Thursday, January 30, 2020

SETELAH SEDEKAH ANAK MENINGGAL

OLEH: MUHAMMAD PLATO

Tahun 2018, “setelah melaksanakan sedekah anak saya meniggal”. Kematian anak saya begitu mendadak. Hari kamis dan Jumat saya antar anak ke sekolah. Dua hari itu ternyata catatan terakhir dalam hidup saya mengantar anak ke sekolah. Sekitar 18 tahun sangat bisa dihitung jari antar anak ke sekolah, Allah memberi kesempatan saya mengantar anak sekolah di hari-hari terakhir kematiannya.

Hari-hari terakhir dia duduk di jok depaan. Hari jumat hari terakhir saya antar anak sekolah, selama diperjalanan anak terliam diam, tidak banyak bicara. Di benak saya bertanya, kenapa tidak biasanya? Saya godain dia dengan menancap gas, dan mobil kecepatan tinggi. Biasanya dia teriak histeris, dan tertawa-tawa. Kali itu hanya tersenyum. Mobil kembali melambat.

Setelah hampir sampai sekolah, dia turun 100 meter dari sekolah. Kemudian menyebrang jalan menuju sekolah. Ketika dia menyebrang saya menatap anak itu agak lama. Badannya yang gemuk, kulitnya yang sudah putih, terlihat saat itu sangat putih seolah bercahaya. Tidak ada pikiran apa-apa kecuali bangga punya anak sehat dan semakin tumbuh dewasa. Tidak disangka itu momen terakhir dengan buah hati saya.

Hari sabtu malam anak panas dan minggu jam 9.00 kondisinya kritis. Anak langsung di bawa ke klinik terdekat. Anak muntah darah kotor, sampai mengenai baju saya. Mulutnya kejang, dan giginya kuat mengigit. Takut mengigit lidahnya, segera dikasih alat pengganjal. Anak langsung dirujuk ke rumah sakit terbaik swasta di Bandung pakai ambulan bersama Istri. Saya cari mushola, ambil air wudhu. Shalat dhuha enam rakaat, memohon pertolongan Allah untuk diselamatkan disehatkan kembali dari penyakit. Setelah itu saya berangkat mengendarai mobil dengan harapan anak bisa ditangani dan sehat kembali.

Ditengah jalan menuju rumah sakit terjadi perubahan, anak di bawa ke rumah sakit pemerintah terbesar di Bandung. Masuk UGD dan ditangani sesuai prosedur, sebagai bukti pelayanan.

Dokter yang masih sangat muda, mereka bilang kondisi kritis, kesadarannya sudah semakin menurun. Saya belum sadar anak mau meninggal. Saya bacakan alfatihah, al Ikhlas, al Falaq, An Nas, al Baqarah ayat 1-5, ayat qursi, dan ayat terakhir al Baqarah. Terlihat keluar air mata dari matanya. Saya senang saya pikir dia akan kembali sadar, ternyata itu adalah salam perpisahan.

Anak dipindah ke ruang picu yang sempit, sangat pengap. Anak sedang dibuat napas buatan dengan pompa. Saya masih punya harapan dia akan kembali sehat, ternyata itu hanya prosedural agar usaha dikatakan maksimal.

Ketika sedang sakaratul maut menjemput, dengan keyakinan saya transfer sejumlah uang ke nomor rekening panti yang saya simpan di hand phone. Dengan harapan sehatkan kembali anak kami ya Allah. Dalam hati saya menjerit memohon pertolongan Allah. Ketika nada detak jantung berhenti, inilah rasa bagaimana hidup diruang hampa. Saya menyaksikannya sambil memeluk istri. Hanya kata, sabar yang terucap, dan tubuh yang masih hangat tapi tak bernyawa di bawa ke kamar mayat. Dalam hati berkata, maafkan papi de…tidak bisa merawat, menyayangi, membahagiakan ade!

Kegundahan setelah itu adalah kepada apa yang telah saya lakukan sebelum kematian anak. Kesimpulan pesimis muncul, shalat dan sedekah tak bisa memanjangkan umur. Saya hanya menilai pada saat itu, shalat dan sedekah harus membuat anak kembali sehat dan panjang umur. Saya berpikir, “seharusnya kebaikan dibalas Allah dengan kebaikan, tetapi saat itu Allah membalas dengan kesedihan yang sangat mendalam. Peristiwa kelam itu berlalu hingga menjelang dua tahun.

