Friday, June 17, 2016

HORMATI ORANG TIDAK PUASA?


Ramadan tahun ini dihebohkan dengan slogan, “Hormati Orang Yang Tidak Puasa”. Berbagai komentar cenderung negatif tersebar diberbagai media massa. Berikut saya kutif contoh sebuah tulisan bernada kecewa diambil dari internet, “Saat umat Islam melaksanakan ibadah puasa di bulan Ramadhan pun, umat Islam diminta untuk toleran terhadap yang tidak berpuasa. Ini jelas tidak adil dan tidak masuk akal. Kalau mereka konsisten dengan apa yang mereka sebut sebagai toleransi, seharusnya ketika umat Islam berpuasa, mereka pun ikut berpuasa, dengan alasan menghormati yang sedang berpuasa. Itu! Tapi kenyataannya justru sebaliknya. Ada apa?” (http://www.visimuslim.net/2016/06/slogan-jahat-hormati-yang-tidak-berpuasa.html).
 

PEDOMAN BERPIKIR

Menanggapi slogan ini tergantung dari cara berpikir kita. Saya ingin coba menjelaskan dari cara berpikir saya tentang makna dibalik slogan tersebut. Pedoman yang saya gunakan dalam mempersepsi sebuah fenomena, saya gunakan pedoman berpikir (berlogika) dari Al Qur’an.

“Dan kebanyakan mereka tidak mengikuti kecuali persangkaan saja. Sesungguhnya persangkaan itu tidak sedikit pun berguna untuk mencapai kebenaran. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan.” (Yunus, 10:36).

Dari Qur’an kita belajar bahwa tidak boleh sembarang mencela sesuatu tanpa memikirkannya terlebih dahulu. Sebaik-baiknya muslim, harus bisa melihat kebaikan sekalipun dari apa yang dilihatnya buruk. Sebab sudah ditentukan, pikiran buruk akan membawa keburukan, dan pikiran baik akan membawa kebaikan. Pikiran sama dengan perbuatan, sebab setiap perbuatan diawali dengan pikiran.

Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat maka kejahatan itu bagi dirimu sendiri, (Al Israa, 17:7)

Muslim-muslim yang baik, selalu mempersepsi semua fenomena dengan melahirkan solusi terbaik. Apapun kejadiannya, akhlaknya (reaksinya) selalu baik, itulah ciri muslim sejati. Muslim yang etika berpikirnya belajar dari Tuhan dari dalam Al-Qur’an.

MAKNA DIBALIK SLOGAN

Mari kita simak apa makna dibalik, “hormati orang yang tidak puasa”. Slogan ini, tidak untuk merendahkan orang Islam di mata non muslim. Bukan pula untuk memberi kebebasan kepada non muslim.

Slogan ini menggunakan logika terbalik, logika sadar diri, yang mengandung makna ajakan kepada semua orang untuk menjadi orang-orang yang berakhlak baik. Slogan ini tidak memiliki makna harfiah, tetapi mengandung makna filosofis. Slogan-slogan seperti ini, mengandung ajakan kepada semua orang untuk berpikir sebelum mengambil keputusan.

Bagi umat Islam, slogan ini mengandung ajakan untuk berpuasa dengan lurus hanya karena menjalankan perintah Allah swt. Mengajak untuk melaksanakan puasa tanpa lagi terpengaruh oleh kondisi, ada atau tidaknya orang yang tidak berpuasa dilingkungan kita.

Hanya keimanan kepada Allah saja yang membuat kita berpuasa. Tidak harus bergantung pada lingkungan dan tidak mengharuskan kepada lingkungan sekitar kita untuk hormat atau tidak menghormati. Puasanya umat Islam tidak membutuhkan penghormatan dari manusia.

Supaya ingat saya ulang lagi! Ada tiga komitmen tauhid yang harus dipegang oleh umat Islam agar kita menjadi muslim sejati. Komitmen ini sering kita baca berulang-ulang dalam shalat atau dzikir harian, sebagaimana diajarkan oleh Allah swt dalam Al-Qur’an.

