Sunday, January 19, 2014

METODE MENGEMBANGKAN LOGIKA TUHAN



‘Logika’ adalah bahasa latin berasal dari kata ‘logos’ yang berarti perkataan atau sabda. Istilah lain yang digunakan sebagai gantinya adalah mantiq, kata Arab yang diambil dari kata kerja nataqa, yang berarti berkata atau berucap. Irving M. Copi menyatakan, Logika adalah ilmu yang mempelajari metode dan hukum-hukum yang digunakan untuk membedakan penalaran yang betul dari penalaran yang salah. Kata logika pertama kali dipergunakan oleh Zeno dari Citium. Kaum sofis, Socrates dan Plato harus di catat sebagai perintis lahirnya logika. Logika lahir sebagai ilmu atas jasa Aristoteles, Theoprostus dan kaum Stoa. (Mundiri:2009). 

Pada masa penerjemahan ilmu-ilmu Yunani di dalam dunia Arab yang dimulai pada abad II Hijriah, Logika menjadi bagian yang amat menarik bagi kaum muslimin. Ibnu Salih dan Imam Nawawi menghukumi haram mempelajari logika sampai mendalam. Al-Gazali menganjurkan dan mengangap baik, sedang menurut Jumhur Ulama membolehkan bagi orang-orang yang cukup akalnya dan kokoh imannya. (Mundiri:2009).

W. Leibnitz menyusun logika aljabar untuk membuat sederhana pekerjaan akal serta memberi kepastian. Emanuel Kant menemukan logika Transendental (logika yang menyelidiki bentuk-bentuk pemikiran yang mengatasi batas pengalaman). Pada posisi ini, penulis akan mengemukakan logika Tuhan, logika yang menyelidiki pemikiran tidak sebatas pengalaman, rasio, tapi bersumber dari petunjuk Tuhan (transenden). Mungkin saja ada kesamaan dengan logika transenden yang dikemukakan Emanuel Kant.

Urusan benar dan salah menjadi urusan pokok dalam logika. Banyak pemikiran dipengaruhi oleh berbagai ragam, seperti keyakinan, pola pikir kelompok, kecenderungan pribadi, pergaulan, dan sugesti. Logika tidak mempelajari cara berpikir dari semua ragamnya, tetapi pemikiran dalam bentuk paling sehat dan praktis. Logika menyelidiki, menyaring, dan menilai pemikiran dengan cara serius dan terpelajar serta bertujuan mendapat kebenaran, terlepas dari segala kepentingan serta menerapkan hukum-hukum dan patokan-patokan yang harus ditaati agar manusia dapat berpikir benar, efisien, dan teratur. (Mundiri:2009). Logika Tuhan jelas dipengaruhi oleh keyakinan kepada Tuhan, tetapi yang dicari hukum-hukum universal, karena Tuhan bersifat penyejahtera bagi seluruh alam.

Pola penalaran yang digunakan dalam logika Tuhan, adalah pola deduktif. Dengan pola penalaran deduktif kita bisa mengetahui sesuatu sekalipun tanpa melakukan penelitian. Tetapi tidak mengabaikan pola penalaran induktif, karena kebenaran Logika Tuhan harus memenuhi pola deduktif dan induktif, sebagaimana sifat Tuhan tidak terbatas. Jadi metode pengembangan logika Tuhan lebih bersifat multidimensional.  

Berdasarkan kualitasnya logika dibedakan menjadi dua yaitu logika Naturalis, berlogika berdasarkan kemampuan akal bawaan manusia. Kemampuan berlogika naturalis tergantung dari tingkat pengetahuan. Kedua, logika Artifisialis (logika ilmiah), membantu logika naturalis agar lebih tajam, teliti, efisien, mudah dan aman.

