya ketetapan hukum ini.

Penulis perlu menjelaskan bahwa yang menetapkan hukum bahwa kebaikan berbalas kebaikan dan keburukan berbalas keburukan adalah Tuhan. Mungkin pembaca bertanya kepada saya, “dari mana Anda tahu bahwa itu hukum Tuhan? Anda kan tidak komunikasi dengan Tuhan dan Anda juga bukan Tuhan.

Jawaban saya adalah “saya mengetahui bahwa kebaikan akan dibalas kebaikan dan keburukan akan dibalas keburukan dari kitab suci Al-Qur’an”. Kitab suci Al-Qur’an adalah firman Tuhan yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW.  Tuhan melalui Jibril telah berkomunikasi dengan Nabi Muhammad SAW menyampaikan ayat-ayat Al-Qur’an sebagai lisan Tuhan. Jadi seluruh isi Al-Qur’an adalah lisan Tuhan, ketetapan Tuhan, Takdir-takdir Tuhan, hukum-hukum Tuhan, pola-pola pikir atau logika Tuhan.  

Mungkin ada pertanyaan selanjutnya dari pemirsa, “dari mana  bisa tahu bahwa Al-Qur’an adalah firman Tuhan?” Untuk membenarkan Al-Qur’an sebagai firman Tuhan dibutuhkan akal sehat yang tidak terkungkung oleh egoisme dan prasangka buruk karena pengaruh lingkungan. Untuk menguji apakah Al-Qur’an firman Tuhan, posisi nalar harus dalam posisi nol dalam arti tidak memiliki kepentingan apa-apa kecuali ingin membuktikan apakah Al-Qur’an firman Tuhan atau bukan.

Kebenaran Al-Qur’an dapat diuji melalui filsafat, ilmu-ilmu logika, ilmu alam, ilmu tumbuhan atau hewan, dan ilmu sosial. Seluruh ayat Al-Qur’an mengandung kebenaran nyata. Namun karena keterbatasan akal manusia, ada ayat ayat yang sudah terbukti dan ada ayat-ayat yang belum terbukti karena keterbatasan akal dan pengetahuan manusia. Seiring dengan waktu, dan keuletan manusia dalam memahami dan mengembangkan ilmu, ayat-ayat Al-Qur’an akan terus membuktikan bahwa Al-Qur’an adalah firman Tuhan.

Salah satu bukti bahwa Al-Qur’an firman Tuhan adalah Al-Qur’an mampu mengabarkan informasi di masa lalu dan mengabarkan informasi di masa mendatang padahal Nabi Muhammad SAW penerima wahyu yang tidak hidup di masa lalu sesuai informasi yang diungkap Al-Qur’an dan dan tidak hidup di masa depan sebagaimana informasi yang disampaikan Al-Qur’an.

Nabi Muhammad SAW menerima wahyu pada usia 40 tahuan. Nabi Muhammad SAW lahir tahun 570 M. Jika pada usia 40 tahun Nabi Muhammad SAW menerima wahyu, maka diperkirakan tahun itu adalah tahun 610 M. “Nabi Musa diperkirakan hidup tahun 1527 SM”. (https://manado.tribunnews.com). Ini berarti jarak antara Nabi Musa dan Nabi Muhammad adalah 2097 tahun. Dalam rentang waktu 2097-an tahun Nabi Muhammad SAW yang dikabarkan tidak bisa membaca dan menulis, bisa mengetahui kejadian 2097 tahun yang lalu dari wahyu AL-Qur’an. Pada saat itu belum ada arkeolog atau sejarawan yang bisa menghitung atau meneliti tentang kisah Nabi Musa yang hidup 2097 tahun yang lalu. Padahal informasi yang disampai di dalam Al-Qur’an termasuk detail karena menyangkut prilaku dan situasi batin Ibunya Nabi Musa.

“Dan Kami ilhamkan kepada ibu Musa; "Susuilah dia, dan apabila kamu khawatir terhadapnya maka jatuhkanlah dia ke sungai. Dan janganlah kamu khawatir dan janganlah bersedih hati, karena sesungguhnya Kami akan mengembalikannya kepadamu, dan menjadikannya dari para rasul.” (Al Qashash, 84:7).

Selanjutnya Einstein lahir 1879 M. Jarak antara Nabi Muhammad SAW dengan Eisntein adalah 1269 tahun.  Einstein dianggap orang pertama yang mempopulerkan tentang teori relativitas waktu. Artinya waktu bisa mengalami perbedaan tergantung pada ruang dan tempat yang kita tempati. Waktu di puncak gunung bergerak lebih cepat dibanding gerak waktu di lembah. Teori ini diketahui setelah 1269 tahun setelah Nabi Muhammad SAW menerima wahyu.