Di meja makan yang biasa saya jadikan tempat kerja, saya dan istri mengenang almarhum. Istri cerita, “almarhum selalu datang dalam mimpi, ketika istri dan saya tidak berjiarah ke makamnya. Dalam mimpi almarhum selalu berdua dengan anak perempuan. Kata istri, dia adalah kakaknya, karena dulu istri saya pernah keguguran ketika usia kandungan yang diprediksi sudah punya ruh”. Kata istri, “anak perempuan itu cantik, kulitnya putih. Mukanya persis seperti ibunya”. Kadang, ketika kami tidak ziarah kubur karena sibuk, ke dalam mimpi istri, almarhum datang dengan muka sedih, air matanya mengalir dan mukanya memerah. Lalu istri saya kirim doa alfatihah dan seolah dia bicara langsung. Istri saya berkata, “maaf ya de…, besok mami ziarah sama papi, dia pun pergi”.

Kegundahan saya terjawab. Ketika membaca sebuah buku saya menemukan hadis tentang sedekah. “Sedekah selain memanjangkan umur, ternyata mencegah dari kematian yang buruk”. Dengan hadis ini saya diskusi dengan istri mengenang proses kematian anak tercinta.



Masih kuat dalam ingatan saya, “di hari sabtu malam anak sakit panas. Pagi jam 9.00 kritis. Dibawa ke klinik, langsung rujuk ke rumah sakit. Menjelang Isa, anak tercinta menghembuskan nafas terakhir. Waktunya begitu singkat, dengan hasil pemeriksaan dokter terkena serangan virus meningitis. Sebelum kematian menjemput, ternyata ketika berada di klinik, istri sudah melakukan sedekah dengan transfer uang ke panti. Praktek sedekah ketika dalam kesulitan, memang sudah sering kami diskusikan dan lakukan, mengacu kepada surat At Thalaq ayat 7. “Hendaklah orang yang mampu memberi nafkah menurut kemampuannya. Dan orang yang disempitkan rezekinya hendaklah memberi nafkah dari harta yang diberikan Allah kepadanya. Allah tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan (sekedar) apa yang Allah berikan kepadanya. Allah kelak akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan”. Intinya dikala sulit Allah perintahkan bersedekah.

Dari hadis yang saya baca di buku, terjadilah diskusi. Lalu Istri berkesimpulan, “ade meninggal dengan mudah dan tidak menyulitkan. Dari pengalaman teman-temannya, meningitis adalah penyakit yang mematikan dan bisa berminggu-minggu perawatan di rumah sakit, dan ujungnya meninggal. Ada pun yang selamat dari kematian, kondisinya sulit dipulihkan. Lalu istri berkeyakinan, bahwa kematian Ade, bisa jadi jawaban Allah dengan memudahkan kematiannya.

Memang proses kematian itu berlangsung sangat cepat dan di luar dugaan. Tapi saat itu, kami berdua menghadapinya dengan tenang dan sabar. Tidak ada jerit tangis, dan ratapan, semuanya berjalan dengan penuh kepasrahan. Proses di kamar mayat pun tidak berlangsung lama, prosedur pengurusan administrasi dan keuangan, tak satu peser pun kami keluarkan, semuanya ada yang mengurus. Bantuan datang dari kakak, dan keluarga. Ambulan menjemput dengan lancar dan kami diantar bersama mayat ke rumah, lalu mayat dimandikan.  Istri merasa heran, kenapa saat itu bisa ikut memandikan dan tegar. Tiada lain ini adalah kebaikan dari Allah, bahwa sedekah menghindarkan dari kematian yang buruk.

Hal yang mengherankan, setelah beberapa bulan ade meninggal, teman-teman sekelasnya masih pada datang untuk berziarah ke makam. Saya sempat berpikir, “ini sebuah persahabatan yang luar biasa”. Sampai sekarang, sahabat, keluarga, istri dan saya, masih rutin menjiarahinya. Orang-orang yang pernah mengenalnya, merasa kehilangan karena selama hidup mereka mengatakan, “Ade anak yang supel dan menyenangkan”. Subhanalloh…apakah ini balasan dari shalat dan sedekah yang kami kerjakan? Sebaik-baiknya tafsir adalah berprasangka baik kepada Allah. Ya Allah beri kekuatan, kami akan shalat dan bersedekah sampai bertemu dengan kematian. Wallahu’alam.   

