Monday, May 30, 2016

RASIONALITAS GENERASI KE TIGA


Diskusi serius tapi santai terjadi ketika menjelang shalat Isya. Kawan-kawan yang mengelola yayasan berlatar belakang Islam selalu menjadi teman diskusi. Saat itu tema diskusi seputar memahami agama dengan rasio. Sudah ditebak, jawaban mereka adalah tidak semua ajaran agama dapat dirasionalkan. Betulkah seperti itu?

Salah seorang kawan yang mengelola yayasan Islam berpendapat tidak semua ajaran agama dapat dipahami dengan rasio, memahami agama harus dengan keimanan. Sebagai contoh, peristiwa Isra Mi’raj adalah peristiwa yang tidak bisa dipahami dengan rasio (logika). Sehingga ketika kabar Isra Mi’raj di zaman Nabi Muhammad saw beredar, banyak orang-orang yang tidak  beriman menjadi murtad. 
 
Dalam hal ini saya berbeda pendapat dengan kawan saya tentang peristiwa Isra Mi’raj. Menurut pendapat saya peristiwa Isra Mi’raj adalah peristiwa yang rasional. Mengapa demikian? Simak penjelasan saya di bawah ini. Perbedaannya terletak dari sudut mana memahami rasionalitas.

Menurut pendapat saya, dalam memahami sebuah penomena ada tiga tipe rasinalitas. Perbedaan tiga tipe terletak pada perbedaan sumber pengetahuan. Hemat saya sumber pengetahuan terbagi menjadi tiga yaitu pengetahuan yang bersumber dari nalar, pengamatan (alam), dan Tuhan Sang Pencipta.

RASIONALITAS GENERASI 1

“Pengetahuan adalah hasil nalar dan nalar adalah pengantar menuju kepadanya”. (Hassan Hanafi, 2010:279). Bernalar bisa menghasilkan pengetahuan baru. Bernalar adalah bentuk aktivitas otak dalam berpikir. Aktivitas otak yang paling dasar dalam bernalar adalah menghubungkan konsep dengan konsep lain, sampai menghasilkan konsep baru. Jadi nalar adalah sumber pengetahuan.

Sebagai contoh sederhana dalam kehidupan sehari-hari kita selalu hidup dengan nalar. Telepon genggam, televisi, camera, internet, jika digabung akan terwujud benda baru bernama smart phone. Itulah bukti bahwa nalar dapat menghasilkan pengetahuan baru.

Kebenaran rasional dalam nalar adalah hubungan sebab akibat langsung. Berikut adalah contoh kebenaran-kebenaran rasional berdasarkan nalar, “Banjir terjadi karena hujan lebat. Udara terasa panas karena jumlah pohon semakin berkurang. Nilai ujian nasionalnya hanya dapat empat karena jarang sekolah”.

Pernyataan-pernyataan di atas dapat dikatakan rasional karena dapat dipahami melalui hubungan sebab akibat langsung. Dengan pola ini, orang tidak perlu repot-repot membuktikannya karena sudah pasti kejadiannya seperti itu.

Inilah pola rasionalitas generasi pertama. Rasionalitas yang bersumber dari nalar dengan pola hubungan sebab akibat langsung. Mereka yang menganut pemikiran ini secara membabi buta disebut aliran rasionalisme. Berpikirnya melulu deduktif.

Bagi kelompok ini sesuatu yang tidak bisa dipahami dengan nalar maka disebut fiktif. Kelompok ini tidak menerima kebenaran-kebenaran yang bersifat mukjizat.

RASIONALITAS GENERASI 2

Faktanya rasionalitas berdasarkan nalar tidak selamanya dapat dipahami. Kadang sesuatu yang rasional menurut nalar ternyata menyimpang dari kenyataan. Nalar mengatakan rasional jika ada orang mencuri karena miskin. Faktanya, ada orang-orang kaya yang mencuri dengan mengkorupsi uang negara, atau menyunat dana bantuan sosial. Nalar mengatakan orang yang bekerja di lingkungan departemen agama memiliki tingkat kejujuran tinggi, faktanya departemen agama termasuk departemen yang tingkat korupsinya tinggi.