“Dan mereka meminta kepadamu agar adzab itu disegerakan, padahal Allah sekali-kali tidak akan menyalahi janji-Nya. Sesungguhnya sehari di sisi Tuhanmu adalah seperti seribu tahun menurut perhitunganmu.” (Al Hajj, 22:47).

Jika kita gunakan akal sehat , Nabi Muhammad SAW menerima wahyu Al-Qur’an yang isinya mengetahui informasi dua ribuan tahun yang lalu dan mengetahui ribuan tahun yang akan datang. Fakta ini bisa jadi bukti bahwa apa yang diterima Nabi Muhammad SAW adalah wahyu dari Tuhan, dan Nabi Muhammad SAW sendiri adalah utusan Tuhan.

Tidak perlu banyak bukti untuk meyakini Al-Qur’an sebagai lisan Tuhan, karena sedikit demi sedikit apa yang dikabarkan dalam Al-Qur’an akan terbukti kebenarannya. Juga diyakini atau tidak, kebaikan sudah pasti dibalas kebaikan dan keburukan dibalas keburukan. Itulah ketetapan Tuhan yang pasti. Orang percaya mau tidak, tidak akan mengubah hukum itu terjadi. Orang beriman akan mengalami hukum ini, dan orang tidak beriman akan menerima hukum ini. Jika ada orang membantahnya dan tidak percaya itu logika Tuhan,  bagi penulis itu kabar gembira karena kelak yang tidak menerima kebenaran Tuhan akan mendapat hukuman setimpal. Wallahu’alam. 

TUHAN KU TUHAN

 OLEH: MUHAMMAD PLATO

Membaca sebuah buku berjudul “tuhannya Para Filsuf dan Ilmuwan” saya tersadar bahwa selama ini, keimanan para filsuf dan ilmuwan bukan kepada Tuhan tapi kepada manusia-manusia terdahulu yang sudah lebih dahulu mengemukakan pemikiran. Naskah-naskah buku filsafat dan keilmuan dikatakan shahih jika memiliki sandaran pada pemikiran manusia terdahulu. Para pemikir-pemikir terhadahulu seperti tuhan-tuhan yang menentukan pola berpikir dan tindakan yang harus dilakukan para filsuf dan ilmuwan.

Tuhan adalah pemilik kekuasaan yang mendominasi hati, pikiran dan prilaku manusia. Tuhan pemilik segala tindakan-tindakan yang dilakukan oleh manusia. Tuhan adalah pemilik takdir-takdir yang tidak mengalami perubahan. Tuhan menentukan dan menetapkan ukuran terjadinya dan terciptanya sesuatu.

Pengakuan manusia kepada Tuhan ditentukan bukan pada kegiatan-kegiatan ritual keagamaan belaka, tetapi dibuktikan pada seluruh tindakan hidupnya merupakan tindakan-tindakan yang telah dikehendaki Tuhan. Tindakan manusia dimulai dari pola pikir dan paradigma yang dibangun. Dalam ajaran agama, pola pikir yang melandasi tindakan adalah niat-niat yang mendahului setiap tindakan.

Allah kelak di akhirat membangkitkan manusia berdasarkan pada niat-niat yang ada dalam pola pikirnya ketika melaksanakan tindakan. Filsuf dan ilmuwan mengawali segala tindakannya berdasarkan pendapat, teori dari filsuf dan ilmuwan terdahulu. Dapat diprediksi bahwa seluruh tindakan para filsuf dan ilmuwan adalah teori-teori manusia terdahulu. Pemikir-pemikir terdahulu menjadi tuhan-tuhannya para filsuf dan ilmuwan.

Celakanya, pola pikir seperti filsuf dan ilmuwan digunakan dalam mengembangkan ilmu keagamaan. Para pendakwah kelak mengemukakan pendapatnya berdasarkan pendapat-pendapat imam terdahulu. Bahkan kebenaran pendapat dalam beragama harus sama dengan pendapat imam terdahulu. Ukuran kebenaran menjadi bukan pada sumber kebenaran ajaran agama tetapi pendapat para imam terdahulu. Imam-imam terdahulu telah menjadi tuhan-tuhan para penganut agama.