MENGEMBANGKAN LOGIKA TUHAN

Dilihat dari metodenya dibagi dua yaitu logika tradisional (logika aristoteles), dan logika modern, yang jika dilihat dari objeknya terbagi dua yaitu logika formal dan material. Logika formal menggunakan pola-pola berpikir deduktif, mempelajari pemikiran berdasarkan patokan-patokan , hukum-hukum berpikir dengan benar. Logika material menggunakan pola berpikir induktif. Logika material mempelajari persesuaian antara pikiran dan kenyataan, digunakan untuk menguji kebenaran logika formal secara empiris.      
Logika Tuhan ada pada posisi logika formal yang menguji kebenaran berpikir dengan patokan-patokan, dengan menggunakan sumber patokan utamanya wahyu. Rasio dan empiris menjadi alat untuk menguji kebenaran-kebenaran logika yang dikembangkan dari wahyu.  Untuk mengembangkan patokan-patokan berpikir dari wahyu dibutuhkan logika-logika material, agar kebenarannya diketahui memiliki kesesuaiannya dengan kenyataan.

Metode untuk mengembangkan logika Tuhan cukup sederhana. Semuanya bermula dari pemahaman terhadap kata, nama, atau konsep-konsep. Sebagai mana Nabi Adam diajarkan Tuhan tentang nama-nama.

“Dan Dia mengajarkan kepada Adam NAMA-NAMA (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang orang-orang yang benar!" (Albaqarah:31)

Memberi nama adalah proses pemberian makna terhadap sebuah benda. Dengan penemuan fisika kuantum, proses pemberian makna tidak akan lepas dari menghubungkan benda satu dengan benda lainnya. Keterhubungan suatu benda dengan benda lainnya akan memberi makna terhadap keberadaan benda, hingga benda itu memiliki nama.

Di dalam wahyu Tuhan (Al-Qur’an) berserakan konsep-konsep, tentang alam, manusia, binatang, hewan, dan makhluk-makhluk transenden seperti malaikat dan iblis. Melalui pola hubungan benda satu dengan benda lain, akan ditemukan pola hubungan logis yang dapat menjadi patokan berpikir. Hubungan pada sebuah benda tidak dapat ditolak lagi karena Tuhan mengisyaratkan bahwa seluruh benda berhubungan.

“Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang PADU, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?” (Al Anbiya:30).

Pada tahap ini, penulis berkonsentrasi pada pengembangan hukum-hukum yang berhubungan dengan kehidupan manusia dalam bermasyarakat.  Dalam menelaah kitab suci, penulis hanya mengkaji beberapa nama-nama dalam kitab suci dan menuliskannya dalam bentuk proposisi hipotetik. Proposisi hipotetik adalah pernyataan kalimat dalam bentuk sebab akibat. Setelah itu dilakukan pengujian dengan menggunakan logika material, hasil-hasil penelitian ilmiah, untuk membuktikan bahwa proposisi tersebut dapat diterima oleh semua kalangan. 

Produk-produk penemuan logika Tuhan, sudah penulis publikasikan silahkan dipelajari di blog ini. tujuan penulis tidak ada lain untuk mendapat ridho dari Allah swt. Dan pengertian ridho Allah swt itu tidak terbatas, bisa dibuktikan dengan logika Tuhan.  Sekian dulu.

Salam sukses dengan logika Tuhan. Follow me @logika_Tuhan

ALQUR’AN ADALAH KITAB KUANTUM



Jika sebuah benda dibelah dicari sampai unsur terkecil, maka secara berurutan benda itu tersusun mulai dari molekul, atom, partikel, quanta, vibrasi energi. Pada level molekul, atom dan partikel, benda-benda itu masih bisa diamati. Namun pada level quantum dan vibrasi energi, benda-benda itu ada tetapi tidak tampak. Atas dasar itu, sebuah benda hakikatnya tersusun oleh benda-benda tampak dan benda-benda tidak tampak.

Penemuan baru ini, telah mengubah paradigma dalam melihat realitas. Tadinya ada sekelompok orang yang sangat yakin bahwa kenyataan itu adalah segala sesuatu yang dapat dilihat dibuktikan mata kepala sendiri, dan berwujud. Orang-orang ini diwakili oleh penganut aliran materialis. Bagi penganut aliran ini, segala sesuatu yang tidak berwujud tidak rasional. Untuk itu keyakinan kepada adanya Tuhan dianggap sebuah kebodohan, maka dari itu meraka cenderung Atheis.