Rasionlaitas generasi kedua berpendapat bahwa sesuatu dapat dipahami dengan jelas jika sesuai dengan kenyataan. Pengetahuan tentang sesuatu bisa kita pahami dari keyataan  alam. Untuk itu kebenaran-kebenaran tentang sesuatu hanya bisa dipahami dengan mengamati apa yang terjadi di dalam kenyataan (alam). Penganut rasionalitas semacam ini dikenal dengan golongan empirisme, atau materialis. Orang semacam ini berpikirnya induktif.

Bagi kelompok ini, sesuatu tidak dapat diterima jika tidak sesuai dengan kenyataan. Bagi kelompok ini segala sesuatu yang benar harus bisa dibuktikan secara nyata. Sesuatu yang tidak nyata harus diabaikan, untuk itu Tuhan dianggap tidak ada karena tidak dapat dibuktikan wujudnya ada.

RASIONALITAS GENERASI 3

Rasionalitas generasi ketiga adalah mereka yang berpikir dengan menggunakan pengetahuan dari Tuhan. Panduan mereka adalah pengetahuan dari kitab suci yang diyakini bersumber langsung dari Tuhan sang pencipta. Ukuran kebenarannya bukan fokus pada nalar atau kenyataan, tetapi mengikuti pengetahuan yang telah ditetapkan oleh Tuhan.

Ciri khas dari kelompok ini adalah menjadikan Tuhan sebagai sebab dari segala kejadian. Setiap fenomena dipahami sebab-akibatnya dengan memahami penjelasan (pengetahuan) dari kitab suci. Sekalipun menggunakan pengetahuan dari sumber kitab suci, kelompok ini tidak menafikan nalar dan kenyataan.

Bagi kelompok ini semua fenomena yang terjadi di alam ini rasional karena penyebabnya Tuhan. Dibakar masih hidup, membelah laut, melempar tongkat jadi ular, menghidupkan orang mati, membelah bulan, semuanya rasional jika sebabnya Tuhan.

Sekalipun Tuhan sebagai sebab dari segala sebab, bukan berarti tidak mengakui adanya kebenaran nalar (rasional) dan kenyataan. Mengobati sakit dengan sedekah sebagai ajaran Tuhan, ternyata dapat dipahami dengan nalar (rasional), dan dapat dibuktikan secara nyata. Menjadi orang kaya dengan banyak sedekah, ternyata dibenarkan oleh mereka yang memiliki kapital melimpah.

Menurut kelompok ini manusia diberi kesempatan untuk berusaha menggunakan kebenaran nalar dan kenyataan. Namun jika memiliki keterbatasan dalam memahami sesuatu hendaknya mengembalikan bahwa semua fenomena sebabnya adalah Tuhan. Itulah rasionalitas generasi ketiga.

Peristiwa Isra Mi’raj jika dipahami secara rasional oleh generasi satu dan dua, tidak akan masuk akal. Namun bagi penganut rasionalitas generasi tiga, peristiwa Isra Mi’raj bukan hal aneh karena Tuhan sebagai penyebab bisa berbuat apa saja sesuai kehendaknya.

Rupanya kawan-kawan saya yang mengelola yayasan Islam salah menggunakan rasionalitas. Seharusnya orang-orang beragama menganut rasionalitas generasi ketiga. Dengan demikian kita akan sepakat bahwa memahami agama harus dengan rasio, dengan rasionalitas generasi ketiga.

Penganut rasionalitas ketiga tidak berarti menafikan rasionalitas generasi kesatu dan kedua. Manusia dituntut untuk mengkaji berbagai kemungkinan dengan menggunakan nalar dan kenyataan. Faktanya perjalanan Isra Mi’raj sedikit-demi sedikit dapat dipahami dengan nalar dan menjadi kenyataan. Sebab kemurahan Tuhan lah, manusia diberi sedikit kemampuan untuk mengungkap rahasia alam, itu pun jika manusia mau berpikir. Wallahu ‘alam.