Selain itu, ada pendakwah yang merujukkan kebenaran pendapatnya berdasarkan aliran yang dianutnya. Pendapat-pendapat dari aliran di luar alirannya dianggap salah dan sesat. Semua pendapatnya di dalam beragama harus diseleksi berdasarkan pendapat-pendapat yang memang dikemukakan oleh imam dalam satu garis aliran. Aliran-aliran dalam agama telah menjadi tuhan-tuhan para penganut agama yang fanatik pada alirannya.

Nabi Muhammad saw hanya meninggalkan kitabullah dan sunnahnya. Sumber kebenaran yang harus menjadi rujukan dalam setiap tindakan adalah ajaran agama di dalam kitab suci Al-Qur’an dan Sunnahnya. Manusia hanya bisa berkomunikasi dengan Allah melalui kitab suci Al-Qur’an. Segala informasi yang disampaikan di dalam Al-Qur’an adalah dialog antara makhluk dan Pencipta. Al-Qur’an mengandung pola pikir dan niat-niat sang Pencipta dalam menciptakan segala tindakan dan kejadian di muka bumi.

“Hanya kepada Allah-lah sujud segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan kemauan sendiri atau pun terpaksa bayang-bayangnya di waktu pagi dan petang hari.” (Ar’rad, 13:15)

Manusia diciptakan berdasarkan rupa Tuhan, menjadi bayangan Tuhan yang segala tindakannya mengikuti apa-apa yang dilakukan oleh Pemilik Bayangan. Segala niat, pola pikir, kecnderungan hati, manusia mengikuti Pemilik Bayangan. Manusia-manusia yang hati dan pikirannya mengikuti Pemilik Bayangan adalah mereka yang berTuhan kepada Tuhan penciptanya.     

“Apakah kamu tidak memperhatikan  Tuhanmu, bagaimana Dia memanjangkan bayang-bayang; dan kalau dia menghendaki niscaya Dia menjadikan tetap bayang-bayang itu, kemudian Kami jadikan matahari sebagai petunjuk atas bayang-bayang itu,” (Al Furqaan, 25:45).

Jika manusia memahami Al-Qur’an maka pertanggungjawabannya langsung kepada Tuhan. Membenarkan pemahaman Al-Qur’an atas dasar kesamaan pada imam yang telah lebih dulu seolah-olah sebagai pemilik kebenaran adalah pembelokkan tauhid. Imam-imam terdahulu hanya menyampaikan pemikiran secara informatif untuk membantu mengenal siapa Tuhan yang harus ditaati, mereka tidak punya hak mengklaim, dan tidak pernah berpendapat bahwa pendapatnya adalah kebenaran mutlak. Manusia-manusia kurang akallah yang menjadikan imam-imam terdahulu dan aliran seolah-olah sebagai pemilik mutlak kebenaran. Wallahu’alam. 

Friday, January 1, 2021

SUKARNO DAN PIKIRAN GLOBAL ISLAM

OLEH: MUHAMMAD PLATO

Sukarno adalah sosok pribadi unik. Dalam dirinya mengalir darah seorang seniman, nasionalis, sosialis, agamis, dan melankolis. Hanya satu yang tidak dimiliki, yaitu dia bukan seorang kapitalis atau komunis. Sukarno adalah sosok multitalenta dan cocok dikatakan sebagai sosok berkarater entrepreneur sebagai teladan anak-anak muda di abad ke-21. Mewakili seorang muslim Sukarno layak dijadikan sebagai salah satu tokoh pemikir atau cendekiawan muslim berpengaruh di dunia. Pemikiran-pemikiran Sukarno yang bersumber dari Al-Qur’an dan Hadis shahih dapat membuka peradaban umat Islam di Indonesia dan dunia.

Keberanian Sukarno dalam beragama Islam adalah manafsir Al-Qur’an melalui pintu ijtihad. Bagi Sukarno ajaran Islam membawa misi kepada penganutnya untuk menjadi umat yang satu dalam satu naungan satu Tuhan. Revolusi yang dilakukan Nabi Muhammad saw adalah membalikkan keyakinan masyarakat dari banyak Tuhan (Politeis) kembali ke keyakinan agama Ibrahim AS, yaitu agama satu Tuhan (Monoteis).

