Sunday, August 5, 2018

SIFAT TUHAN DALAM PRIBADI GURU

OLEH: MUHAMMAD PLATO

Sebuah video inspiratif tentang kejadian dalam dunia pendidikan di media sosial, sungguh menggetarkan hati dan membuat mata berkaca-kaca. Seorang anak mendapat pecutan dari gurunya karena selalu datang terlambat. Anak itu seolah tidak jera untuk datang kesiangan, sekalipun selalu mendapat pecutan dari gurunya.

Suatu hari guru tersebut menyaksikan sendiri bagaimana kehidupan keluarga anak itu. Mereka dua bersaudara dan hanya memiliki satu baju seragam untuk bergantian digunakan ke sekolah. Kondisi itulah ternyata yang membuat anak itu tidak jera-jera datang siang sekalipun tekena pecutan dari gurunya.

Setelah menyaksikan kondisi anak didiknya, guru itu bersimpuh dan memeluk anak tersebut ketika datang kesiangan. Guru tersebut menyadari bahwa apa yang dilakukannya telah melampaui batas kewajaran sebagai seorang guru yang seharusnya selalu memperbaiki dan memelihara diri dari keburukan sikap.

DALAM PRIBADI GURU ADA SIFAT TUHAN YAITU PEMAAF
Fakta di atas memberikan pencerahan kepada kita semua sebagai seorang guru, untuk semaksimal mungkin menguasai ilmu pedagogik. Ilmu pedagodik adalah ilmu mendidik yang bisa guru kembangkan dengan cara memahami dunia dan latar belakang kehidupan anak-anak. Sungguh banyak kesalahan kita dalam memperlakukan anak-anak, karena ketidaktahuan kita terhadap dunia dan latar belakang anak-anak.

Keterbatasan pengetahuan para guru, telah melahirkan sikap-sikap destruktif dalam mendidik anak-anak. Padahal kita sudah sepakat, bahwa tidak ada anak-anak yang berprilaku buruk kecuali dia dibatasi oleh kondisi lingkungan dan keterbatasan akses mereka terhadap ilmu pengetahuan. Tidak mungkin ada anak-anak berprilaku buruk kecuali dia dibentuk oleh lingkungan keluarga, teman, masyarakat, guru, dan pendidikan yang buruk.

Seharusnya lingkungan pendidikan dan guru adalah benteng dan tempat berlindung satu-satunya anak-anak dari ujaran-ujaran buruk yang mematikan potensi dirinya. Haram di dunia pendidikan ada ujaran-ujaran yang dapat merusak optimisme anak-anak didik untuk mejadi anak baik.

Guru memiliki fungsi yang sama dengan para Nabi yaitu sebagai penyampai kebenaran dan pemberi kabar gembira atas apa-apa yang telah dijanjikan Tuhan kepada manusia. Sebagaimana para Nabi, jiwa guru harus dipenuhi dengan rasa cinta tanpa syarat. Rasa cinta guru tidak ditentukan oleh faktor-faktor dari luar, tapi murni harus sudah jadi sifat ilahiah yang dimiliki para guru.

Sifat ilahiah sebagai pecinta tanpa syarat adalah sifat para Nabi yang diajarkan kepada seluruh umat manusia. Guru adalah para pecinta tanpa syarat sebagaimana sifat Tuhan kepada mahkluknya. Sifat Tuhan yang maha pengampun dan penyayang adalah akhlak dari guru-guru yang memiliki sifat pecinta tanpa syarat.

Sifat Maha Pengampun dari Tuhan diimplementasikan oleh guru dengan menjadi manusia-manusia yang selalu ingin memperbaiki, menutupi segala kekurangan anak-anak didik. Dengan sifat ini, tanpa memahami latar belakang anak-anak, apapun kesalahan anak-anak, guru akan tetap memaafkan dan memperbaiki setiap kekurangan anak-anak.

Namun, untuk menghadirkan sikap-sikap pemaaf dan selalu ingin meperbaiki kekurangan anak, guru harus berusaha memahami secara mendalam latar belakang lingkungan anak-anak. Apapun yang terjadi pada anak-anak, secara lahir pasti dipengaruhi oleh lingkungan di mana dia tinggal, dimana dia bermain, dan siapa teman-teman sebayanya.

Mengetahui latar belakang anak-anak, akan merubah sikap guru dari benci menjadi pemaaf dan pemelihara. Seperti kejadian guru yang memeluk anak didiknya dengan penuh kasih karena telah memahami latar belakang anak didiknya.

Kesimpulannya, kesalahan kita dalam mendidik terjadi karena keterbatasan pengetahuan yang dimiliki oleh guru tentang bagaimana seharusnya sifat seorang guru, dan kurang memahami bagaimana latar belakang anak-anak didik. Sifat-sifat guru yang pemaaf dan pemelihara bisa hadir jika kita paham tentang siapa hakikat pendidik, dan bisa juga datang karena kita banyak belajar dari berbagai macam latar belakang lingkungan anak-anak didik kita.

Maka dari itulah, antara guru dan anak-anak didik sebenarnya akan saling belajar. Guru-guru dengan ilmu pengetahuan yang dimilikinya akan menjadi sumber ilmu bagi anak-anak. Sebaliknya anak-anak akan mentransfer pengetahuan nilai kepada guru-guru dalam memperlakukan mereka.  

Kondisi saling belajar ini akan melahirkan guru-guru teladan dalam berprilaku dan jadi contoh bagi anak-anak. Guru-guru teladan sejati adalah mereka yang memiliki sifat-sifat Tuhan yang diimplementasikan dalam pendidikan menjadi sosok guru pemaaf dan pemelihara. Wallahu ‘alam.

(Penulis Master Trainer Logika Tuhan)

1 comment:

  1. Bapak tahun Ini ada siswa yang tidak naik kelas karena dua orang guru tidak memberikan pengampunan akan kenakalan anak tersebut selama satu tahun Kebelakang dan tidak memberikan nilai di atas KKM semua cara sdh dikerahkan dan sebagai wali kelas saya sudah merasa gagal namun bagaimana lagi sudah ketuk Palu di pleno

    ReplyDelete