(Muhammad Plato, @logika_Tuhan).  

Saturday, May 28, 2016

INDONESIA SEMAKIN DEWASA


Indonesia adalah negara dengan jumlah penduduk terbesar nomor empat dunia. Sebagian besar penduduk Indonesia adalah muslim, dan menjadi negara berpenduduk muslim terbesar di dunia. Luas wilayahnya kurang lebih 5 juta kilo meter terdiri dari 65% laut dan 35% daratan. Indonesia sangat-sangat berpotensi menjadi bangsa besar. Indonesia adalah surga yang dijanjikan Tuhan, dan Indonesia adalah surga yang diperebutkan.

Indonesia bukan saja seperti rumput yang selalu terlihat hijau oleh tetangganya, Indonesia juga selalu mengundang setiap orang untuk memilikinya. Jika selalu terlihat hijau ada dua kemungkinan yang ada dalam pikiran manusia, yaitu ingin memiliki atau menghancurkannya.

Ada berbagai cara yang dapat dilakukan untuk memiliki Indonesia. Langkah yang lumrah dilakukan semua orang adalah melumpuhkan pemilik aslinya. Berikut adalah beberapa langkah yang sudah ditempuh untuk menguasai Indonesia.

MEMISKINKAN MENTAL PENDUDUKNYA

Kita masih ingat gagalnya produksi masal pesawat N250 karya Habiebie, SALAH SATU faktor penyebabnya ada di mental orang Indonesia.  Mental orang Indonesia tidak bisa menghargai karya produk anak bangsanya sendiri.  Orang Indonesia lebih senang mendengar berita buruk dari pada berita baik tentang bangsanya. Responnya lebih cepat pada berita buruk dari pada berita baik, sehingga Indonesia menjadi miskin prestasi dan kerap berpikir buruk tentang bangsanya sendiri.

Di sekolah-sekolah, dilingkungan masyarakat, pembicaraan selalu diisi dengan kelakar-kelakar yang melecehkan keberadaan bangsanya sendiri. Kelakar Indonesia sebagai negara miskin, bodoh, tidak disiplin, menjadi tertawaan dalam setiap obrolan warung kopi. Berita-berita media masa tentang keburukan negaranya sendiri  dinikmati dengan penuh kegembiraan. Orator-orator yang memojokkan dan menyudutkan pemimpin-pemimpin bangsanya sendiri dianggap pemberani, mendapatkan tepuk tangan dengan riuh rendah. Selanjutnya prilaku-prilaku kocak Indonesia menjadi ajang hiburan dan dilombakan dalam acara komedi.

Banyak yang tidak sadar, bahwa memiskinkan mental penduduk adalah salah satu cara untuk menguasai sebuah bangsa. Cara ini bisa ditempuh dengan menyebarkan, menjejali masyarakat dengan  berita-berita buruk tentang bangsanya sendiri. Dengan berita-berita buruk melalui berbagai media massa, akan terbentuk pola pikir negatif, dan selalu pesimis terhadap apa yang dilakukan bangsanya. Hal ini akan berdampak pada menurunnya tingkat kepercayaan masyarakat terhadap pemimpin. Menurunnya  kepercayaan masyarakat kepada pemimpin, akan menyulut konflik internal, kekacauan dan pemberontakkan.

Dalam kondisi konflik, dan saling memberontak, sumber-sumber vital yang dimiliki bangsa itu akan terbengkalai. Dalam situasi kacau akan tampil pihak yang berlaga seperti pahlawan. Sang pahlawan sebenarnya mencari kepercayaan, sebagai dasar untuk berkuasa dan mengendalikan objek vital yang terbengkalai.

MENCIPTAKAN KONFLIK

Indonesia terdiri dari berbagai macam suku, bahasa, adat, agama, aliran, ideologi, partai, dan sejarah itu adalah fakta.  Dalam bangsa heterogen potensi untuk konflik sangat tinggi. Maka langkah paling efektif untuk menguasai bangsa tersebut adalah menciptakan konflik. Dalam situasi konflik Irak, Libiya, Suriah, dengan mudah bisa dikuasai.