Arifin, (2017, hlm. 33), menjelaskan Islam sebagai ajaran global (universal) diperkenalkan oleh Sukarno pada saat sidang umum PBB ke-15 tanggal 30 September 1960. Sukarno tampil dengan didampingi ajudan, sekalipun melanggar protokoler sidang PBB. Namun Sukarno tidak mau dikekang, ekpresif, dan kontroversial, penampilan Sukarno dengan ajudan membuat sidang menjadi heboh. Di tengah kehebohan itu, Sukarno menggugat tatanan dunia yang hanya terpolarisasi menjadi dua pandangan ideologi kapitalis dan komunis. Lalu Sukarno mengeluarkan isi pidato dengan mengutif ayat Al-Qur’an:

“Hai, sekalian manusia, sesunguhnya Aku telah menjadikan kamu sekalian dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, sehingga kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku, agar kamu sekalian kenal mengenal satu sama lain. Bahwasanya yang lebih mulia di antara kamu sekalian, ialah yang lebih takwa kepada Ku. (Al Hujurat, 49:13).  

Inilah ajaran global dari Islam. Mengajarkan tentang adanya perbedaan suku dan bangsa, namun memerintahkan hidup berdampingan tanpa saling menindas. Kolonialisme dan imperialisme sangat bertentangan ajaran Islam. Imperialisme dan kolonialisme adalah ajaran penindasan terhadap suku dan bangsa dengan membawa kebencian dan merendahkan umat manusia satu sama lain. Islam mengajarkan bahwa kemuliaan manusia tidak terletak pada suku, bangsa, atau keturunan, melainkan pada ketaatannya (ketakwaan) kepada satu Tuhan. Jadi siapapun manusianya, dari manapun suku dan bangsanya, semua berkedudukan sama. Manusia apapun warnanya, dan bagaimanpun rupanya, dia hanya seongok daging dan tulang, tidak ada bedanya dengan binatang. Namun ketaatan manusia kepada intisari ajaran-ajaran Tuhan tentang Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusian, persatuan, permusyawaratan, dan keadilan sosial adalah kemuliaan bagi manusia, siapapun manusianya.  

Sukarno memperkenalkan Pancasila sebagai ideologi alternatif dunia yang sudah terpecah menjadi golongan kapitalis dan komunis. Pancasila adalah buah ijtihad Sukarno para ulama serta tokoh bangsa dalam memahami ajaran-ajaran Islam dari dalam Al-Qur’an. Melalui ijtihadnya Sukarno berhasil memperkenalkan Islam di pentas dunia sebagai ideologi alternatif di saat dunia terjebak konflik oleh kehadiran kapitalis dan komunis.

Globalisasi infromasi melalui teknologi adalah implementasi dari “lita ‘arafu” dalam arti kata perintah saling mengenal yang dikabarkan di dalam Al-Qur’an surat Al-Hujurat ayat 13. Tanpa melihat siapa yang menciptakan teknologinya, Islam menaungi seluruh pemikiran baik yang dikemukakan oleh umat manusia. To Build The World A New Order sesungguhnya ijtihad Sukarno dalam memperkenalkan ajaran Islam di tataran dunia global.

Dalam memahami ajaran global dari Al-Qur’an, Sukarno mengungkapkan “never leave history” sebagaimana Abraham Lincoln berkata “one can not escape from history”. Tidak ada satu orang manusia pun yang dapat lari dari hukum sejarah. Siapa berbuat jahat dia akan menerima kejahatan itu, dan siapa berbuat baik dia akan menerima kebaikan itu, itulah hukum sejarah. Kisah Fir'aun yang disisakan tubuhnya oleh Allah dapatlah kiranya ini pesan dari Allah di dalam Al-Qur’an bahwa sejarah memiliki peranan penting dalam hidup manusia agar manusia dapat memahami hukum-hukum global kehidupan yang berlaku sejak dahulu sampai sekarang sebagai pelajaran.

Ijthad menjadi pintu gerbang bagi manusia yang mau belajar dari Sejarah sebagaimana diperingatkan di dalam Al-Qur’an. “Sesunguhnya dalam kisah-kisah (sejarah) itu terdapat pelajaran bagi orang-orang yang memiliki akal (Yusuf, 12:111). Sekitar dua pertiga isi Al-Qur’an disajikan dalam bentuk kisah. (Arifin, 2017, hlm. 53). Keberadaan akal manusia sebagai alat berijtihad menjadi kunci yang berperan bagi kehidupan manusia yang mau belajar dari sejarah. Dan melalui pintu ijtihad Al-Qur’an akan terus menjiwai pikiran zaman.  Melalui pintu ijtihad Al-Qur’an akan tetap menjadi hati dan pikiran umat Islam dan umat manusia di seluruh penjuru dunia. Wallahu’alam.