Sunday, May 22, 2016

LOGIKA KEBENARAN DAN KEBAIKAN


Seorang pejabat kawan dekat, memberi nasihat kepada saya, “kebenaran itu berbeda dengan kebaikan, tidak selamanya yang benar itu baik”.  Rupanya filosofi ini dianut juga oleh beberapa murid saya.
  
Saya terka pola pikir mereka terlahir dari pengalaman hidup dilapangan yang sering terjadi perbedaan antara aturan yang ditetapkan dengan tindakan. Sebagai contoh, dalam pengurusan KTP, pembagian raskin, dalam aturan bahwa pembuatan dan pembagian raskin adalah nol biaya. Pada faktanya dua kegiatan itu selalu berbiaya sekalipun tanpa tarip jelas (seikhlasnya).
 
Nah dalam kasus ini, orang yang membuat KTP atau mengambil jatah beras raskin tanpa mengeluarkan biaya karena taat aturan dikatakan sebagai orang benar, tetapi tidak baik.  Orang-orang yang hidup lurus dalam aturan cenderung tidak disukai karena menurut mereka bukan orang-orang baik. Kalau begini pendapatnya, ini kekeliruan dalam berpikir.

Menurut pendapat mereka tidak akan ada orang yang benar dan baik, kecuali orang-orang terasing dari kehidupan masyarakat. Orang benar dengan yang baik, akan selalu terpisah dan berdiri masing-masing. Pandangan ini lebih dekat pada pola-pola pikir sekuler, yang memandang antara aturan agama dan negara berjalan sendiri-sendiri. Menurut Sorokin mentalitas orang-orang seperti ini termasuk bermentalitas budaya pseudo idealitstik.

Saya kaji definisi BENAR dan BAIK dari sudut pandang paradigma baru yaitu pandangan itegralis, memandang bahwa dunia bukanlah entitas terpisah, tapi merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Dalam paradigma baru, sumber-sumber pengetahuan dari agama bisa diakomodir untuk melihat suatu fenomena, demikian juga dalam membangun definisi.

Konsep benar dan baik dapat kita jumpai dalam agama. Bagaimana agama menempatkan konsep benar dengan baik?  Apakah agama melihat konsep benar dan baik sebagai suatu yang terpisah? Mari kita lihat dalam keterangan kitab suci Al-Qur’an di bawah;

Timbangan pada hari itu ialah kebenaran (keadilan), maka barang siapa berat timbangan kebaikannya, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung. (Al ‘Araaf, 7:8).

Mereka datang membawa baju gamisnya (yang berlumuran) dengan darah palsu. Ya`qub berkata: "Sebenarnya dirimu sendirilah yang memandang baik perbuatan (yang buruk) itu; maka kesabaran yang baik itulah (kesabaranku). Dan Allah sajalah yang dimohon pertolongan-Nya terhadap apa yang kamu ceritakan." (Yusuf, 12:18)

Sebenarnya orang-orang kafir itu dijadikan (oleh syaitan) memandang baik tipu daya mereka dan dihalanginya dari jalan (yang benar). Dan barang siapa yang disesatkan Allah, maka baginya tak ada seorang pun yang akan memberi petunjuk. (Ar ra’d, 13:33).

“…Fir'aun berkata: "Aku tidak mengemukakan kepadamu, melainkan apa yang aku pandang baik; dan aku tiada menunjukkan kepadamu selain jalan yang benar". (Al Mukmin, 40:29).
Agama tidak memisahkan antara konsep benar dan baik. Berdasarkan penelusuran ada 49 ayat yang secara bersamaan membicarakan konsep BENAR dengan BAIK. Berikut saya kemukakan karakteristiknya;

KONSEP
KARAKTERISTIK
BENAR
JALAN
JANJI
PETUNJUK
BAIK
PANDANGAN
PERBUATAN

Kebenaran berkaitan dengan normatif, aturan, atau etika, sedangkan kebaikan berkaitan dengan perbuatan, termasuk cara pandang kita terhadap suatu perbuatan. Kesimpulannya setiap yang benar pasti baik, dan yang baik belum tentu benar.

Wujud kebenaran jika dalam aplikasi kehidupan di masyarakat adalah peraturan-peraturan yang berlaku berdasarkan ketetapan negara. Sebaik-baiknya aturan tidak bertentangan dengan norma-norma yang berlaku dalam agama. 

Maka segala sesuatu yang telah ditetapkan oleh negara ada kebenaran. Hidup berdasarkan aturan yang berlaku menurut negara adalah kebaikan. Aturan yang telah ditetapkan oleh negara memiliki derajat kebenaran karena telah ditetapkan melalui ketetapan Tuhan yaitu musyawarah. Jikalau kebenaran tersebut bertentangan dengan kebenaran dari Tuhan, maka selayaknya aturan tersebut bisa diubah melalui proses keputusan yang telah disepakati bersama.

SETIAP KEBENARAN
AKAN SELALU JADI SEBAB
KEBAIKAN
SETIAP KEBAIKAN
BELUM TENTU JADI SEBAB
KEBENARAN

Setiap kebenaran (aturan yang berlaku di masyarakat yang tidak bertentangan dengan kehendak Tuhan), jika ditaati akan jadi sebab prilaku baik, sebaliknya tidak semua kebaikan menjadi kebenaran.
Etikanya, dalam bergaul di masyarakat kita harus memahami aturan-aturan yang berlaku, agar kita menjadi orang-orang baik. 

Menyimak nasihat kawan saya, “kebenaran itu berbeda dengan kebaikan, tidak selamanya yang benar itu baik”.  Mungkin saja kawan saya ini menemukan aturan-aturan yang bertentangan dengan kehendak Tuhan, sehingga berpendapat demikian. Maka dari itu tugas bagi kita semua adalah merevisi dan menyusun kembali aturan-aturan yang berlaku di masyarakat yang bertentangan dengan kehendak Tuhan. Pada intinya, setiap kebenaran akan melahirkan prilaku baik. Wallahu ‘alam.

(Muhammad Plato, @logika_Tuhan)

4 comments:

  1. Kebaikan dan kebenaran itu adalah satu paket yg tidak bisa dipisahkan. Karena dalam kehidupan seseorang, kedua hal tsb merupakan keinginan dan kebutuhan hidup sehari-hari.

    ReplyDelete
  2. Hemmm,,, sulit yaa Ibu rumah tangga biasa,, nggak bisa ngerti yang pean jabarkan

    ReplyDelete
  3. Yang gampang gini ,, 5x2= ? Berapa ,,jawabnya yang benar 10,,,selain itu salah itulah kebenaran, tapi kalau anda beli kue,,10 biji dan yg jual dengan senyum ramah menambah satu ,,jadi sebelas biji ,,anda bilang baiknya ibu penjualnya,,,nah simpulkan yaa,, salam hormat

    ReplyDelete
  4. berpikir itu ada pijakannya dan semua pemikiran harus dari pengetahuan yang benar. kita berserah diri bahwa pengetahuan yang benar dari Tuhan YME. Al-Qur'an adalah pengetahuan dari Allah.

    ReplyDelete