Metode konflik untuk menguasai Indonesia pernah dilakukan oleh Belanda. Kekuasaan Belanda begitu langgeng bersalin rupa sampai hampir 3,5 abad. Jika ingin menguasai dan memecah Indonesia menjadi negara-negara kecil, berikut adalah potensi-potensi konflik di Indonesia dan kerap dimanfaatkan untuk menghancurkan Indonesia.

  • Konflik antara Islam dengan kristen. Konflik antara Islam dan Kristen telah ada dalam sejarah dunia. Potensi konflik terus ada sampai sekarang dilestarikan oleh masing-masing kelompok. Pewarisan konflik itu didasari oleh perjalanan sejarah, perebutan kekuasaan, penyebaran agama, dan perbedaan ajaran. 
  • Konflik antar aliran dalam Islam. Konflik antar aliran sudah ada dalam sejarah Islam. Salah satunya konflik antara Sunni dengan Syiah. Konflik ini meruncing setelah wafatnya khalifah Ali bin Abi Thalib. Namun sebenarnya masing-masing kelompok berkonflik dengan latar belakang perbedaan masalah ahli waris kekuasaan, hak kepemimpinan Islam setelah wafat Rasulullah, saw. dan perbedaan pemikiran dalam pemahaman agama. 
  • Konflik antar Islam Tradisional dengan Moderat. Kelompok-kelompok terdidik dengan pendidikan umum, telah mengalami pergeseran dalam memahami ajaran Islam kepada hal yang lebih moderat dan liberal. Pola ini telah menyinggung kelompok tradisional yang memiliki metode pemahaman berdasarkan contoh-contoh aplikasi dan penjelasan agama secara leterek dari Al-Qur’an, hadist, dan penafsir-penafsir ajaran agama dengan metode pendekatan madzab. 
  • Konflik antara Komunis dengan Islam. Dalam perjalanan politik Indonesia, telah terjadi persaingan kekuasaan antara kelompok ideologi komunis dan nasionalis yang didukung oleh kelompok Islam. Ajaran komunis yang bersifat Atheis sangat bertentangan dengan konsep ketauhidan monotheis yang dibawa oleh Islam. Secara historis, konflik antara komunis yang atheis dengan Islam berpuncak pada tragedi tahun1965 yang didalamnya ada unsur komunis.
  • Konflik antara Islam dengan Yahudi (Israel). Konflik antara Islam dengan Yahudi (Israel) tercatat dalam sejarah dan kitab suci Al-Qur’an. Konflik ini terpelihara ketika kelompok zionis mendirikan negara di tanah yang telah diklaim sebagai tanah Palestina yang penduduknya beragama Islam.  Penindasan-penindasan yang dilakukan tentara Israel terhadap penduduk Palestina, semakin memicu konflik antara Islam dan Yahudi di seluruh dunia. 
  •  Konflik Kecemburuan sosial antar Wilayah. Dalam sejarah Indonesia, kita mengenal babak pemberontakan. Beberapa kelompok dengan berbagai latar belakang ingin memisahkan diri dari NKRI. Pemberontakan dilandasi oleh ketidakuasan pemerataan pembangunan, perbedaan kesejahteraan, ditambah-tambah perbedaan ideologi dan agama.
Potensi-potensi konflik di atas sering dimanfaatkan oleh para tetangga yang selalu melihat rumput tetangganya lebih hijau. Beberapa skenario konflik yang telah terjadi di Indonesia, dari  tahun 1998 sampai sekarang, saya amati sebagai berikut;
  1. Konflik memanfaatkan perbedaan kesejahteraan antar wilayah. Ketika awal masa reformasi, Indonesia didera isu oleh kemerdekaan wilayah-wilayah yang memiliki perbedaan kesejahteran, didukung dengan latarbelakang sejarah dan agama. Konflik dipicu dengan memunculkan perbedaan kesejahteraan di Aceh, Papua, Kalimantan, Maluku, dan Timor-timur. Dimunculkan gerakan Aceh Merdeka, Papua Merdeka, Maluku Merdeka, dan Timor Timur merdeka. Pada masa ini Indonesia hanya kehilangan timor timur karena ada perbedaan historis. Timor-timur secara historis lebih berhak merdeka karena bukan bekas jajahan Belanda. Pada fase ini bangsa Indonesia berhasil menghadapi ujian dengan mulus.