(Penulis Head Master Trainer dan Istri) 

Saturday, January 25, 2020

MENAKLUKKAN JIN

Oleh: Muhammad Plato

Melawan jin bukan dengan mantra-mantra atau sesaji-sesaji. Mungkin anda pernah menyaksikan, ketika jin merasuki otak manusia, kemudian dibacakan ayat-ayat Al-Qur’an, jin malah tertawa dan menantang dengan menirukan membacakan ayat-ayat Al-Qur’an. Setelah itu kita menjadi ragu pada ayat Al-Qur’an karena tidak bisa menaklukkan jin. Kelemahan iman dan keraguan kita kepada ayat Al-Qur’an itulah yang membuat jin terus bercokol dalam otak dan hati manusia.

Untuk itu menaklukkan jin bukan dengan mantra atau sesaji, tetapi dengan menjaga dan melatih diri membangun kesadaran kepada Tuhan. Mantra atau sesaji sifatnya seperti bacaan yang tidak dimengerti isinya. Bacaan-bacaan yang bersifat mantra kurang melindungi otak dari bisikan-bisikan jin. Kelemahan dari mantra atau sesaji adalah tidak menyediakan stok pengetahuan yang banyak didalam otak.

Al-Qur’an yang dibaca dan dihafal tanpa mengetahui maknanya, sangat miskin pengetahuan. Untuk itu bacaan-bacaan pendek Al-Qur’an yang hanya dihafal pengetahuannya tidak memenuhi seluruh ruangan otak, kecuali orang-orang penghafal Al-Qur’an. Mereka fokus pada bacaan Al-Qur’an 30 juz, dan otaknya terjaga oleh hafalannya yang banyak. Otaknya selalu terlatih menjaga hafalan Al-Qur’an, hingga jauh dari jin.



Manusia kedudukannya lebih unggul dari pada jin. Pengetahuan kita tentang sosiologi jin dapat membantu kesadaran manusia bahwa kita berada sebagai makhluk superior dari jin. Manusia harus percaya diri bahwa manusia lebih berkuasa dari jin. Manusialah yang harus mengendalikan dan menguasai  jin, bukan kita yang dikendalikan jin.

Arti kesadaran manusia adalah ingat Allah. Manusia dikatakan sadar jika ingat Allah. Untuk selalu mengingat Allah, manusia butuh banyak pengetahuan yang sumbernya dari Allah. Kitab suci Al-Qur’an harus dibaca dan dipahami, agar seluruh ruang otak manusia diisi oleh pengetahuan-pengetahuan dari Allah. Pengetahuan-pengetahuan dari Allah inilah yang akan menjaga otak manusia tetap sadar, dan sulit dimasuki atau dipengaruhi, diperdaya, atau ditipu setan.

Pengetahuan-pengetahuan dari Allah yang bersumber dari wahyu Al-Qur’an menjadi alat untuk memecahkan masalah ketika jin memberi solusi yang buruk pada pikiran manusia. Apapaun masalahnya, emosi manusia akan terkendali karena masalah selalu diolah oleh pengetahuan-pengetahuan yang sumbernya membuat manusia ingat pada Allah.

Untuk menaklukkan jin, manusia harus memperbanyak pengetahuan yang bersumber dari kitab suci Al-Qur’an. Memahami logika Al-Qur’an akan membantu manusia memahami hukum-hukum sebab akibat dari Allah, yang akan selalu memandu kita dalam memecahkan masalah.

Untuk bisa menaklukkan jin, diwajibkan membaca Al-Qur’an tidak sekedar membaca dalam bahasa Arabnya saja, karena cara demikian tidak memberi masukkan pengetahuan yang banyak ke dalam otak. Pengetahuan-pengetahuan hukum sebab akibat dari Al-Qur’an yang ada dalam otak akan menjadi imun bagi otak. Membaca Al-Qur’an dengan hanya memerhatikan tajwij saja, kalau dilakukan terus menerus, otak kita akan mengalami kekeringan pengetahuan Al-Qur’an.