  1. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. (Al Ikhlas, 112:2). Komitmen hanya kepada Allah yang Esa saja kita berharap, bergantung, dan memohon.
  2. Katakanlah: "Aku berlindung kepada Tuhan Yang Menguasai subuh, (Al Falaq, 113:1). Komitmen tidak akan terpengaruh oleh lingkungan atau kondisi apapun. Dalam kondisi apapun, puasa atau tidak puasa akan tetap berlindung dan memohon kepada Allah. 
  3. Katakanlah: "Aku berlindung kepada Tuhan (yang memelihara dan menguasai) manusia. (An Naas, 114, 1). Komitmen tidak akan terpengaruh oleh kekuasaan, pemikiran, slogan-slogan buatan manusia. Kekuasan, pemikiran, slogan, semuanya akan dipersepsi berdasarkan petunjuk dari Allah saja.  
Dengan tiga komitmen ini, Allah swt harus menjadi satu-satunya tolak ukur kebaikan kita dalam bertindak. Lingkungan dan manusia lain adalah objek yang harus kita beri perlakuan dengan sebaik-baiknya.

KAMPANYE ISLAM

Slogan ini sedang mengkampanyekan kepada dunia, tentang ajaran Islam yang membawa rahmat bagi seluruh alam. Dalam kondisi haus dan lapar, orang Islam menghormati orang-orang yang tidak berpuasa, karena puasanya umat Islam bukan sekedar menahan haus dan lapar tapi karena perintah dari Allah swt.
Slogan ini ingin mengajak kepada semua umat Islam untuk smemberi contoh teladan kepada dunia bahwa umat Islam hadir di muka bumi ini, tidak untuk menyulitkan manusia-manusia lain. Umat Islam hadir dengan kearifan, keteguhan jiwa, keagungan prilaku, sebagai umat terbaik contoh teladan bagi seluruh umat manusia yang ada di muka bumi ini

Dengan slogan ini berharap, akan muncul kesadaran dari non muslim, perasaan dihargai dan berbalik dengan menghargai atas kesadaran diri sendiri. Dengan demikian akan tercipta saling harga menghargai tanpa harus ada unsur paksaan dari umat satu kepada umat yang lainnya.

Menghormati dan dihormati sama-sama memiliki makna terhormat. Namun jikalau boleh memilih, saya sebagai muslim akan memilih menjadi orang yang selalu menghormati, karena rumusnya sudah jelas, kehormatan itu akan datang jika kita mau menghormati orang lain, bukan dengan memaksa orang lain untuk menghormati kita. Inilah cara untuk menjadi pribadi agung sebagaimana diajarkan Tuhan dalam Al-Qur’an dan dicontohkan oleh Rasulullah saw. Wallahu ‘alam.

(Muhammad Plato, @logika_Tuhan).

Monday, June 6, 2016

SHALAT SUBUH BERJAMAAH SUMBER KEKUATAN


Jam dua subuh, saya sudah bangun terus mandi. Sekalipun dingin saya ingat pengalaman seorang teman bahwa mandi subuh menyehatkan. Selain sehat, kebiasaan mandi subuh membuat kulit kawan saya tetap kencang bercahaya sekalipun sudah menjelang pensiun.

Pagi itu cukup spesial karena pada waktu shalat subuh nanti akan diadakan launching gerakan salat subuh berjamaah dan magrib mengaji di Masjid Agung Cianjur. Dihadiri Bupati terpilih, program salat subuh dan magrib mengaji menjadi gebrakan pertama yang mengagumkan. Agar tidak kesiangan, jam 2.30 saya sudah berangkat menuju Masjid Agung Cianjur.

Launching salat subuh berjamaah direncanakan dihadiri 5000 jamaah. Di bawah komando Bupati, semua dinas termasuk dinas pendidikan, mulai dari kepala sekolah, guru, dan siswa laki-laki diwajibkan ikut menghadiri launching salat subuh berjamaah.

Setelah menempuh jarak 60 km, akhirnya sampai di Masjid Agung Cianjur beberapa saat sebelum adzan subuh.  Mobil-mobil mewah milik pejabat nampak terparkir memenuhi jalanan. Subuh itu persis seperti saat-saat menjelang shalat jumat. Jemaah memenuhi seluruh sela-sela masjid, termasuk lantai dua, yang menurut pengurus, seluruh ruangan masjid memiliki daya tampung sampai 5000 jamaah.

Menakjubkan, suasana masjidil Haram dan masjid Nabawi hadir subuh itu di masjid agung Cianjur.  Udara dingin menjadi hangat karena hawa panas yang keluar dari ribuan jamaah. Kejadian unik ini jarang terjadi. Seorang pengurus masjid berseloroh, seumur mengelola masjid puluhan tahun baru terjadi hari ini, shalat subuh dihadiri ribuan jamaah.

Bagi saya pengalaman shalat subuh dengan ribuan Jemaah di tanah air termasuk pertama kali. Tidak sia-sia menempuh puluhan kilo meter, demi menyaksikan dengan mata kepala sendiri bagaimana gerakan shalat subuh dihadiri ribuan jamaah.