  2. Konflik Islam dengan Kristen. Skenario ini pernah terjadi dengan membakar konflik antara penganut Islam dan kristen di Maluku. Masyarakat Indonesia berhasil melewatinya. Sampai sekarang upaya adu domba masih terus dilakukan, dengan pembakaran-pembakaran rumah ibadah. Bangsa Indonesi aberhasil melewatinya dengan bersikap tidak emosial dan lebih rasional.
  3. Konflik antar Suku. Skenario lain yang pernah kita alami adalah mengadu domba antara suku Madura dan Dayak. Eksodus besar-besaran suku Madura keluar dari Kalimantan membawa nestapa bagi suku dayak dan Madura. Masyarkat Indonesia berhasil melewatinya dan kembali damai.
  4. Konflik Islam tradisional dengan Liberal. Upaya mengkonflikkan antara internal Islam dilakukan dengan memilah penganut agama Islam dengan nama Islam tradisional dan Islam liberal. Konflik diciptakan dengan membuat LSM-LSM dengan kode Islam liberal. Situasi ini pun bisa dilalui oleh masyarakat Indonesia dengan meningkatkan kualitas pemahaman nilai-nilai keislaman. 
  5. Konflik Sunni dengan Syiah. Baru-baru ini, upaya untuk menghancurkan Indonesia dilakukan dengan menyebarkan sikap bermusuhan antara penganut Syiah dan Sunni. Keburukan-keburukan Syiah disebarkan di media massa dengan komentar-komentar penuh kebencian. Ada masyarakat yang terjebak dengan skenario ini dengan membuat LSM anti syiah, dan dakwah-dkwah yang menyebarkan kebencian.  Bangsa Indonesia pun berhasil melewatinya dengan bersikap tenang, menahan diri dengan meningkatkan rasa persatuan dan kesatuan sesama muslim. 
  6. Konflik Islam dengan Israel. Luar biasa sekali, upaya mengadu domba bangsa Indonesia betul-betul massif. Segala potensi konflik yang ada di Indonesia dimanfaatkan. Di Papua ada sekelompok pemuda membawa bendera Israel diarak keliling kota. Provokasi ini dilakukan karena Indonesia termasuk negara yang tidak mau membuka diplomasi dengan Israel, sebagai bentuk solidaritas terhadap penduduk Palestina yang tertindas. Ini adalah provokasi yang terlihat sekali sengaja ingin menjadikan Indonesia sebagai lahan konflik. 
  7. Konflik Islam dengan Komunis (Cina). Upaya skenario konflik terbaru adalah menghadapkan masyarakat Islam dengan komunis China. Upaya ini lebih pada tujuan ekonomis, karena takut ekonomi Indonesia berkembang pesat dengan bantuan China. Upaya memunculkan konflik antara Indonesia dengan Cina dengan mengungkit-ngungkit cerita kelam di masa lalu, dengan memunculkan kembali lambang-lambang palu arit oleh sekelompok anak muda. Saya kira bangsa Indonesia akan bisa melewatinya dengan damai.
Bangsa Indonesia dengan informasi yang semakin terbuka tidak akan lagi dikendalikan dari luar, tapi bangsa Indonesia akan jadi pengendali atas bangsanya senidiri. Kita tidak akan bisa diadu domba, karena kita satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.

Selama manusia hidup konflik itu akan selalu ada, karena konflik adalah penggerak agar manusia mau berusaha dan belajar menjadi manusia bijaksana. Sekalipun konflik itu akan tetap ada, Tuhan memerintahkan kepada seluruh manusia untuk selalu cenderung hidup damai.

