Saturday, July 30, 2022

SETIAP ORANG ADA KARAKTER FIR'AUNNYA

Oleh: Muhammad Plato

Setiap orang ada Fir'aunnya. Kisah Fir'aun yang dikabarkan dalam Al Quran bukan hanya sebagai sosok manusia yang pernah hidup di muka bumi, tetapi sebagai karakter manusia. Allah menjelaskan secara nyata dengan memberi contoh kisah bagaimana sifat fujur (buruk) yang ada pada manusia. Salah satunya manusi berkarakter Fir'aun. 

Karakter Fir'aun selalu ada pada setiap diri manusia. Jadi Fir'aun bukan menceritakan prilaku manusia zaman dahulu kala, tetapi sedang menceritakan karakter manusia yang hidup sekarang termasuk saya dan anda. Jadi ketika Al Quran berbicara tentang Fir'aun, Al Quran sedang berbicara tentang saya dan anda.

Apa sesungguhnya karakter Fir'aun yang pasti ada pada setiap manusia? Karakter Fir'aun yang pasti ada adalah egois. Sifat-sifat yang menjadi ciri sebagai seorang individu. Kisah Fir'aun dalam Al Quran mengabarkan sebuah kisah bagaimana sifat keegoan manusia yang melampaui batas kewajaran. Maka dikatakan dalam Al Qur'an, Fir'aun adalah manusia berdosa karena melampaui batas.

Dalam diri setiap orang ada karakter Fir'aunnya, maka
Allah memimpin manusia supaya takut kepada-Nya

"Pergilah kamu kepada Fir'aun, sesungguhnya dia telah melampaui batas," (An Naazi'aat, 79:17). 

Kisah tentang Fir'aun bukan berarti hanya terjadi sekali di masa lalu. Secara historis fakta kisah Fir'aun hanya terjadi sekali di masa lalu, namun secara generalis kisah Fir'aun akan berulang sampai akhir zaman. Karakter Fir'aun yang akan berulang dalam setiap rezim atau zaman yaitu karakter berkuasa hingga menghilangkan kekuasaan Tuhan. Dalam setiap zaman selalu pasti ada manusia-manusia yang berperan sebagai Fir'aun dengan gonta-ganti nama tokoh.

Inilah karakter Fir'aun yang ada pada diri manusia dalam kehidupan keluarga maupun negara. "Kemudian dia berpaling seraya berusaha menantang. Maka dia mengumpulkan lalu berseru memanggil kaumnya. berkata: "Akulah tuhanmu yang paling tinggi". (An Nazaazi'aat, 22-24).

Sifat merendahkan orang lain, merasa benar, merasa berkuasa, ada pada setiap diri manusia. Perkelahian, pertengkaran, perselisihan, kedengkian, kebencian, bersumber pada karakter Fir'aun yang dominan muncul pada diri seseorang. Kisah Fir'aun menggambarkan bagaimana egoisme manusia yang telah melampaui batas hingga merasa dirinya sebagai Tuhan sebagai penentu segala kehidupan manusia. 

Untuk itu setiap zaman selalu ada manusia-manusia yang akan mengingatkan setiap orang untuk menyampaikan pengajaran-pengajaran agar manusia menyucikan diri dari sifat-sifat Fir'aun. "dan katakanlah: "Adakah keinginan bagimu untuk membersihkan diri. Dan kamu akan kupimpin ke jalan Tuhanmu agar supaya kamu takut kepada-Nya?Lalu Musa memperlihatkan kepadanya mukjizat yang besar." (An Naazi'aat, 79:18-20). 

Proses penyucian jiwa untuk meredam karakter Fir'aun dalam diri manusia adalah dengan beriman dan mempelajajari ayat-ayat Allah, menemukan kebenaran dan beserah diri kepada Allah dengan rasa takut melalui shalat dan sedekah. Wallahu'alam.***


Saturday, July 2, 2022

Al Quran Berbicara Big Data

Oleh: Muhammad Plato

Dalam pandangan integralis, apa yang terjadi dalam fenomena zaman saat ini tidak terpisah dari apa yang dijelaskan di dalam Al Qur'an. Konsep big data mulai dikenal setelah teknologi internet diterapkan dalam alat komunikasi media sosial. Jumlah pengguna internet semakin hari semakin bertambah. Data terakhir yang pernah penulis dengan adalah 4,2 miliar manusia di dunia sudah terkoneksi internet dari jumlah total 7 miliar lebih jumlah manusia yang ada di muka bumi. Saat ini mungkin datanya sudah berubah. Faktannya adalah hampir tiga perempat jumlah manusia di dunia sudah terkoneksi internet. 