Jika otak mengalami kekeringan pengetahuan Al-Qur’an maka emosi akan lebih aktif bekerja. Pada saat emosi lebih dominan bekerja maka jin akan memberikan masukkan-masukkan (bisikan) pengetahuan yang mendorong kerja emosi orang berlebihan. Pada posisi ini manusia dikendalikan setan. 

Kesadaran diri manusia akan mudah dimasuki pengaruh jin, ketika emosi meningkat dan berlebih. Ketika kita lupa pada Tuhan saat sedih, putus asa, benci, dendam, jengkel, jin akan lebih mudah masuk pada otak manusia. Selain itu ketika kita lupa kepada Tuhan saat bahagia, bangga, senang, sukses, jin akan masuk pada otak, maka kebanggan dan kebahagian kita akan berlebihan. 

Kesadaran dalam bentuk ingat Allah, bukan sekedar ingat saja, tetapi ingatan itu harus dibangun oleh pengetahuan tentang sebab-akibat dan berlakunya ketentuan-ketentuan Allah di dalam Al-Qur’an. Hukum-hukum Allah lah yang akan memnjaga otak manusia untuk selalu ingat Allah dan emosi manusia akan dalam kondisi terkendali. Manusia punya emosi yaitu suka dan benci, senang dan sedih. Emosi ini harus terkendali agar manusia bisa mengendalikan dirinya, melalui pengetahuan dari Tuhannya manusia bisa mengendalikan dirinya dan mengendalikan gangguan-gangguan dari jin dan lingkungannya.

Orang-orang yang sakit dan selalu di ganggu jin dalam hidupnya bisa diprediksi bahwa mereka memiliki kelemahan dalam mengendalikan emosi. Untuk memeprbaikinya mereka harus memperbanyak pengetahuan-pengetahuan tentang hukum sebab akibat dari Al-Qur’an agar otaknya terlindungi dari bisikan-bisikan pengetahuan dari Jin. Wallahu’alam.

(Penulis Master Trainer Logika Tuhan).

SOSIOLOGI JIN


OLEH: MUHAMMAD PLATO

Tidak ada yang mengetahui yang gaib kecuali Allah. Selain dari Allah, informasi tentang yang gaib adalah spekulasi atau praduga, jika salah dosa dan jika benar dosa. Jika salah dosa karena telah berprasangka salah, dan jika benar dosa karena telah beriman kepada selain Allah.

Jin adalah makhluk ghaib, maka tidak ada informasi yang benar tentang jin kecuali dari Allah. Sumber kebenaran yang kita imani dari Allah adalah Al-Qur’an. Segala informasi tentang gaib dari Al-Qur’an adalah benar. Jika kita membenarkan informasi yang gaib dari Al-Qur’an, kita dapat pahala kebaikan karena beriman kepada yang benar. Jika salah memahami yang ghaib dari Al-Qur’an tetap memiliki pahala karena kita telah mempelajari Al-Qur’an.

Sekalipun ada Al-Qur’an, banyak manusia disesatkan oleh jin karena menerima informasi gaib dari selain Allah. Agar manusia tidak tertipu oleh jin, maka harus tahu sosiologi (prilaku) jin. Manusia diciptakan oleh Tuhan lebih unggul dari jin. Berikut akan penulis informasikan tentang prilaku jin dari sumber Al-Qur’an.

JIN MENGETAHUI DENGAN MENDENGARKAN

“Katakanlah (hai Muhammad): "Telah diwahyukan kepadaku bahwasanya: sekumpulan jin telah mendengarkan (Al Qur'an), lalu mereka berkata: "Sesungguhnya kami telah mendengarkan Al Qur'an yang menakjubkan”. (Al Jin, 72:1).

Jin tahu Al-Qur’an hanya berdasarkan pendengaran. Untuk mengetahui, jin hanya mengandalkan pendengaran. Jin selalu mencari informasi dengan mendengarkan. Apa yang mereka dengar itulah yang akan mereka katakana kembali.

JIN HANYA MELIHAT DAN TIDAK BISA BERPIKIR

“Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka Jahanam kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai”. (Al A’raaf, 7:179).



Jin sekalipun tahun tentang kebenaran dari Al-Qur’an, mereka tidak bisa memahaminya. Mereka tidak diberi kemampuan berpikir, dan hanya mengandalkan pengetahuan-pengetahuan dari yang didengar. Perbendaharaan pengetahuan yang dimiliki jin terbatas pada apa yang didengar. Kualitas pengetahuan mereka sangat tergantung pada kualitas pengetahuan yang didengarnya.