Dengan banyak makan asam dan garam menyelesikan konflik, bangsa Indonesia sudah bisa memahami, bahwa akan selalu ada orang yang memandang bahwa rumput kita memang selalu hijau. Untuk itu, mari  kita bersyukur kepada Tuhan karena telah diberi negara yang selalu terlihat hijau dari sudut mana pun mata memandang. Kita adalah bangsa kelas dunia yang ahli dalam menciptakan perdamaian. Tuhan telah menjanjikan bagi para penganjur perdamaian, akan diberi kedaulatan besar di muka bumi. Semoga masyarakat Indonesia SEMAKIN DEWASA DAN BERDAULAT SEPANJANG MASA. Wallahu ‘alam.

(Muhammad Plato, @logika_Tuhan).

Sunday, May 22, 2016

LOGIKA KEBENARAN DAN KEBAIKAN


Seorang pejabat kawan dekat, memberi nasihat kepada saya, “kebenaran itu berbeda dengan kebaikan, tidak selamanya yang benar itu baik”.  Rupanya filosofi ini dianut juga oleh beberapa murid saya.
  
Saya terka pola pikir mereka terlahir dari pengalaman hidup dilapangan yang sering terjadi perbedaan antara aturan yang ditetapkan dengan tindakan. Sebagai contoh, dalam pengurusan KTP, pembagian raskin, dalam aturan bahwa pembuatan dan pembagian raskin adalah nol biaya. Pada faktanya dua kegiatan itu selalu berbiaya sekalipun tanpa tarip jelas (seikhlasnya).
 
Nah dalam kasus ini, orang yang membuat KTP atau mengambil jatah beras raskin tanpa mengeluarkan biaya karena taat aturan dikatakan sebagai orang benar, tetapi tidak baik.  Orang-orang yang hidup lurus dalam aturan cenderung tidak disukai karena menurut mereka bukan orang-orang baik. Kalau begini pendapatnya, ini kekeliruan dalam berpikir.

Menurut pendapat mereka tidak akan ada orang yang benar dan baik, kecuali orang-orang terasing dari kehidupan masyarakat. Orang benar dengan yang baik, akan selalu terpisah dan berdiri masing-masing. Pandangan ini lebih dekat pada pola-pola pikir sekuler, yang memandang antara aturan agama dan negara berjalan sendiri-sendiri. Menurut Sorokin mentalitas orang-orang seperti ini termasuk bermentalitas budaya pseudo idealitstik.

Saya kaji definisi BENAR dan BAIK dari sudut pandang paradigma baru yaitu pandangan itegralis, memandang bahwa dunia bukanlah entitas terpisah, tapi merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Dalam paradigma baru, sumber-sumber pengetahuan dari agama bisa diakomodir untuk melihat suatu fenomena, demikian juga dalam membangun definisi.

Konsep benar dan baik dapat kita jumpai dalam agama. Bagaimana agama menempatkan konsep benar dengan baik?  Apakah agama melihat konsep benar dan baik sebagai suatu yang terpisah? Mari kita lihat dalam keterangan kitab suci Al-Qur’an di bawah;

Timbangan pada hari itu ialah kebenaran (keadilan), maka barang siapa berat timbangan kebaikannya, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung. (Al ‘Araaf, 7:8).

Mereka datang membawa baju gamisnya (yang berlumuran) dengan darah palsu. Ya`qub berkata: "Sebenarnya dirimu sendirilah yang memandang baik perbuatan (yang buruk) itu; maka kesabaran yang baik itulah (kesabaranku). Dan Allah sajalah yang dimohon pertolongan-Nya terhadap apa yang kamu ceritakan." (Yusuf, 12:18)

Sebenarnya orang-orang kafir itu dijadikan (oleh syaitan) memandang baik tipu daya mereka dan dihalanginya dari jalan (yang benar). Dan barang siapa yang disesatkan Allah, maka baginya tak ada seorang pun yang akan memberi petunjuk. (Ar ra’d, 13:33).