Ada optimisme, sekalipun gerakan ini baru launching dan digerakkan oleh kekuasaan, tapi minimal gerakan ini telah melahirkan inspirasi bukan hanya bagi masyarakat Cianjur tapi bagi Indonesia. Fakta yang tidak bisa dipungkiri, kekuasaan ternyata efektif bisa menggerakkan orang untuk bersama-sama melakukan kebaikan. Maka dari itu Islam tidak mengajarkan umatnya untuk menjauhi kekuasaan.

Menyimak isi sambutan Bupati Cianjur, pelaksanaan gerakan shalat subuh berjamaah bertujuan untuk menyukseskan program kesejahteraan masyarakat Cianjur pada masa kepemimpinannya. Langkah Bupati CIanjur ini tidak akan dipahami oleh nalar biasa, kecuali oleh nalar yang berpedoman pada agama. 
  
Sebagaimana dijelaskan dalam kitab suci Al-Qur’an, diwaktu subuh umat Nabi Luth dibinasakan, surat Hud ayat 81 dan Al Hijr ayat 66. Dalam surat Al Israa ayat 78 dijelaskan, salat subuh disaksikan langsung para malaikat. Dalam surat Al Falaq ayat 1 dijelaskan bahwa waktu subuh dikuasai langsung oleh Tuhan yang maha kuasa.

Rupanya waktu subuh memiliki makna penting dalam kehidupan manusia. Jika waktu subuh adalah waktu dibinasakannya manusia, maka bilamana suatu bangsa selalu terjaga di waktu subuh dalam melaksanakan shalat, mendekatkan diri pada Tuhan, Insya Allah bangsa tersebut akan terhindar dari kebinasaan dan kehinaan.

Bapak Bupati Cianjur rupanya terinspirasi cerita dalam sejarah Islam tentang penaklukkan Konstantinofel. Penakluk Konstantinopel ternyata seorang Sultan Muda berusia 21 tahun. Rahasia keberhasilan Sultan bisa menaklukkan Konstantinopel adalah dengan mengajak masyarakatnya untuk melaksanakan shalat subuh berjamaah. Merujuk pada Al-Qur’an, logis bahwa mengajak shalat subuh berjamaah adalah sumber kekuatan. 

Kemudian, Turki di bawah Erdogan, kini sedang menjadi sorotan dunia karena loncatan ekonomi Turki yang mencengangkan. Kini Turki tercatat sebagai negara yang punya utang nol. Ekonominya sehat dan pengaruh politiknya mulai diperhitungkan kembali di dunia. Salah satu rahasia kerberhasilan Erdogan memimpin Turki adalah dimulai dari kebijakan menghidupkan kembali shalat berjamaah di masjid-masjid, setiap shalat lima waktu, khususnya subuh berjamaah. Pemandangan shalat subuh berjamaah di Turki, seperti shalat subuh di Masjidil Haram dan Madinah.

Konon menurut cerita, setan-setan akan takut dan merasa putus asa menggoda manusia, jika manusia sudah mulai sejak subuh berdoa (salat) mendekatkan diri, dan mohon ampun pada Tuhan. Setan tidak bisa lagi menggoda manusia yang salat subuh, karena manusia tersebut sudah diberi kekuasaan oleh Tuhan meliputi seluruh isi bumi dan langit.

Semoga saja akan tampil pemimpin-pemimpin baru yang bisa mensejahterakan umat. Minimal bisa meniru jejak langkah Erdogan di Turki. Untuk mewujudkannya, gerakan yang digagas Bupati Cianjur ini harus diaplikasikan di sekolah-sekolah sebagai peningkatan kompetensi spiritual, bekerjasama dengan orang tua, guru, dan DKM tempat tinggal siswa. Wallahu ‘alam.

(Muhammad Plato @logika_Tuhan)

Saturday, June 4, 2016

TIDAK ADA ALIRAN DALAM ISLAM

oleh: Muhammad Plato

Sudah terlintas dalam pikiran saya sejak sejak 22 tahun yang lalu, bahwa di dalam Islam tidak ada aliran-aliran, Islam adalah satu, karena Nabi Muhammad saw tidak menganut aliran manapun. Nabi Muhammad saw pembawa ajaran Islam yang disampaikan kepada kita melalui Al-Qur’an dan Sunnah.