JIN TIDAK MENGETAHUI YANG GAIB

“Maka tatkala Kami telah menetapkan kematian Sulaiman, tidak ada yang menunjukkan kepada mereka kematiannya itu kecuali rayap yang memakan tongkatnya. Maka tatkala ia telah tersungkur, tahulah jin itu bahwa kalau sekiranya mereka mengetahui yang gaib tentulah mereka tidak tetap dalam siksa yang menghinakan.” (Saba, 34:14).

Manusia harus tahu, sekalipun jin makhluk gaib, tetapi jin sendiri tidak mengetahui yang gaib. Manusia selalu terjebak, karena jin adalah makhluk gaib maka manusia berprasangka bahwa jin mengetahui hal-hal gaib padahal tidak. Kelebihan jin adalah dia bisa masuk ke dalam alam pikiran manusia. Jin mengganggu kepada manusia dengan membisikkan pengetahuan-pengetahuan buruk untuk membangkitkan berbagai niat atau nafsu yang buruk menjadi aktif. Hal inilah yang akan membuat manusia sakit, kerasukan, dan cenderung dikendalikan jin.

Itulah sekelumit tentang sosiologi jin dari Al-Qur’an. Pengetahuan ini tentu belum cukup, kita harus lebih banyak menambah perbendaharaan pengetahuan Al-Qur’an ke dalam otak kita, agar manusia selalu berada dekat dengan Allah, sehingga kesadarannya selalu terjaga dan tidak mudah dikendalikan setan. Wallahu’alam.

(Penulis Master Trainer Logika Tuhan)

Sunday, January 19, 2020

KEUNGGULAN MANUSIA DARI JIN


OLEH: MUHAMMAD PLATO

Sudah menjadi ketetapan Tuhan, bahwa manusia lebih unggul dari Iblis. Tuhan memerintahkan kepada Iblis dan malaikat untuk tunduk kepada Adam (manusia). Apakah yang jadi sebab keunggulan manusia dari Malikat dan Iblis?

Allah berfirman: "Apakah yang menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) di waktu Aku menyuruhmu?" Menjawab iblis: "Saya lebih baik daripadanya: Engkau ciptakan saya dari api sedang dia Engkau ciptakan dari tanah". (Al A’raaf, 7:12).

Sifat Iblis adalah makhluk yang tidak bisa mengakui kelebihan manusia. Iblis terjebak oleh materi. Dia hanya bisa melihat ciptaan Tuhan dari apa yang dilihat secara material dan apa yang dia dengar. Iblis mengganggap kebaikan dari sudut pandang material bahwa api lebih baik dari tanah. Inilah kelemahan Iblis, tidak bisa memahami kebaikan dibalik materi karena hanya mengandalkan pada apa yang dilihat dan didengar.

Manusia adalah makhluk yang bukan hanya bisa melihat dan mendengar. Manusia diberi kemampuan oleh Allah untuk berpikir, sehingga bisa memahami kejadian bukan hanya berdasar pada apa yang dilihat dan didengar. Bukti bahwa kelebihan manusia sebagai makhluk berpikir adalah ketika Tuhan memerintahkan menyebutkan nama-nama (konsep-konsep) kepada Adam.

Allah berfirman: "Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka nama-nama benda ini". Maka setelah diberitahukannya kepada mereka nama-nama benda itu, Allah berfirman: "Bukankah sudah Ku katakan kepadamu, bahwa sesungguhnya Aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan?" (Al Baqarah, 2:33)



Adam adalah makhluk berpikir, maka dengan kemampuan berpikirnya Adam bisa menciptakan nama-nama benda yang terlihat maupun yang tersembunyi. Melalui kemampuan berpikirnya, kecerdasan manusia menjadi tidak tertandingi oleh malaikat dan Iblis. Untuk itu Allah memerintahkan Malaikat dan Iblis untuk sujud kepada Adam. Kecerdasan manusia yang tidak tertandingi oleh golongan Jin, dikabarkan oleh Allah dalam kisah Nabi Sulaiman. Inilah cerita penuh misteri dari kejadian di Kerajaan Sulaeman.

