Wednesday, August 22, 2018

RUMUS BERPIKIR AGAR SELALU BAHAGIA

OLEH: MUHAMMAD PLATO

Danah Zohar (2007:168) menjelaskan bahwa salah satu kecerdasan spiritual adalah mereka mampu mengambil manfaat dari kemalangan.  Kemampuan ini berkaitan dengan mengubah persepsi negatif terhadap kemalangan menjadi hal yang positif. Melalui pola sebab akibat, mengubah akibat kemalangan yang biasanya negatif menjadi akibat positif.

Saya agak beda pendapat dengan Danah Zohar yang mengatakan bahwa spiritual tidak berkaitan dengan agama. Saya paham dengan pernyataan Zohar, bahwa Dia tidak mau terjerumus pada masalah konflik agama yang menurut dirinya ajaran agama tidak universal.

Dalam hal ini saya ingin menjelaskan bahwa hal-hal yang menyangkut spiritualitas sumbernya dari agama. Setiap orang memiliki kecerdasan spiritual bersumber dari ajaran agama. Salah satu hal yang ingin saya perkenalkan adalah kitab suci Al-Qur’an adalah sumber informasi tentang adanya kecerdasan-kecerdasan spiritual yang harus dimiliki oleh setiap manusia. Mengapa saya katakan setiap manusia? Karena Al-Qur’an bukan hanya untuk kaum muslimin tetapi untuk panduan seluruh manusia. Al-Qur’an menjelaskan Hai manusia, sembahlah Tuhanmu Yang telah menciptakan kalian dan orang-orang yang sebelum kalian, agar kalian bertakwa.” (Al-Maidah, 2:21).

SEMUA KEJADIAN TINDAKANNYA SAMA YAITU BERDERMA
Secara ringkas saya ingin perkenalkan kecerdasan-kecerdasan spiritual yang ada dalam Al-Qur’an, untuk membantu manusia dalam menyikapi masalah hidup. Menarik suatu pernyataan dari Danah Zohar, beliau mengutif dari Rudyard Kipling, yaitu “Jikalau bersua dengan kejayaan dan penderitaan, dan kau mampu menggapi keduanya dengan cara yang sama… maka kau akan jadi seorang manusia anakku”. (Marshall & Zohar, 2007, 168). Hal ini menunjukkan manusia kelas spiritual tinggi yang sudah melihat potensi baik dari segala kejadian. Untuk mencapai posisi ini, ada kercerdasan spiritual yang harus dimiliki oleh  manusia.

Di dalam Al-Qur’an, informasi tentang manusia yang bisa menanggapi segala kejadian dengan cara yang sama adalah yang bisa konsisten berbuat baik dalam kondisi sempit dan lapang. Hal ini dindikasikan dalam komitmen seseorang dalam berderma (sedekah).

(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.” (Ali Imran, 3:134)

Di bawah ini akan saya beri panduan pola berpikir dari Al-Qur’an untuk membantu Anda dalam menghadapi permasalahan. Bagi yang beradama Islam karena panduan ini sumbernya dari Al-Qur’an selain diuji dengan pembuktian, bisa di dorong dengan keyakinan. Bagi yang non muslim bisa uji kebenaran dengan bukti-bukti di lapangan.
 Pola-pola berpikir di bawah ini akan membantu Anda, menentukan apakah Anda punya kecerdasan spiritual atau tidak. Silahkan perhatikan pola berpikir dari Al-Qur’an di bawah ini:

TABEL PETUNJUK BERPIKIR DARI AL-QUR’AN

POLA BERPIKIR
SIKAP/EMOSI
TINDAKAN
SEBAB
AKIBAT
KESULITAN
KEMUDAHAN
SENANG
SEDEKAH
GAGAL
SUKSES
SENANG
SEDEKAH
SAKIT
REZEKI
SENANG
SEDEKAH
CACIAN
KEDUDUKAN
SENANG
SEDEKAH
BENCANA
REZEKI MELIMPAH
SENANG
SEDEKAH
FITNAH
KECERDASAN
SENANG
SEDEKAH
MISKIN
KAYA
SENANG
SEDEKAH
PENGELUARAN
PEMASUKKAN
SENANG
SEDEKAH
ANCAMAN
KESELAMATAN
SENANG
SEDEKAH
DOSA
AMPUNAN
SENANG
SEDEKAH

Tabel petunjuk berpikir di atas, akan membantu Anda dalam menghadapi masalah kehidupan yang kita terima. Ingat bukan masalah orang lain, tapi masalah kita sendiri. Kuncinya adalah dengan mensetting pola pikir seperti tabel di atas. Jika kita gagal, maka baca akibatnya adalah sukses. Emosi yang hadir di hati adalah senang, tindakannya adalah lakukan sedekah. Ukuran sedekah bukan harta, tetapi segala kebaikan yang mampu kita lakukan yang bisa membawa manfaat bagi banyak orang.