Pandangan materialis muncul karena dari hasil penelitian semula, benda-benda terkecil yang mereka temukan masih bisa terlihat. Pada saat itu, penemuan benda terkecil baru sampai pada tingkat elektron. Sebelum ditemukan elektron, dulu sempat ramai dibicarakan bahwa tidak ada lagi benda terkecil selain atom. Ternyata atom masih bisa dipecah dan ditemukan elektron. Atom dan elektron adalah benda-benda terkecil, tapi  ini masih bisa dilihat. Pada tahap ini orang-orang materialis percaya bahwa sekecil apapun benda pasti bisa dilihat, atas dasar itu mereka masih yakin bahwa dunia ini materialis. Bagi mereka sesuatu yang benar-benar ada kalau sesuatu itu berwujud, dan bisa dilihat.

Orang-orang materialis lah yang diancam oleh Tuhan dalam hadis Nabi Muhammad SAW, yang intinya, “barang siapa memutuskan perkara dengan ra’yu nya (penglihatan) maka neraka jahanam tempatnya”. Maksudnya barang siapa membenarkan sesuatu karena sesuatu itu bisa dilihat, dia akan tersesat. Masuk akal, karena membenarkan sesuatu berdasarkan pada apa yang dilihat (dialami), akan menggiring manusia Atheis, karena Tuhan tidak dapat dilihat.

Setelah elektron dipecah, kini benda-benda terkecil itu tidak terlihat tapi saling berhubungan. Fisika kuantum seperti alam tidak tampak. Dalam dunia kuantum benda-benda itu dapat dipahami bukan karena bisa dilihat, tetapi dipikirkan. Mengapa demikian? Karena dalam dunia kuantum segala sesuatu tidak dapat dipahami kecuali dengan saling berhubungan. Dalam dunia kuantum, sesuatu itu bisa ada sekalipun tidak ada. Apa sebab? Dalam dunia kuantum, beradaan suatu benda, bisa menjadi sebab adanya benda lain tanpa harus benda lain itu bisa dilihat.

Berpikir adalah suatu proses hubung-menghubungkan dalam mencari makna realitas. Manusia tidak bermakna jika tidak ada manusia lainya. Maka, manusia paling bermakna adalah manusia yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya. Inilah dunia kuantum. Makna tertinggi keberadaan manusia, jika dihubungkan dengan Tuhan.

Al-Qur’an adalah kitab tentang dunia yang saling berhubungan (kuantum). Jika dilihat dari arti harfiah Al-Qur’an memiliki arti kata yang sama dengan hakikat dunia kuantum, yaitu saling berhubungan. Berikut saya sajikan beberapa makna Al-Qur’an dari Muhammad Kamil Abdushshamad (2003). Sedikitnya ada dua makna Al-Quran yang berhubungan langsung dengan hakikat dunia kuantum. Pertama, Al-Quran berasal dari kata yang mengandung makna, “menghubungkan sesuatu dengan yang lain”. Kedua, Al-Qur’an mengandung makna kata, “kaitan-kaitan”.

Faktanya di dalam memahami ayat-ayat Al-Qur’an, para ahli tafsir menggunakan metode ayat ditafsir dengan ayat lainnya, karena pada hakikatnya ayat-ayat dalam Al-Qur’an saling berkaitan. Ayat-ayat Al-Qur’an bisa juga ditafsir dengan menghubungkan dengan fenomena alam, dan dikenal dengan metode tafsir ilmu pengetahuan.

Jika kita bertanya apa sebab dunia ini saling berhubungan? Hakikat keterhubungan sebenarnya telah dikemukakan di dalam Al-Qur’an.  “Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang PADU, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?” (Al anbiyaa’:30).

Pola keterhubungan inilah yang penulis gunakan dalam mengembangkan logika Tuhan. Sesungguhnya master plan logika itu ada dalam ketentuan Tuhan, dapat kita temukan dalam kitab suci Al-Qur’an yang memiliki makna saling bekaitan atau kuantum. 

Salam sukses dengan logika Tuhan. Follow me @logika_Tuhan