OLEH: MUHAMMAD PLATO
“Jangan terlalu banyak
berjanji, karena kebanyakan manusia berdusta”. (Muhammad Plato). Quote ini
berangkat dari kenyataan bahwa janji adalah sesuatu yang berat. Mengapa
demikian? Janji biasanya dinyatakan atas sesuatu yang akan kita lakukan di masa
yang akan datang. Sedangkan masa yang akan datang kendalinya di luar kemampuan kita.
Nabi Muhammad saw dalam hadis mengatakan bahwa dirinya tidak mengetahui apa
yang akan terjadi besok. Ini artinya janji yang kita ucapkan sesungguhnya sesuatu
yang tidak mampu kita lakukan. Untuk itu berjanji adalah tindakan yang sangat
berisiko.
Janji pun termasuk sesuatu
yang harus dipenuhi, tidak memenuhi janji termasuk perbuatan dosa dalam arti
akan berdampak buruk pada pribadi seseorang. Orang-orang yang tidak punya komitmen
pada janji cenderung kurang dipercaya, sehingga berdampak pada aspek
kesejahteraan seseorang. Jabatan, pekerjaan, harta kekayaan, dititipkan kepada
orang-orang terpercaya.
Menepati janji termasuk bagian
dari shalatnya seseorang. Di dalam A-Qur’an (Al Maidah, 05:106) dijelaskan
bahwa makna shalat adalah komitmen seseorang terhadap sesuatu yang akan dia
tunaikan. Untuk itu, janji yang tidak ditunaikan sama dengan tidak menunaikan
shalat.
Nabi Muhammad saw menyampaikan ajaran dari Allah apa bila hendak mengerjakan sesuatu di masa yang akan datang, hendaklan memohon pertolongan kepada Allah, dengan mengucapkan insya Allah. “dan mereka tidak mengucapkan: "Insyaa Allah", (Al-Qalam, 68:18). Kata insya Allah adalah sebuah bentuk penyerahan diri, kerendahan diri, atau permohonan, agar Allah memberi kemampuan untuk menunaikan janji yang hendak dilakukan.
Ketika manusia berjanji ada
kewajiban untuk memenuhinya. “Hai Bani Israel, ingatlah akan nikmat-Ku yang
telah Aku anugerahkan kepadamu, dan penuhilah janjimu kepada-Ku niscaya Aku
penuhi janji-Ku kepadamu; dan hanya kepada-Ku-lah kamu harus takut
(tunduk). (Al Baqarah, 2:40).
Sebenarnya peringatan untuk
memenuhi janji bukan untuk kepentingan Allah. Sebagaimana Allah mengabarkan
bahwa Allah punya ketetapan khusus, hanya kepada orang-orang yang memenuhi
janji Allah akan memenuhi janjinya. Oleh karena itu, ketika manusia tidak
memenuhi janjinya sebenarnya manusia telah menahan rezekinya, keberkahannya,
dan kesuksesannya sendiri. Jadi bagi manusia-manusia berpikir, sebenarnya
memenuhi janji bukan untuk kepentingan orang lain, tetapi untuk kepentingan
dirinya sendiri. Allah tidak memaksa hanya memberi rambu-rambu kepada manusia
untuk memenuhi janjinya. Bagi orang-orang berpikir tentu dapat memahaminya
mengapa Allah menetapkan untuk memenuhi janji.
Allah tidak akan menghukum
orang yang tidak menepati janji, hanya konsekuensi logis orang-orang yang tidak
menepati janji akan mendapat kesulitan demi kesulitan dalam hidup. Namun demikian
bagi orang-orang yang berserah diri, memohon pertolongan, meminta kekuatan
kepada Allah dengan ‘Insya Allah” agar bisa memenuhi janjinya, bagi dia tidak ada
keburukan karena sebelumnya telah menetapkan diri sebagai makhuk lemah, tidak
ada daya upaya dan mengakui semua atas kekuasaan Allah, maka orang-orang
tersebut rezekinya sudah ada dalam tanggungan Allah.