Konsep dasar pola pikir dalam tabel di atas, grand theorinya dijelaskan dalam Al-Qur’an, “Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan,” (Alam Nasyrah, 94:5). Menurut keterangan Al-Qur’an hidup ini adalah siklus antara dua kejadian yaitu diawali dari sulit  berlanjut ke mudah. Kesulitan akan dialami dalam berbagai bentuk sesuai variasi hidup manusia, dan kemudahan akan datang dalam berbagai bentuk sesuai dengan variasi hidup manusia. Siklus ini terjadi di alam, seperti terjadinya siang malam, jatuh bangunnya peradaban, terbenam dan terbit.

Jika anda mampu menerapkan pola pikir ini, maka anda termasuk orang yang memiliki kecerdasan spiritual, seperti yang dikatakan oleh Danah Zohar dan Ian Marshall. Selain itu, pola berpikir inilah yang dimaksud dengan mengambil manfaat dari kemalangan. Dengan pola pikir ini, Anda akan menyikapi semua kejadian dengan satu tindakan yaitu sedekah. Anda termasuk manusia kelas tinggi, karena emosinya sudah stabil tanpa dipengaruhi oleh kondisi lingkungan.

Untuk menananmkan pola pikir ini dalam pikiran, pahamilah nasihat para Nabi, Sufi dan Filsuf, bahwa kenyataan hidup bukan yang anda lihat tetapi apa yang anda pikirkan. Kedamaian, kebahagian, sumbernya dari pola pikir dan ketetapan hati. Maka dari itu, dalam Al-Qur’an ada perintah, “…jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa…” (Al Hujurat, 49:12). Jauhi prasangka yang tidak bermanfaat, kembangkanlah prasangka yang positif. Setiap prasangka atau persepsi adalah kenyataan hidup yang akan anda alami. Nikmat mana lagi yang kamu dustakan?

(Penulis Master Trainer Logika Tuhan)

Tuesday, August 14, 2018

BEYOND IMAGINATION!!!

OLEH: MUHAMMAD PLATO

Dalam kamus KBBI, beyond memiliki makna kata benda yaitu alam baka, dan sebagai kata depan dengan arti melebihi, terlalu sulit, diluar. Kata beyond kami gunakan sebagai motto sekolah dikaitkan dengan kata imagination (imaginasi). Beyond Imagination memiliki makna  kemampuan berpikir kreatif menembus alam baka (akhirat), kemampuan berpikir diluar batas nalar manusia. Berpikir Beyond Imagination menandai bahwa anak-anak akan dilatih menjadi manusia-manusia religius dan cerdas melebihi kecerdasan manusia biasa.

Sekolah dengan Visi mewujudkan siswa religius, cerdas, kreatif, mandiri dan pewirausaha, memiliki makna bahwa sekolah bercita-cita membentuk anak-anak religius dengan kemampuan berpikir tinggi diluar batas nalar manusia biasa. Kemampuan berpikir diluar batas nalar manusia biasa, diwujudkan dengan mengajarkan pola-pola pikir yang bersumber kitab suci Al-Qur’an.

BEYOND IMAGINATION BERPIKIR MELAMPAU BATAS NALAR MANUSIA 
Pola bikir yang bersumber dari Al-Qur’an memiliki kekhususan. Pola pikir bisa dibedakan menjadi tiga jenis yaitu pola pikir alam material, mistis, dan religius. Pola pikir material dikembangkan dari hasil pengamatan gejala alam. Pola pikir mistis dikembangkan dari tradisi, kepercayaan, dan mitos yang berkembang di masyarakat. Pola pikir religius mengikuti petunjuk-petunjuk dari sumber kitab suci ajaran agama.

Pola pikir religius yang dikembangkan dari Al-Qur’an dan Hadist, inilah yang disebut pola pikir Beyond Imagination. Pola pikir ini bisa membangun karakter tangguh. Pola pikir Beyond Imagination dapat mendorong anak-anak terus bergerak, berpikir tanpa batas karena ada dorongan keyakinan dari Tuhan Penggerak Alam Semesta.

Beyond Imagination adalah pola-pola pikir khas yang dikembangkan dari kitab suci Al-Qur’an dan hadist dengan tujuan membangun karakter tangguh. Kemampuan berarakter tangguh ditandai dengan mampu berpikir kreatif, cerdas, mandiri dan pewirausaha.

Pola pikir pembentuk karakter tangguh mengarahkan kepada anak-anak untuk fokus pada pengembangan potensi diri dengan mengikuti pola pikir petunjuk Tuhan Yang Esa. Pola pikir ini akan membentuk pribadi anak-anak yang selalu mengevaluasi diri terhadap semua kejadian yang dialaminya. Dengan pola pikir ini akan lahir generasi-generasi yang selalu fokus kepada kreativitas untuk menciptakan hal-hal positif dan menyelesaikan segala permasalahan hidup di masyarakat.