Sampai saat ini saya tidak pernah memahami apa dalil pemikiran orang-orang yang mempertahankan identitas Islamnya dalam  aliran-aliran tertentu. Saya berpendapat bahwa mereka yang mempertahankan identitas Islamnya dalam aliran, sesungguhnya bukanlah orang-orang yang berserah diri kepada Tuhan, tetapi lebih pada mempertahankan hawa nafsunya, demi tradisi, budaya, nenek moyang, kekuasaan, kehormatan, kedudukan, dan hal lainnya yang bersifat profan.
  
Berbeda-beda kelompok adalah kepastian dalam hidup, tetapi jika setiap kelompok berpegang teguh pada tali agama Allah, (Al-Qur’an dan Sunnah), maka semua kelompok dalam Islam akan bersatu. Maka dari itu ketika kita berkata kembali kepada Allah dan Sunnahnya artinya kita bersatu, karena Allah swt  dan Sunnah adalah pemersatu bagi umat Islam.

Saya mengamati bahwa kemungkinan terjadinya kelompok-kelompok dalam Islam akibat dari ketidak tegasan dan keberanian para ulama untuk mengembalikan pemikiran, dan pemahaman agama langsung kepada Al-Qur’an dan Sunnah. Dalam berbagai kesempatan, umat harus didekatkan langsung dengan AL-Qur’an dan Sunnah, semmaksimal mungkin menghindari pemberhalaan pada ahli tafsir. Ceramah-ceramah jangan menonjolkan siapa manusia penyampainya, tetapi sampaikan kandungan Al-Qur’an dan Sunnahnya.

Ceramah-ceramah jangan menggiring orang untuk mengimani pemikiran seseorang, tetapi harus menggiring umat untuk memahami makna ajaran-ajaran yang terkandung dalam sumbernya.  Untuk itulah para pemikir-pemikir Islam selalu berkata, “jika mendapati apa yang saya katakan bertentangan dengan Al-Qur’an dan Sunnah maka hal tersebut harus ditinggalkan”. Inilah pengakuan para pemikir Islam yang selalu merendahkan dirinya dihadapan Allah dan Nabi Muhammad saw.

Ternyata apa yang terlintas dalam pikiran saya 22 tahun yang lalu, sama dengan pendapat Dr. Zakir Naik. Menurut Beliau, aliran Syiah, Sunni, Muktazilah, Murji’ah, Khawarij, tidak ada disebutkan di dalam AL-Qur’an. Ulama besar seperti Syafi'i, Hanafi, Hambali, Maliki, mereka tidak membawa aliran dalam agama. Di dalam Qur’an dijelaskan, “Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliah) bermusuh musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu daripadanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk. (Ali Imran, 3:103).

Dari ayat di atas, Beliau menegaskan, “setiap muslim seharusnya berpegang teguh pada tali Allah dan jangan bercerai berai. Memecah belah atau memisahkan diri dari umat sesungguhnya adalah sebuah perbuatan terlarang dalam agama Islam.

“Sesungguhnya orang-orang yang memecah belah agamanya dan mereka (terpecah) menjadi beberapa golongan, tidak ada sedikit pun tanggung jawabmu terhadap mereka. Sesungguhnya urusan mereka hanyalah (terserah) kepada Allah, kemudian Allah akan memberitahukan kepada mereka apa yang telah mereka perbuat”. (Al An’aam, 6:159)

Ditegaskan lagi oleh Dr. Zakir Naik, “membuat aliran-aliran dalam Islam adalah haram, karena dia telah menyimpang jauh dari AL-Qur’an dan Sunnah. Apa yang harus kita lakukan adalah mengikuti Al-Qur’an, dan perkataan yang shahih dari Nabi Muhammad saw. Dalam beragama kita tidak bertanggung jawab kepada manusia dari madzab atau aliran manapun, tetapi kita bertanggung jawab kepada Allah swt.

Nama yang dapat dikatakan kepada semua orang Islam adalah muslim. Kita tidak menentang syiah, sunni, semuanya adalah muslim. Seorang muslim adalah orang yang berserah diri pada Allah. Setiap muslim punya kelemahan dan kesalahan, maka kita tidak patut saling menyalahkan atau melemahkan. Jika setiap muslim berserah diri pada Allah, maka semua akan tunduk pada ketentuan Allah yang tertulis dalam Al-Qur’an dan Sunnah. Jika dalam Al-Qur’an dan sunnah setiap muslim dilarang berpecah belah, dan Islam akan terbagi menjadi 73 golongan, semuanya harus masuk surga karena semua berpegang teguh pada tali Allah. Wallahu ‘alam.

(Muhammad Plato, Penulis buku Hidup Sukses dengan Logika Tuhan. @logika_Tuhan).