“…Fir'aun berkata: "Aku tidak mengemukakan kepadamu, melainkan apa yang aku pandang baik; dan aku tiada menunjukkan kepadamu selain jalan yang benar". (Al Mukmin, 40:29).
Agama tidak memisahkan antara konsep benar dan baik. Berdasarkan penelusuran ada 49 ayat yang secara bersamaan membicarakan konsep BENAR dengan BAIK. Berikut saya kemukakan karakteristiknya;

KONSEP
KARAKTERISTIK
BENAR
JALAN
JANJI
PETUNJUK
BAIK
PANDANGAN
PERBUATAN

Kebenaran berkaitan dengan normatif, aturan, atau etika, sedangkan kebaikan berkaitan dengan perbuatan, termasuk cara pandang kita terhadap suatu perbuatan. Kesimpulannya setiap yang benar pasti baik, dan yang baik belum tentu benar.

Wujud kebenaran jika dalam aplikasi kehidupan di masyarakat adalah peraturan-peraturan yang berlaku berdasarkan ketetapan negara. Sebaik-baiknya aturan tidak bertentangan dengan norma-norma yang berlaku dalam agama. 

Maka segala sesuatu yang telah ditetapkan oleh negara ada kebenaran. Hidup berdasarkan aturan yang berlaku menurut negara adalah kebaikan. Aturan yang telah ditetapkan oleh negara memiliki derajat kebenaran karena telah ditetapkan melalui ketetapan Tuhan yaitu musyawarah. Jikalau kebenaran tersebut bertentangan dengan kebenaran dari Tuhan, maka selayaknya aturan tersebut bisa diubah melalui proses keputusan yang telah disepakati bersama.

SETIAP KEBENARAN
AKAN SELALU JADI SEBAB
KEBAIKAN
SETIAP KEBAIKAN
BELUM TENTU JADI SEBAB
KEBENARAN

Setiap kebenaran (aturan yang berlaku di masyarakat yang tidak bertentangan dengan kehendak Tuhan), jika ditaati akan jadi sebab prilaku baik, sebaliknya tidak semua kebaikan menjadi kebenaran.
Etikanya, dalam bergaul di masyarakat kita harus memahami aturan-aturan yang berlaku, agar kita menjadi orang-orang baik. 

Menyimak nasihat kawan saya, “kebenaran itu berbeda dengan kebaikan, tidak selamanya yang benar itu baik”.  Mungkin saja kawan saya ini menemukan aturan-aturan yang bertentangan dengan kehendak Tuhan, sehingga berpendapat demikian. Maka dari itu tugas bagi kita semua adalah merevisi dan menyusun kembali aturan-aturan yang berlaku di masyarakat yang bertentangan dengan kehendak Tuhan. Pada intinya, setiap kebenaran akan melahirkan prilaku baik. Wallahu ‘alam.

(Muhammad Plato, @logika_Tuhan)

Thursday, May 19, 2016

ILMU MENGALAH

oleh: Muhammad Plato

Dewasa bukan diukur dari usia. Kedewasaan berurusan dengan mental. Umur bergerak semakin tua itu pasti, tapi dewasa belum tentu. Untuk itulah kita sering melihat orang tua berkelahi seperti anak-anak berebut jatah makan. Kita juga sering melihat anak-anak tampil dewasa menghidupi ibu dan anggota keluarganya.
  
Semakin tua usia semakin bersikap bijaksana. Semakin tua semakin terkendali emosinya. Itulah gambaran ideal dari perkembangan mental manusia. Namun faktanya, semakin tua usia semakin sulit menerima kekalahan, semakin sulit kendalikan emosi dan semakin sulit mengambil keputusan karena takut kehilangan.
Dalam teori pengambilan keputusan dikenal tiga ketentuan, yaitu win win solution (menang menang), win lose solution (menang kalah), atau lose lose solution (kalah kalah).