Berkata Sulaiman: "Hai pembesar-pembesar, siapakah di antara kamu sekalian yang sanggup membawa singgasananya kepadaku sebelum mereka datang kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri". (An Naml, 27:38)

Berkata `Ifrit (yang cerdik) dari golongan jin: "Aku akan datang kepadamu dengan membawa singgasana itu kepadamu sebelum kamu berdiri dari tempat dudukmu; sesungguhnya aku benar-benar kuat untuk membawanya lagi dapat dipercaya". (An Naml, 27:39)

Berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari Al Kitab: "Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip". Maka tatkala Sulaiman melihat singgasana itu terletak di hadapannya, iapun berkata: "Ini termasuk kurnia Tuhanku untuk mencoba aku apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan nikmat-Nya). Dan barang siapa yang bersyukur maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan barang siapa yang ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia". (An Naml, 27:40)

Itulah bukti bahwa manusia lebih unggul dari Malaikat dan Jin. Kelebihan Jin dia bisa melihat dan mendengar, tetapi tidak bisa memproses pengetahuan untuk melahirkan nama-nama baru. Namun manusia selain bisa mengetahui dengan melihat dan mendengar, lalu dengan pikirannya dia bisa mengetahui apa yang terjadi di masa lalu sekalipun tidak terlihat terjadi di jutaan tahun lalu, mampu memahami apa yang terjadi dibalik kejadian sekarang, dan mengetahui apa yang akan terjadi di masa mendatang.  

Sehebat-hebatnya ilmu jin, apa yang dia ketahui hanya terbatas pada apa yang diihat dan didengar. Untuk menghindari tipu daya jin, manusia harus mengaktifkan keunggulannya yaitu meningkatkan kemampuan otak dalam berpikir memahami logika dari ayat-ayat Tuhan. Saya menyaksikan bahwa Jin tidak mampu berpikir memahami dan menjelaskan ayat-ayat Allah. Apa yang mereka tahu bersumber dari melihat dan mendengar.  Wallahu’alam.

(Penulis Master Trainer Logika Tuhan)

Thursday, January 2, 2020

ORANG SOMBONG ITU SIAPA?


OLEH: MUHAMMAD PLATO

Kita sering mengajarkan kepada anak-anak jangan sombong. Namun kadang-kadang lupa apa kriteria orang sombong. Orang sombong lebih sering digambarkan sebagai orang yang suka membangga-banggakan kelebihan yang dimilikinya. Kemudian orang sombong selalu dialamatkan kepada orang-orang yang berkedudukan tinggi, punya kekayaan dan berilmu. Dengan demikian orang-orang miskin tidak berpotensi sombong.

Padahal jika kita kaji dari konsep Al-Qur’an, setiap manusia dari kelas kaya, miskin, berilmu, bodoh, tidak berkedudukan dan berkedudukan, mereka sama-sama memiliki potensi sombong. Di dalam Al-Qur’an, melalui pendekatan hubungan konsep kita dapat menemukan beberapa ciri dari orang-orang sombong.

ORANG SOMBONG ITU PENDUSTA-PENDUSTA NIKMAT ALLAH
(MUHAMMAD PLATO)
Tulisan ini bertujuan untuk mengajarkan kepada semua orang untuk memahami dengan baik apa kriteria kesombongan, sehingga setiap orang bisa mengidentifikasi dirinya sendiri, berdasarkan standar konsep yang ada dalam Al-Qur’an. Perhatikan konsep konsep yang di cetak tebal. Konsep konsep tersebut adalah konsep pembentuk pengertian atau definisi sombong. Hal ini penulis lakukan sebagaimana teori membangun definisi yang dikembangkan oleh para pemikir muslim atau pun non muslim yang meyakini bahwa hidup itu merupakan satu kesatuan bukan terpisah-pisah. Tokoh-tokohnya antara lain, Ibn Sina, Ibn Arabi, Hegel, Imanuel Kant, Fritjop Capra, Sorokin, Kuntowijoyo, Haidar Bagir, dan Fahmi Basya. Konsep pemikiran ini sesuai dengan keterangan di dalam Al-Qur’an. Di bawah ini adalah beberapa kriteria kesombongan yang penulis temukan dari dalam Al-Qur’an.

PERTAMA

"Bertakwalah kepada Allah", bangkitlah kesombongannya yang menyebabkannya berbuat dosa. (Al Baqarah, 2:206). Ciri dari orang sombong adalah mereka yang bebuat dosa.