Fokus pola pikir religius (beyond imagination) seperti dijelaskan dalam Al-Qur’an surat Al-Israa ayat tujuh. “Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat maka kejahatan itu bagi dirimu sendiri,..”. Pola pikir ini akan memfokuskan anak-anak untuk tidak menyalahakan orang lain dan fokus kepada pengembangan pribadi berkualitas dengan selalu mengevaluasi diri. Pola pikir ini akan mengarahkan anak-anak untuk selalu sadar bahwa kemampuan terbesar untuk mengubah keadaan bersumber dari dalam bukan dari luar dirinya. Pola pikir ini juga akan mengarahkan anak-anak untuk selalu berpikir positif sebagai sarana untuk mencapai kebahagiaan hidup di masyarakat masa sekarang, dan masa akan datang sampai tembus di kehidupan alam baka.

Pola pikir beyond imagination lainnya yang akan membantu anak-anak menuju kehidupan bahagia dengan mengimplementasikan rumus hidup sukses yang diajarkan dalam kitab suci Al-Qur’an surat Al-baqarah ayat 261; “Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir: seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.”.

Rumus hidup sukses dari ayat diatas, disusun dalam rumus sederhana yaitu 1-1=700. Rumus ini diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari dengan bahasa logika bahwa kesejahteraan akan didapat sangat tergantung kepada berapa yang dikeluarkan, bukan tergantung kepada berapa yang didapat. Rumus ini akan membangun karekter anak-anak sebagai jiwa-jiwa yang rela berkorban.

Rumus hidup Beyond Imagination ini akan membangun karakter anak-anak sebagai penemu solusi dan penyejahtera dimapaun mereka berada. Dimanapun anak-anak berada akan menjadi karakter pemberi manfaat, kreatif, cerdas, mandiri, dan pewirausaha.

Pola pikir Beyond Imagination lainnya yang akan membentuk karakter anak-anak yaitu kemampuan membangun optimisme hidup tanpa batas. Optimisme adalah energi hidup yang bisa terus menggerakkan anak-anak untuk tetap berkreativitas, pantang mengeluh, pantan berputus asa dan menyalahkan orang lain.  

Optimis tanpa batas diawali dengan pola pikir selalu berharap kepada Tuhan Yang Esa. Sebagai mana diperintah Tuhan dalam Al-Qur’an, “dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.” (Alam Nassyrah, 94:8). 

Dengan optimismenya yang tanpa batas, anak-anak akan punya semangat terus membaca seluruh fenomena alam, mengungkap rahasia di langit dan dibumi. Selama hayat dikandung badan harapan, cita-citanya untuk mensejahterakan orang, dan kreativitasnya tidak akan pernah berhenti dan ada yang membatasinya kecuali kematian. Untuk membaca akan dijadikan sebagai prilaku dasar untuk memabngun harapan dan kreativitasnya sebagaimana diperintahkan oleh Tuhan Yang Esa, “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan,” (Al Alaq, 96:1).

Itulah pola-pola pikir Beyond Imaginaton yang akan diajarkan dan ditanamkan dalam otak anak-anak. Beyond Imaginaton adalah software atau aplikasi berpikir otak manusia yang akan membawa anak-anak hidup damai dan sejahtera dalam mengarungi dunia di abad 21. Semoga Tuhan Yang Esa terus membimbing kita semua dengan pola-pola pikir di luar batas manusia, Beyond Imagination!

Dan inilah yel-yel Beyond Imagination kita! Optimsis…!!! Dijawab Tanpa Batas…!!!  Allahu akbar….!!! Dijawab Fokus Pada Allah…!!! Wallahu’alam.

(Penulis Master Trainer Logika Tuhan) 

Sunday, August 12, 2018

SHALAT DAN IBADAH

OLEH: MUHAMMAD PLATO

Shalat dan ibadah dua konsep yang berbeda. Namun pada kenyataannya, orang-orang sering mengerucutkan makna ibadah dengan kegiatan ritual shalat. Inilah pangkal dari pemahaman makna ibadah menjadi sempit. Atas dasar itu, orang-orang menjadi memahami ibadah sebagai kegiatan shalat saja. Di luar itu urusan menjadi di luar kontek ibadah.