Kebanyakan orang menginginkan keputusan dengan win win solution, karena sifat manusia selalu ingin dapat untung secara material. Sedikit sekali orang yang mau menerima keputusan dengan lose win, apalagi lose lose. Untuk orang-orang serakah mereka selalu menginginkan keputusan dengan model win lose

Penyebab manusia tidak mau mengalah karena pada dasarnya manusia adalah penakut. Intinya takut kehilangan hal yang bersifat material. Ketetapannya sudah tertulis dalam Al-Qur’an, sebagai berikut;


Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (Al Baqarah, 2:155)

ILMU MENGALAH PERTAMA yang harus dipahami adalah mengetahui sebab akibat dibalik makna sabar. Dijelaskan di dalam Al-Qur’an ada dua konsep yang digandengkan antara BERITA GEMBIRA dengan  SABAR. Jika menggunakan pendekatan sebab akibat, maka dua konsep tersebut akan dipahami sebagai berikut:
 
SEBAB
AKIBAT
BERITA GEMBIRA
SABAR
AKIBAT
SEBAB

Ada dua alternatif dalam memahami kesabaran, pertama berita gembira bisa dipahami sebagai sebab kita jadi orang sabar. Artinya dengan membaca berita-berita gembira yang akan didapatkan dari Tuhan, maka kita akan jadi orang-orang sabar. Maka jika kita ingin jadi orang sabar, hendaknya selalu membaca berita-berita gembira yang dijanjikan Tuhan dalam setiap kejadian.

Pemahaman kedua, kita bisa membaca sebaliknya yaitu sabar sebagai sebab datangnya kegembiraan dari Tuhan.  Maka, jika ingin mendapat kegembiraan jadilah orang sabar. Bacalah bahwa sabar sebagai sebab datangnya kegembiraan.

Orang-orang yang tidak siap kalah, sebenarnya mereka yang tidak siap jadi orang sabar. Kekalahan identik dengan kehilangan. Semakin tinggi rasa takut kehilangan seseorang maka semakin takut mengalah alias selalu ngotot mau menang. Lamanya konflik terjadi dalam masyarakat didukung oleh faktor ketidaksiapan masyarakat untuk jadi orang-orang sabar, dan  tingginya rasa takut kehilangan.

ILMU MENGALAH KEDUA adalah memahami konsep berserah diri. Konsep ini dijelaskan dalam Al-Qur’an sebagai berikut:

(Tidak demikian) bahkan barang siapa yang menyerahkan diri kepada Allah, sedang ia berbuat kebajikan, maka baginya pahala pada sisi Tuhannya dan tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (Al Baqarah, 2:112)

Berikut adalah efek atau akibat berserah diri kepada Tuhan, yang harus dipaham. 

Menyerahkan diri kepada allah
Berbuat kebajikan
Pahala
Tidak ada kekhawatiran
Tidak bersedih hati
SEBAB
AKIBAT

Berserah diri kepada Allah adalah salah satu kebajikan yang dapat mengakibatkan datangnya rasa tenang dan kebahagiaan. Orang-orang yang memahami konsep ini akan mudah mengalah untuk melepaskan urusan dunianya dan berserah diri kepada Allah.

Jangan terlalu MENUNTUT untuk selalu menjadi pemenang dalam urusan dunia. Selalu menuntut, takut kehilangan, ingin selalu menang, merasa paling benar, adalah sifat-sifat individualis yang jadi sebab terjadinya konflik berkepanjangan, menyulitkan dalam mengambil keputusan, dan melahirkan perpecahan.

Jadilah orang-orang yang selalu mengalah dengan bersabar dan berserah diri kepada Allah tuhan semesta alam. Bacalah sesungguhnya orang-orang sabar dan berserah diri kepada Tuhan adalah pemenang. Tuhan memberikan pahala, kebahagian, ketenangan jiwa, kemudahan, kejayaan kepada orang-orang yang mengalah dengan menjadi orang sabar dan berserah diri kepada Tuhan.

Sesungguhnya tidak ada keraguan seikitpun bahwa orang-orang yang mengalah dengan bersabar dan berserah diri kepada Tuhan akan berbalik menjadi pemilik dunia dan segala isinya. Itulah janji Tuhan yang pasti. Wallahu ‘alam.

(Muhammad Plato, @logika_Tuhan)