Saturday, January 2, 2021

TIDAK DIIMANI PUN, HUKUM TUHAN PASTI TERJADI

 OLEH: MUHAMMAD PLATO

Banyak orang mengatakan, bagi yang percaya dan beriman, “jika kita berbuat baik maka akan berbalas kebaikan dan jika berbuat kejahatan maka akan berbalas kejahatan”.  Awam berpandangan bahwa terjadinya ketentuan hukum di atas jika kita percaya atau beriman kepada ketetapan hukum di atas. Dengan pandangan seperti ini banyak orang mengabaikan berlakunya ketetapan hukum ini.

Penulis perlu menjelaskan bahwa yang menetapkan hukum bahwa kebaikan berbalas kebaikan dan keburukan berbalas keburukan adalah Tuhan. Mungkin pembaca bertanya kepada saya, “dari mana Anda tahu bahwa itu hukum Tuhan? Anda kan tidak komunikasi dengan Tuhan dan Anda juga bukan Tuhan.

Jawaban saya adalah “saya mengetahui bahwa kebaikan akan dibalas kebaikan dan keburukan akan dibalas keburukan dari kitab suci Al-Qur’an”. Kitab suci Al-Qur’an adalah firman Tuhan yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW.  Tuhan melalui Jibril telah berkomunikasi dengan Nabi Muhammad SAW menyampaikan ayat-ayat Al-Qur’an sebagai lisan Tuhan. Jadi seluruh isi Al-Qur’an adalah lisan Tuhan, ketetapan Tuhan, Takdir-takdir Tuhan, hukum-hukum Tuhan, pola-pola pikir atau logika Tuhan.  

Mungkin ada pertanyaan selanjutnya dari pemirsa, “dari mana  bisa tahu bahwa Al-Qur’an adalah firman Tuhan?” Untuk membenarkan Al-Qur’an sebagai firman Tuhan dibutuhkan akal sehat yang tidak terkungkung oleh egoisme dan prasangka buruk karena pengaruh lingkungan. Untuk menguji apakah Al-Qur’an firman Tuhan, posisi nalar harus dalam posisi nol dalam arti tidak memiliki kepentingan apa-apa kecuali ingin membuktikan apakah Al-Qur’an firman Tuhan atau bukan.

Kebenaran Al-Qur’an dapat diuji melalui filsafat, ilmu-ilmu logika, ilmu alam, ilmu tumbuhan atau hewan, dan ilmu sosial. Seluruh ayat Al-Qur’an mengandung kebenaran nyata. Namun karena keterbatasan akal manusia, ada ayat ayat yang sudah terbukti dan ada ayat-ayat yang belum terbukti karena keterbatasan akal dan pengetahuan manusia. Seiring dengan waktu, dan keuletan manusia dalam memahami dan mengembangkan ilmu, ayat-ayat Al-Qur’an akan terus membuktikan bahwa Al-Qur’an adalah firman Tuhan.

Salah satu bukti bahwa Al-Qur’an firman Tuhan adalah Al-Qur’an mampu mengabarkan informasi di masa lalu dan mengabarkan informasi di masa mendatang padahal Nabi Muhammad SAW penerima wahyu yang tidak hidup di masa lalu sesuai informasi yang diungkap Al-Qur’an dan dan tidak hidup di masa depan sebagaimana informasi yang disampaikan Al-Qur’an.

Nabi Muhammad SAW menerima wahyu pada usia 40 tahuan. Nabi Muhammad SAW lahir tahun 570 M. Jika pada usia 40 tahun Nabi Muhammad SAW menerima wahyu, maka diperkirakan tahun itu adalah tahun 610 M. “Nabi Musa diperkirakan hidup tahun 1527 SM”. (https://manado.tribunnews.com). Ini berarti jarak antara Nabi Musa dan Nabi Muhammad adalah 2097 tahun. Dalam rentang waktu 2097-an tahun Nabi Muhammad SAW yang dikabarkan tidak bisa membaca dan menulis, bisa mengetahui kejadian 2097 tahun yang lalu dari wahyu AL-Qur’an. Pada saat itu belum ada arkeolog atau sejarawan yang bisa menghitung atau meneliti tentang kisah Nabi Musa yang hidup 2097 tahun yang lalu. Padahal informasi yang disampai di dalam Al-Qur’an termasuk detail karena menyangkut prilaku dan situasi batin Ibunya Nabi Musa.

“Dan Kami ilhamkan kepada ibu Musa; "Susuilah dia, dan apabila kamu khawatir terhadapnya maka jatuhkanlah dia ke sungai. Dan janganlah kamu khawatir dan janganlah bersedih hati, karena sesungguhnya Kami akan mengembalikannya kepadamu, dan menjadikannya dari para rasul.” (Al Qashash, 84:7).

Selanjutnya Einstein lahir 1879 M. Jarak antara Nabi Muhammad SAW dengan Eisntein adalah 1269 tahun.  Einstein dianggap orang pertama yang mempopulerkan tentang teori relativitas waktu. Artinya waktu bisa mengalami perbedaan tergantung pada ruang dan tempat yang kita tempati. Waktu di puncak gunung bergerak lebih cepat dibanding gerak waktu di lembah. Teori ini diketahui setelah 1269 tahun setelah Nabi Muhammad SAW menerima wahyu.

“Dan mereka meminta kepadamu agar adzab itu disegerakan, padahal Allah sekali-kali tidak akan menyalahi janji-Nya. Sesungguhnya sehari di sisi Tuhanmu adalah seperti seribu tahun menurut perhitunganmu.” (Al Hajj, 22:47).

Jika kita gunakan akal sehat , Nabi Muhammad SAW menerima wahyu Al-Qur’an yang isinya mengetahui informasi dua ribuan tahun yang lalu dan mengetahui ribuan tahun yang akan datang. Fakta ini bisa jadi bukti bahwa apa yang diterima Nabi Muhammad SAW adalah wahyu dari Tuhan, dan Nabi Muhammad SAW sendiri adalah utusan Tuhan.

Tidak perlu banyak bukti untuk meyakini Al-Qur’an sebagai lisan Tuhan, karena sedikit demi sedikit apa yang dikabarkan dalam Al-Qur’an akan terbukti kebenarannya. Juga diyakini atau tidak, kebaikan sudah pasti dibalas kebaikan dan keburukan dibalas keburukan. Itulah ketetapan Tuhan yang pasti. Orang percaya mau tidak, tidak akan mengubah hukum itu terjadi. Orang beriman akan mengalami hukum ini, dan orang tidak beriman akan menerima hukum ini. Jika ada orang membantahnya dan tidak percaya itu logika Tuhan,  bagi penulis itu kabar gembira karena kelak yang tidak menerima kebenaran Tuhan akan mendapat hukuman setimpal. Wallahu’alam. 

No comments:

Post a Comment