Allah memisahkan konsep shalat dan ibadah sebagai mana tertulis dalam terjemah Al-Qur’an dalam beberapa kata, “Katakanlah: "Sesungguhnya shalat, ibadah (wanusukii), hidup dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam,” (Al An aam, 6:162)

Katakanlah: "Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: "Bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan Yang Esa". Barang siapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya maka hendaklah ia mengerjakan amal yang shaleh dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadah (bi’ibadati) kepada Tuhannya".   (al kahfi, 18:110)

Tuhan (yang menguasai) langit dan bumi dan apa-apa yang ada di antara keduanya, maka sembahlah (fa’budhu)  Dia dan berteguh hatilah dalam beribadah (li’ibadatihi) kepada-Nya. Apakah kamu mengetahui ada seorang yang sama dengan Dia (yang patut disembah)? (Maryam, 19:65)

Jika Nabi menceraikan kamu, boleh jadi Tuhannya akan memberi ganti kepadanya dengan istri-istri yang lebih baik daripada kamu, yang patuh, yang beriman, yang taat, yang bertobat, yang mengerjakan ibadah (‘abidatin), yang berpuasa, yang janda dan yang perawan. (At Tahriim, 66:5)

Sebutlah nama Tuhanmu, dan beribadahlah (wa tabattal) kepada-Nya dengan penuh ketekunan. (Al Muuzzamil, 73:8)

SEMUA YANG DIKATAKAN BERNILAI IBADAH JIKA ATAS NAMA ALLAH SWT
KESIMPULAN

Konsep ibadah menaungi semua kegiatan dalam penyembahan kepada Tuhan Yang Esa. Bagi umat Islam shalat adalah salah satu bentuk ibadah penyembahan kepada Allah. Pada prakteknya seluruh aktivitas amal baik yang diniatkan dengan menyebut nama Allah adalah implementasi beribadah.

Konsep Ibadah adalah ajakan kepada umat manusia dan jin untuk selalu patuh, beriman, taat, dan bertobat kepada Tuhan Yang Esa. Apapun kegiatannya yang dilakukan manusia dengan tujuan atas nama Tuhan yang Esa itulah ibadah.

Menuntut ilmu, berbicara, berceramah, berkerja, mencari nafkah, belajar, jual beli, berpolitik, menikah, bekendaraan, bepergian, mengobati, jika dikerjakan atas nama Allah swt masuk dalam kontek ibadah. Bagi orang-orang yang menjadikan Tuhan Yang Esa sebagai alasan segala aktivitas dikerjakannya, dia telah melaksanakan ibadah.

“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.” (Adz Dzariyaat, 51:56)


Ibadah rutin yang menjadi pokok pembeda dengan manusia lain, yang bersifat penyembahan kepada Allah swt, dalam Islam diajarkan dengan ritual shalat lima waktu, beserta shalat tambahannya sesuai yang dicontohkan Rasulullah saw. wallahu’alam.

(PENULIS MASTER TRAINER LOGIKA TUHAN)

Saturday, August 11, 2018

INDEKS KEBAHAGIAAN ABADI

OLEH: MUHAMMAD PLATO

Hasil dari pendidikan yang diharapkan oleh semua orang adalah kebahagian. Indeks Kebahagiaan Indonesia tahun 2014 sebesar 68,28 pada skala 0–100. Indeks kebahagiaan merupakan rata-rata dari angka indeks yang dimiliki oleh setiap individu di Indonesia pada tahun 2014. Semakin tinggi nilai indeks menunjukkan tingkat kehidupan yang semakin bahagia, sebaliknya semakin rendah nilai indeks maka penduduk semakin tidak bahagia. 

Indeks kebahagiaan merupakan indeks komposit yang disusun oleh tingkat kepuasan terhadap 10 aspek kehidupan yang esensial. Kesepuluh aspek tersebut secara substansi merefleksikan tingkat kebahagiaan yang meliputi kepuasan terhadap: 1) kesehatan, 2) pendidikan, 3) pekerjaan, 4) pendapatan rumah tangga, 5) keharmonisan keluarga, 6) ketersediaan waktu luang, 7) hubungan sosial, 8) kondisi rumah dan aset, 9) keadaan lingkungan, dan 10) kondisi keamanan. (www.wikipedia.org).

Coba perhatikan, semua unsur kebahagiaan ukurannya bergantung pada sesuatu yang material. Kebahagiaan yang bergantung pada material bersifat relatif. Maka sesungguhnya orang-orang yang mengandalkan kebahagiaannya bergantung pada material tidak akan pernah menemukan kebahagian permanen.

Apakah yang membuat kita bahagia permanen? Allah menjamin kebahagiaan manusia secara permanen. “Dan sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang beriman dan berbuat baik, bahwa bagi mereka disediakan surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya.” (Al Baqarah, 2:25).

Sesungguhnya kebahagian abadi akan didapatkan oleh seseorang jika punya keimanan dan kayakinan kepada Tuhan Yang Esa. Keimanan dan keyakinan kepada Tuhan Yang Esa melahirkan harapan baik. Siapapun yang punya harapan baik akan hidup dengan penuh sukacita.  

Maka orang-orang yang punya keimanan dan keyakinan kepada Tuhan tidak akan pernah bertemu dengan pesimisme, karena Tuhan dipersepsi oleh orang-orang beriman dan berkeyakinan, sebagai dzat  yang  mampu mewujudkan segala kebutuhan hidup. Sedih, khawatir, tidak akan pernah hinggap dalam hati dan pikirannya.