Para pengunan internet bisa berkomunikasi dengan memanfaatkan aplikasi-aplikasi media sosial yang dimiliki secara privat dalam bentuk perusahaan swasta. Jadi saat ini pemilik data penduduk bukan lagi dimonopoli oleh pemerintah, tetapi oleh perorangan dalam lembaga swasta pemilik aplikasi media sosial. Saat ini, pemilik kerajaan, atau negara, bukan lagi dominan lembaga negara, tetapi terpolarisasi pada pemilik big data. Para pemilik big data yang real time adalah sektor swasta. Kekuatan pemerintah benar-benar hanya dalam tataran regulasi. 

Para pemilik big data kalangan swasta menjadi sangat berkuasa. Mereka bisa mengendalikan opini dan memengaruhi kebijakan negara. Mereka bisa mengendalikan pikiran orang dengan regulasi yang mereka ciptakan sendiri dalam media komunikasi yang mereka miliki. Pemilik big data bisa menghapus peta negara skehendaknya dari peta dunia. Sepertinya dengan kehadiran para pemilik big data, kita tidak berdaya. Di pengadilan dunia para pemilik big data mereka merasa bisa mengendalikan keinginan sekehendak, karena merasa sebagai pemilik big data. 

Melalui big data mereka bisa memprediksi siapa yang potensial jadi presiden. Prediksinya bisa sangat akurat karena jumlah data yang mereka gunakan sangat besar. Melalui big data mereka bisa mengambil keputusan akurat tanpa diketahui orang banyak. Para pemilik big data seperti tuhan-tuhan yang berkuasa.

Namun demikian pemilik big data sesungguhnya adalah Allah. Di dalam Al Quran Allah menjelaskan bahwa seluruh catatan miliaran prilaku manusia sudah tercatat. Sepeninggal Nabi Muhammad, kurang lebih 1400 tahun yang lalu sudah berbicara big data. 

"Sekali-kali jangan curang, karena sesungguhnya kitab orang yang durhaka tersimpan dalam sijjin. Tahukah, kamu apakah sijjin itu? (Ialah) kitab yang bertulis." (Al Mutaffifiin, 83:7-9). Kitab big data sijjin berisi catatan-catatan kecurangan manusia. 

"Sekali-kali tidak, sesungguhnya kitab orang-orang berbakti itu (tersimpan) dalam `Illiyyin. Tahukah kamu apakah `Illiyyin itu? (Yaitu) kitab yang bertulis, (Al Mutaffifiin, 83:18-20). Kitab big data 'Illiyyin menyimpan data orang-orang yang berbakti.

Pantas saja Allah bisa mengungakap skandal-skandal kecil dan besar setiap orang dengan teliti dan adil karena bisa membeberkan setiap prilaku orang semasa hidup di dunia. Semakin panjang usia seseorang semakin panjang catatan hidup mereka selama di dunia. Dari sini kita bisa menyimpulkan siapa orang-orang paling beruntung, mereka yang diberi catatan big data 'Illiyyin. Siapa yang merugi, mereka yang diberi catatan big data Sijjin. Jika begitu kualitas hidup manusia tidak dipandang dari panjang pendeknya umur, juga tidak dipandang berkedudukan dan tidak berkedudukan di dunia. Sangat mengerikan semua catatan skandal-skandal manusia, rencana-rencana jahat manusia tercatat dalam big data Sijjin. 

Artinya kehidupan dunia ini bukan masalah menguasai big data atau tidak. Pengendali dunia saat ini bukan di pemilik big data di internet. Pemilik big data sesungguhnya adalah Allah, yang sudah mencatat segala prilaku hidup manusia dalam sebuah kitab bernama Sijjin dan 'Illiyin. Sudah jelas sekali perlombaan hidup di muka bumi ini adalah mencatatkan rencan-rencana dan tindakan-tindakan baik apa yang akan kita lakukan. 

Para pemilik big data di internet jika mereka mengunakan big data yang mereka untuk kejahatan, penindasan, dan ketidakdilan, maka mereka sedang berhadapan dengan prilaku hidup yang penuh dengan risiko. Mereka akan mendapat pengadilan yang adil dari pemilik big data yaitu Allah. Bagi para pemilik big data yang menggunakannya untuk mensejahterakan umat manusia, dan menciptakan keadilan dan perdamaian, dialah manusia paling beruntung di muka bumi ini. Mereka akan mendapatkan catatan amal bakti dengan diserahi kitab "Iliyyin. 

Janji Allah untuk para pemilik big data yang menggunakan data untuk kebajikan, mereka akan mendapat kenikmatan abadi di sisi Allah. "Sesungguhnya orang yang berbakti itu benar-benar berada dalam keni'matan yang besar (surga)" (Al Mutaffifiin, 83:22).***