KEDUA

“Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapak, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri,” (An Nisaa, 4:36). Ciri orang sombong adalah mereka yang punya kelebihan dalam hidup, tetapi tidak mau berbuat baik kepada ibu bapak, kerabat, anak yatim, orang miskin, tentangga, teman sejawat, ibnu sabil, dan hamba sahaya.

KETIGA

"Harta yang kamu kumpulkan dan apa yang selalu kamu sombongkan itu, tidaklah memberi manfaat kepadamu". (Al A’raaf, 7:48). Ciri orang sombong adalah mengumpul-ngumpulkan harta.

KEEMPAT
“Tuhan kamu adalah Tuhan Yang Maha Esa. Maka orang-orang yang tidak beriman kepada akhirat, hati mereka mengingkari (keesaan Allah), sedangkan mereka sendiri adalah orang-orang yang sombong. (An Nahl, 16:22). Ciri orang-orang sombong adalah mereka yang hatinya tidak meyakini adanya akhirat.

KELIMA
Tidak diragukan lagi bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa yang mereka rahasiakan dan apa yang mereka lahirkan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong. (An Nahl, 16:23) Ciri orang-orang sombong adalah mereka yang merasa segala sesuatu yang diketahuinya adalah miliknya.  

KEENAM
“Dan telah Kami tetapkan terhadap Bani Israel dalam kitab itu: "Sesungguhnya kamu akan membuat kerusakan di muka bumi ini dua kali dan pasti kamu akan menyombongkan diri dengan kesombongan yang besar." (Al Israa, 17:4). Ciri orang-orang yang berprilaku sombong adalah yang berbuat kerusakan di muka bumi.

KETUJUH
Dan apabila Kami berikan kesenangan kepada manusia niscaya berpalinglah dia: dan membelakang dengan sikap yang sombong; dan apabila dia ditimpa kesusahan niscaya dia berputus asa. (Al Israa, 17:83). Ciri orang-orang sombong adalah mereka ketika senang membelakangi, ketika susah putus asa.

KEDELAPAN
“Bahwa janganlah kamu sekalian berlaku sombong terhadapku dan datanglah kepadaku sebagai orang-orang berserah diri". (An Naml, 27:31). Ciri orang-orang sombong adalah mereka yang egois.

KESEMBILAN
Karena kesombongan (mereka) di muka bumi dan karena rencana (mereka) yang jahat. (Fathir, 35:43). Ciri orang sombong adalah mereka yang berencana jahat.

KESEPULUH
Sebenarnya orang-orang kafir itu (berada) dalam kesombongan dan permusuhan yang sengit. (Shaad, 38:2). Ciri orang-orang sombong adalah mereka yang kafir dan yang selalu menimbulkan permusuhan.

KESEBELAS
“Apakah wahyu itu diturunkan kepadanya di antara kita? Sebenarnya dia adalah seorang yang amat pendusta lagi sombong". (Al Qamar, 54:25). Ciri orang sombong adalah pendusta.

KEDUABELAS
(Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri, (Al Hadiid, 57:23). Ciri orang sombong adalah mereka yang berduka cita terhadap apa yang luput, dan terlalu gembira atas apa yang didapat.

KETIGABELAS
Atau siapakah dia ini yang memberi kamu rezki jika Allah menahan rezeki-Nya? Sebenarnya mereka terus-menerus dalam kesombongan dan menjauhkan diri? (Al Mulk, 67:21). Orang sombong adalah mereka yang merasa memberi rezeki, dan menahan rezeki orang.

Kesimpulan dari seluruh kriteria orang-orang sombong, mereka adalah yang tidak taat kepada apa-apa yang telah diatur dan ditetapkan oleh Allah swt. Mereka memalingkan diri, berdusta, dan merasa berkuasa, dengan tidak mengindahkan atas apa-apa yang sudah Allah tetapkan. Dengan demikian sifat sombong berpotensi terjadi pada semua lapisan masyarakat. Orang kaya, miskin, berilmu, tidak berilmu, berkedudukan atau tidak, semua berpotensi menjadi orang-orang sombong jika tidak taat pada aturan yang telah ditetapkan Allah. Wallahu’alam.

(Penulis Master Trainer Logika Tuhan)