Tugas para penceramah, pemuka agama dan guru adalah mengajarkan kepada semua orang agar bisa hidup bahagia. Mereka harus diberi pemahaman bahwa kebahagian tidak tergantung pada fasilitas hidup di dunia, tetapi kekuatan keimanan dan keyakinan kepada Tuhan.

“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (Al-Baqarah, 2:155).

Penyebab ketakutan adalah segala sesuatu yang bersifat material, dan penyebab kebahagiaan adalah kesabaran menanti janji kesejahteraan dari Tuhan. Sesungguhnya Tuhan Yang Esa tidak pernah ingkar janji.

KEBAHAGIAAN ABADI ITU JIKA KITA BISA MENGELUARKAN 
Upaya terberat manusia dalam mewujudkan kebahagian adalah usaha menanamkan kepercayaan dan keyakinan ke dalam hati dan pikiran bahwa Tuhan akan menjamin kesejahteraan hidup di dunia dan akhirat. Usaha menanamkan kepercayaan dan keyakinan tersebut ditempuh dengan jalan mendaki yaitu dengan mendirikan shalat sebagai sarana minta tolong kepada Tuhan agar lepas dari barang-barang material. Melepaskan diri dari barang-barang material dengan cara melatih melepaskan barang-barang yang kita cintai untuk kesejahteraan orang lain sampai menjadi karakter.

Kehidupan dunia tidak akan memberikan kebahagiaan sempurna, kecuali mereka yang bersabar dan bersyukur atas segala pemberian Tuhan. Maka upaya pemerintah dalam mensejahterakan rakyatnya harus berfokus pada meningkatkan kesadaran ketaatan masyarakat kepada Tuhannya. Prioritas program pemerintah dalam hal ini adalah pendidikan berbasis ajaran moral agama.

Ajaran agama tidak dipersepsi sebagai ajaran sempit dan kerdil. Pada hakikatnya agama mengajarkan kepada manusia untuk hidup selaras dengan alam dengan menyebarkan rasa cinta dan damai.

Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam. (Al Anbiyaa, 21:107).

Dalam prinsip Islam, kebahagiaan tidak terletak pada kepemilikan melainkan mengeluarkan. Kepemilikan justru akan mengakibatkan ketakutan dan penderitaan. Untuk itulah dalam Islam kehidupan dunia bukan tujuan tapi sarana untuk mencapai kebahagian di akhirat. Wallahu’alam.

(Penulis Master Trainer Logika Tuhan)

Sunday, August 5, 2018

MENTAL OPTIMIS TANPA BATAS

OLEH: MUHAMMAD PLATO

Dalam kehidupan sehari-hari yang harus dijaga setiap saat adalah pikiran optimis. Tanpa optimisme, manusia tidak akan bergerak. Segala sesuatu digerakkan oleh optimisme. Maka salah satu tugas yang harus dijaga dalam dunia pendidikan adalah menjaga hati dan pikiran anak-anak agar tetap optimis. Maka dari itu, dalam dunia pendidikan tidak boleh ada ujaran-ujaran kebencian yang dapat mematikan optimisme anak-anak.

Optimisme bisa terlahir karena ada harapan hidup yang lebih baik, menyenangkan, dan menggembirakan. Bagi mereka yang tidak memiliki harapan hidup lebih baik, meyenangkan, dan menggembirikan, mereka cenderung pesimis, dan cenderung ingin mengakhiri hidup.

Penelitian terhadap kadar optimisme dan pesimis dari 122 orang pria yang mengalami serangan jantung telah dilakukan. Setelah delapan tahun, dari 25 orang yang paling pesimis, 21 dintaranya telah meninggal dunia. Sementara itu, dari 25 orang yang paling optimis, hanya enam orang yang meninggal. Sebuah teori berpendapat bahwa sikap optimisme dapat menghindarkan diri dari depresi, cemas, dan stres, serta rentan untuk terkena kanker. (Sholeh, 158:2012). Hasil penelitian ini dapat sisimpulkan bahwa sikap optimis dapat menyehatkan dan memanjangkan umur.

Jika seseorang diajak untuk berbuat sesuatu lalu dijanjikan harapan baik (kabar gembira), maka kemungkinan besar setiap orang akan melakukan perbuatan tersebut karena ingin mendapatkan harapan baik yang dijanjikan. Pada intinya optimisme selalu terlahir karena ada harapan baik (kabar gembira) yang dijanjikan.

Mereka menjawab: "Kami menyampaikan kabar gembira kepadamu dengan benar, maka janganlah kamu termasuk orang-orang yang berputus asa". (Al Hijr, 15:55)

Optimisme yang digantungkan pada hal-hal material, akan mengalami pasang surut. Hal yang bersifat material, kadang bisa didapatkan kadang tidak. Hal yang bersifat material pun bersifat fana dan hilang, untuk itu dia tidak bisa menjanjikan sesuatu secara permanen. Maka dari itu, optimisme yang dibangun karena hal-hal material cenderung tidak mampu bertahan lama, sehingga menyebabkan seseorang kecewa dan jatuh sakit.

