Oleh: Muhammad Plato
“Sifat dasar manusia
cepat meniru hal buruk, banyak alasan untuk berbuat baik”. Fakta ini bukan
sekedar kata-kata tapi dapat diukur dalam kenyataan. Secara faktual banyak hal terlihat
banyak hal buruk dalam kehidupan ini, dan terlihat sedikit hal-hal baik. Untuk
itu bagi orang-orang yang berusaha berbuat baik, secara fisik dunia ini terasa
sempit. Dalam Hadis dikatakan bahwa dunia ini seperti penjara bagi orang-orang
beriman.
Syekh Abdul Qadir Jailani
(2018, hlm. 235) membagi dua gejolak hati, yaitu jasmani dan rohani. Gejolak
jasmani dikendalikan oleh hawa nafsu, dan gejolak rohani dikendalikan oleh nurani
yang bersumber pada kebajikan dari Allah. Sebagaimana pada awal penciptaan
Adam, akan ada iblis dan malaikat yang punya karakter berbeda. Secara jasmani hawa
nafsu sangat mendominasi kehidupan dunia, dan minoritas nafsu-nafsu terkendali.
Dua gejolak hati pada
manusia adalah takdir untuk manusia sebagaimana dijelaskan di dalam Al-Qur’an, “maka
Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya, (Asy
Syams, 91:8). Jalan kefasikan dipengaruhi
oleh setan, dan jalan ketakwaan dipengaruhi oleh malaikat. Para Nabi adalah
pembawa pesan menuju jalan-jalan ketakwaan.
Seklipun kekuatan jalan
buruk seperti menguasai mayoritas kehidupan dunia, namun sesungguhnya energi
penggerak kehidupan dunia ada di kekuatan orang-orang beriman. Kisah-kisah
terdahulu para Nabi selalu dikabarkan dalam Al-Qur’an, kekuatan kecil
orang-orang beriman selalu mengalahkan kekuatan besar dari orang-orang kafir yang
menuhankan diri dan kelompoknya. Inilah kabar gembira bagi orang-orang beriman,
dalam kehidupan dunia jangan terlalu risau dengan kekuatan jumlah, tetapi risaulah
dengan kualitas keimanan diri sendiri.
Orang yang punya niat baik selalu memiliki kekuatan dua kali lipat dari orang yang berniat buruk. Mengapa demikian? Karena niat baik selalu didampingi malaikat dan Allah, sedangkan orang yang berniat buruk hanya diampingi setan. Untuk itulah dalam kisah-kisah heroik sejarah pada Nabi, kelompok kecil orang-orang baik selalu berhasil mengalahkan kekuatan orang-orang yang berniat buruk.
Manusia tidak akan lepas
dari dua gejolak jiwa yang didampingi nafsu dan nurani. Tidak ada manusia yang lepas
dari godaan nafsu jasmani, namun karena kekuatan ruhani selalu dua kali lipat
dari kekuatan jasmani, manusia selalu bisa menjaga keseimbangan gejolak
jiwanya. Untuk menjaga keseimbangan gejolak jiwa, Nabi Muhammad dalam hadis
mengatakan, “ikutilah perbuatan buruk dengan perbuatan baik”. Karena ada logika,
jika perbuatan buruk berkekuatan satu maka kekuatan perbuatan baik bernilai dua.
Kekuatan setan selalu berwujud dalam bentuk fisik, sedangkan kekuatan Allah dan
malaikatnya ada dalam wujud keyakinan hati dan pikiran.
Tugas manusia adalah
menjaga keseimbangan gejolak jiwa. Dalam menjaga keseimbangan orang-orang
beriman selalu cepat dalam melaksanakan perbuatan baik dan mengambil pelajaran,
sementara orang-orang yang condong pada kesesatan selalu banyak alasan dan mengarah
pada fitnah. Maka tidak ada kekhawatiran bagi orang-orang yang mengadakan perbaikan,
karena kebaikan selalu berbalas kebaikan. Allah mengabarkan gejolak jiwa orang
beriman, “Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang
apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada
mereka ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya) dan kepada Tuhan-lah
mereka bertawakal,” (Al Anfaal, 8:2).
Sebaliknya orang-orang yang
cenderung pada kesesatan, gejolak hatinya selalu mengarah pada fitnah dengan
menganggap dirinya tahu tentang kebenaran. Allah mengabarkan dalam Al-Qur’an, “Adapun
orang-orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, maka mereka mengikuti
sebagian ayat-ayat yang mutasyabihat untuk menimbulkan fitnah dan untuk
mencari-cari takwilnya, padahal tidak ada yang mengetahui takwilnya melainkan
Allah...” (Ali Imran, 3:7)