Saturday, August 11, 2018

INDEKS KEBAHAGIAAN ABADI

OLEH: MUHAMMAD PLATO

Hasil dari pendidikan yang diharapkan oleh semua orang adalah kebahagian. Indeks Kebahagiaan Indonesia tahun 2014 sebesar 68,28 pada skala 0–100. Indeks kebahagiaan merupakan rata-rata dari angka indeks yang dimiliki oleh setiap individu di Indonesia pada tahun 2014. Semakin tinggi nilai indeks menunjukkan tingkat kehidupan yang semakin bahagia, sebaliknya semakin rendah nilai indeks maka penduduk semakin tidak bahagia. 

Indeks kebahagiaan merupakan indeks komposit yang disusun oleh tingkat kepuasan terhadap 10 aspek kehidupan yang esensial. Kesepuluh aspek tersebut secara substansi merefleksikan tingkat kebahagiaan yang meliputi kepuasan terhadap: 1) kesehatan, 2) pendidikan, 3) pekerjaan, 4) pendapatan rumah tangga, 5) keharmonisan keluarga, 6) ketersediaan waktu luang, 7) hubungan sosial, 8) kondisi rumah dan aset, 9) keadaan lingkungan, dan 10) kondisi keamanan. (www.wikipedia.org).

Coba perhatikan, semua unsur kebahagiaan ukurannya bergantung pada sesuatu yang material. Kebahagiaan yang bergantung pada material bersifat relatif. Maka sesungguhnya orang-orang yang mengandalkan kebahagiaannya bergantung pada material tidak akan pernah menemukan kebahagian permanen.

Apakah yang membuat kita bahagia permanen? Allah menjamin kebahagiaan manusia secara permanen. “Dan sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang beriman dan berbuat baik, bahwa bagi mereka disediakan surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya.” (Al Baqarah, 2:25).

Sesungguhnya kebahagian abadi akan didapatkan oleh seseorang jika punya keimanan dan kayakinan kepada Tuhan Yang Esa. Keimanan dan keyakinan kepada Tuhan Yang Esa melahirkan harapan baik. Siapapun yang punya harapan baik akan hidup dengan penuh sukacita.  

Maka orang-orang yang punya keimanan dan keyakinan kepada Tuhan tidak akan pernah bertemu dengan pesimisme, karena Tuhan dipersepsi oleh orang-orang beriman dan berkeyakinan, sebagai dzat  yang  mampu mewujudkan segala kebutuhan hidup. Sedih, khawatir, tidak akan pernah hinggap dalam hati dan pikirannya.

Tugas para penceramah, pemuka agama dan guru adalah mengajarkan kepada semua orang agar bisa hidup bahagia. Mereka harus diberi pemahaman bahwa kebahagian tidak tergantung pada fasilitas hidup di dunia, tetapi kekuatan keimanan dan keyakinan kepada Tuhan.

“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (Al-Baqarah, 2:155).

Penyebab ketakutan adalah segala sesuatu yang bersifat material, dan penyebab kebahagiaan adalah kesabaran menanti janji kesejahteraan dari Tuhan. Sesungguhnya Tuhan Yang Esa tidak pernah ingkar janji.

KEBAHAGIAAN ABADI ITU JIKA KITA BISA MENGELUARKAN 
Upaya terberat manusia dalam mewujudkan kebahagian adalah usaha menanamkan kepercayaan dan keyakinan ke dalam hati dan pikiran bahwa Tuhan akan menjamin kesejahteraan hidup di dunia dan akhirat. Usaha menanamkan kepercayaan dan keyakinan tersebut ditempuh dengan jalan mendaki yaitu dengan mendirikan shalat sebagai sarana minta tolong kepada Tuhan agar lepas dari barang-barang material. Melepaskan diri dari barang-barang material dengan cara melatih melepaskan barang-barang yang kita cintai untuk kesejahteraan orang lain sampai menjadi karakter.

Kehidupan dunia tidak akan memberikan kebahagiaan sempurna, kecuali mereka yang bersabar dan bersyukur atas segala pemberian Tuhan. Maka upaya pemerintah dalam mensejahterakan rakyatnya harus berfokus pada meningkatkan kesadaran ketaatan masyarakat kepada Tuhannya. Prioritas program pemerintah dalam hal ini adalah pendidikan berbasis ajaran moral agama.

Ajaran agama tidak dipersepsi sebagai ajaran sempit dan kerdil. Pada hakikatnya agama mengajarkan kepada manusia untuk hidup selaras dengan alam dengan menyebarkan rasa cinta dan damai.

Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam. (Al Anbiyaa, 21:107).

Dalam prinsip Islam, kebahagiaan tidak terletak pada kepemilikan melainkan mengeluarkan. Kepemilikan justru akan mengakibatkan ketakutan dan penderitaan. Untuk itulah dalam Islam kehidupan dunia bukan tujuan tapi sarana untuk mencapai kebahagian di akhirat. Wallahu’alam.

(Penulis Master Trainer Logika Tuhan)

No comments:

Post a Comment