JIKA HARAPAN KITA DIGANTUNGKAN KEPADA TUHAN MAKA HARAPAN KITA TIDAK AKAN PERNAH MATI KARENA TUHAN TIDAK AKAN PERNAH MATI
Optimisme yang permanen diajarkan dalam Al-Qur’an dengan perintah Tuhan kepada manusia agar selalu menggantungkan hidupnya kepada Tuhan Yang Esa, dan menjadikan Tuhan sebagai satu-satunya tempat berharap.

Tuhan adalah dzat yang maka kaya dan tidak akan pernah mati. Tuhan adalah wujud yang tidak akan pernah hancur dan mati. Maka barang siapa yang berharap kepada wujud yang tidak akan pernah hancur dan mati, maka harapannya tidak akan pernah mati. Selama harapan itu digantungkan kepada Tuhan, harapan itu akan terus hidup seperti Tuhan yang tidak akan pernah mati. Maka perintah-Nya;

“dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.” (Alam Nasyrah, 94:8).

Harapan manusia kepada Tuhan dibangun dalam bentuk ritual doa. Sebaik-baiknya ritual doa dilakukan dalam tindakan shalat. Maka mengajarkan shalat kepada anak-anak didik, adalah mengajarkan agar anak-anak didik membangun harapannya setiap pagi kepada Tuhan, bukan kepada hal-hal yang bersifat profan (duniawi).

Shalat dalam kurikulum pendidikan adalah upaya sadar untuk menghadirkan sikap optimisme ke alam bawah sadar anak-anak didik. Menurut penelitian Hawkins, anak-anak yang memiliki sikap optimisme, sudah termasuk pada manusia kelas atas yang punya kekuatan energi 310 untuk melakukan perubahan terhadap diri dan lingkungannya. Optimisme yang dibangun dengan shalat dapat menumbuhkan anak-anak yang sehat dan kuat.

Penelitian terhadap efek shalat tahajud terhadap kesehatan 19 orang santri yang dilakukan Moh. Sholeh (2012), membuktikan bahwa shalat tahajud yang dilakukan dengan tepat, konstinyu, pada jam 02.00-03.30 wib yang dijalankan selama delapan minggu terbukti bahwa shalat tahajud dapat menurunkan sekresi hormon kortisol. Menurunnya sekresi hormon kortisol menunjukkan bahwa shalat tahajud menyehatkan.  
Shalat tahajud dapat menumbuhkan respons emosional positif dan memperbaiki coping (upaya kognitif mengubah pandangan dan kondisi menjadi positif). Artinya shalat dapat membantu anak-anak untuk mengubah segala kondisi yang dialaminya menjadi positif. Segala kondisi yang dipersepsi positif akan melahirkan optimisme.

Optimisme yang dibangun atas dasar keimanan dan keyakinan kepada Tuhan tidak akan pernah surut. Optimisme tersebut akan bersifat permanen. Optimisme yang dibangun atas dasar ketergantungan kepada Tuhan, akan selalu melahirkan emosi senang, bahagia dan optimis tanpa batas. Wallahu’alam.

(Penulis Master Trainer Logika Tuhan)

SIFAT TUHAN DALAM PRIBADI GURU

OLEH: MUHAMMAD PLATO

Sebuah video inspiratif tentang kejadian dalam dunia pendidikan di media sosial, sungguh menggetarkan hati dan membuat mata berkaca-kaca. Seorang anak mendapat pecutan dari gurunya karena selalu datang terlambat. Anak itu seolah tidak jera untuk datang kesiangan, sekalipun selalu mendapat pecutan dari gurunya.

Suatu hari guru tersebut menyaksikan sendiri bagaimana kehidupan keluarga anak itu. Mereka dua bersaudara dan hanya memiliki satu baju seragam untuk bergantian digunakan ke sekolah. Kondisi itulah ternyata yang membuat anak itu tidak jera-jera datang siang sekalipun tekena pecutan dari gurunya.

Setelah menyaksikan kondisi anak didiknya, guru itu bersimpuh dan memeluk anak tersebut ketika datang kesiangan. Guru tersebut menyadari bahwa apa yang dilakukannya telah melampaui batas kewajaran sebagai seorang guru yang seharusnya selalu memperbaiki dan memelihara diri dari keburukan sikap.

DALAM PRIBADI GURU ADA SIFAT TUHAN YAITU PEMAAF
Fakta di atas memberikan pencerahan kepada kita semua sebagai seorang guru, untuk semaksimal mungkin menguasai ilmu pedagogik. Ilmu pedagodik adalah ilmu mendidik yang bisa guru kembangkan dengan cara memahami dunia dan latar belakang kehidupan anak-anak. Sungguh banyak kesalahan kita dalam memperlakukan anak-anak, karena ketidaktahuan kita terhadap dunia dan latar belakang anak-anak.

Keterbatasan pengetahuan para guru, telah melahirkan sikap-sikap destruktif dalam mendidik anak-anak. Padahal kita sudah sepakat, bahwa tidak ada anak-anak yang berprilaku buruk kecuali dia dibatasi oleh kondisi lingkungan dan keterbatasan akses mereka terhadap ilmu pengetahuan. Tidak mungkin ada anak-anak berprilaku buruk kecuali dia dibentuk oleh lingkungan keluarga, teman, masyarakat, guru, dan pendidikan yang buruk.

Seharusnya lingkungan pendidikan dan guru adalah benteng dan tempat berlindung satu-satunya anak-anak dari ujaran-ujaran buruk yang mematikan potensi dirinya. Haram di dunia pendidikan ada ujaran-ujaran yang dapat merusak optimisme anak-anak didik untuk mejadi anak baik.

Guru memiliki fungsi yang sama dengan para Nabi yaitu sebagai penyampai kebenaran dan pemberi kabar gembira atas apa-apa yang telah dijanjikan Tuhan kepada manusia. Sebagaimana para Nabi, jiwa guru harus dipenuhi dengan rasa cinta tanpa syarat. Rasa cinta guru tidak ditentukan oleh faktor-faktor dari luar, tapi murni harus sudah jadi sifat ilahiah yang dimiliki para guru.

Sifat ilahiah sebagai pecinta tanpa syarat adalah sifat para Nabi yang diajarkan kepada seluruh umat manusia. Guru adalah para pecinta tanpa syarat sebagaimana sifat Tuhan kepada mahkluknya. Sifat Tuhan yang maha pengampun dan penyayang adalah akhlak dari guru-guru yang memiliki sifat pecinta tanpa syarat.

Sifat Maha Pengampun dari Tuhan diimplementasikan oleh guru dengan menjadi manusia-manusia yang selalu ingin memperbaiki, menutupi segala kekurangan anak-anak didik. Dengan sifat ini, tanpa memahami latar belakang anak-anak, apapun kesalahan anak-anak, guru akan tetap memaafkan dan memperbaiki setiap kekurangan anak-anak.

Namun, untuk menghadirkan sikap-sikap pemaaf dan selalu ingin meperbaiki kekurangan anak, guru harus berusaha memahami secara mendalam latar belakang lingkungan anak-anak. Apapun yang terjadi pada anak-anak, secara lahir pasti dipengaruhi oleh lingkungan di mana dia tinggal, dimana dia bermain, dan siapa teman-teman sebayanya.

Mengetahui latar belakang anak-anak, akan merubah sikap guru dari benci menjadi pemaaf dan pemelihara. Seperti kejadian guru yang memeluk anak didiknya dengan penuh kasih karena telah memahami latar belakang anak didiknya.

Kesimpulannya, kesalahan kita dalam mendidik terjadi karena keterbatasan pengetahuan yang dimiliki oleh guru tentang bagaimana seharusnya sifat seorang guru, dan kurang memahami bagaimana latar belakang anak-anak didik. Sifat-sifat guru yang pemaaf dan pemelihara bisa hadir jika kita paham tentang siapa hakikat pendidik, dan bisa juga datang karena kita banyak belajar dari berbagai macam latar belakang lingkungan anak-anak didik kita.

Maka dari itulah, antara guru dan anak-anak didik sebenarnya akan saling belajar. Guru-guru dengan ilmu pengetahuan yang dimilikinya akan menjadi sumber ilmu bagi anak-anak. Sebaliknya anak-anak akan mentransfer pengetahuan nilai kepada guru-guru dalam memperlakukan mereka.  

Kondisi saling belajar ini akan melahirkan guru-guru teladan dalam berprilaku dan jadi contoh bagi anak-anak. Guru-guru teladan sejati adalah mereka yang memiliki sifat-sifat Tuhan yang diimplementasikan dalam pendidikan menjadi sosok guru pemaaf dan pemelihara. Wallahu ‘alam.

(Penulis Master Trainer Logika Tuhan)

KURIKULUM DARI TUHAN


OLEH: MUHAMMAD PLATO

Era disrupsi menuntut dunia pendidikan terus adaftif memenuhi dinamisnya perubahan masyarakat. Perubahan kurikulum yang seyogyanya diperbaharui minimal 10 tahun sekali, seakan tidak pernah sesuai dengan perubahan zaman. Cepatnya arus informasi telah menjadi faktor penyebab utama dinamisnya perubahan masyarakat saat ini.

Perubahan zaman seperti mengikuti perubahan tipe smart phone yang berubah setiap tiga bulan. Perubahan tipe smart phone, telah memudahkan masyarakat mengakses berbagai macam pengetahuan dari berbagai negara dan budaya. Konten-konten budaya dengan bau erotisme milik suatu suku, atau bangsa, kini tampil dalam dunia maya menjadi konsumsi seluruh bangsa. Erotisme menjadi langkah promosi produk yang masih tetap dimanfaatkan untuk menarik keuntungan besar dalam bidang ekonomi.

Smart phone dengan memori dan penyimpanan data besar, memiliki kecepatan akses dan menyimpan jutaan data. Teknologi ini semakin melancarkan masyarakat untuk mengakses berbagai pengetahuan dari internet tanpa kendali dari siapapun kecuali dirinya dengan Tuhan.

SEHEBAT APAPUN KURIKULUM HASIL PEMIKIRAN, AKAN KEMBALI KEPADA KURIKULUM TUHAN
Usia anak-anak dari sekolah dasar sampai menengah atas adalah usia yang sangat haus dengan pengetahuan. Moralitas pada usia anak sekolah sangat labil. Rasionalitas tidak menjadi bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan, mereka cenderung mengikuti apa yang diinginkannya.

Teori perubahan menyatakan bahwa tahap akhir perubahan manusia berada di masyarakat positvistik (rasional empiris). Pada tahap ini, agama yang dianggap hanya fiksi, akan benar-benar ditinggalkan masyarakat. Namun, faktanya, dari hasil penelitian Norris dan Inglehart (2004), saat ini masyarakat dunia tidak sedang berada di dunia positivistik, tapi sangat religius. Ini artinya teori tidak sesuai dengan kenyataan.

Masyarakat sekulern yang tidak menganggap penting adanya agama, mereka masih tetap mengakui adanya Tuhan. Saat ini dunia seperti sedang kembali ke dunia teologis, yang dulu diprediksi oleh para ahli sosiologi akan ditinggalkan oleh masyarakat.

Kondisi ini menjadi salah satu bukti bahwa ilmu pengetahuan tidak bisa memprediksi perubahan yang terjadi pada masyarakat. Dalam kondisi ketidakpastian (chaos) saat ini, masyarakat butuh kepastian yang bisa menjamin hidupnya bahagia. Untuk itulah masyarakat sedang berbondong-bondong kembali kepada agama (teologi).  

Maka dari itu, trend pendidikan abad 21 diwarnai sentuhan-sentuhan pendidikan yang bersumber dari agama. Sekolah berbasis agama menawarkan kurikulum dengan pendekatan holistik untuk menjawab kebutuhan masyarakat. Sayang, pendidikan agama dengan pendekatan holistik, fasilitas lengkap, ditawarkan dengan biaya tak ternjangkau masyarakat biasa. Biaya masuk puluhan sampai ratusan juta menjadi terkesan pendidikan mahal berbanding lurus dengan kualitas. Logika ekonomi kapitalis telah menyesatkan dunia pendidikan berbasis agama.

Untuk itu sekolah-sekolah negeri yang dikelola oleh negara masih menjadi harapan masyarakat untuk mendapatkan layanan pendidikan berkualitas tapi murah dan terjangkau. Inovasi kurikulum pun perlu dilakukan di sekolah-sekolah negeri untuk menghadapi perubahan zaman yang sedang mengarah kembali kepada zaman religius.
Inovasi kurikulum dilakukan dengan memasukkan ajaran-ajaran moral yang besumber dari agama. Mengajarkan moralitas kepada anak-anak dari sumber ajaran agama, lebih mudah dilakukan karena kepercayaan kepada Tuhan adalah naluri manusia. Naluri percaya kepada Tuhan bisa diolah menjadi alat untuk mengendalikan anak-anak dari dalam dirinya bukan karena rasa takut pada hal-hal yang material.

Harapan-harapan hidup bahagia yang dijanjikan Tuhan akan membantu anak-anak untuk hidup lebih sabar dan tetap optimis dalam bekerja keras. Janji-janji Tuhan yang pasti, akan membantu membangun moralitas anak-anak menjadi manusia-manusia tangguh di abad ini. Itulah kurikulum dari Tuhan yang harus kita masukkan ke dalam kurikulum pendidikan saat ini melalui program peningkatan pendidikan karakter.

Mengajarkan hidup sukses dengan moral agama tidak ada istilah trial and error, karena agama mengajarkan kepastian. Sesungguhnya segala ketentuan Tuhan tidak pernah mengalami perubahan dari dulu sampai sekarang. Ketentuan-Nya, orang-orang yang berakhlak mulia, dia pasti hidup sukses di dunia dan akhirat. Maka dari itu, sehebat apapun manusia berpikir pada ujungnya manusia akan kembali tunduk pada ketentuan Tuhannya. Wallahu’alam.

(Master Trainer Logika Tuhan)