oleh: Muhammad Plato
Mengikuti
kisah perjalanan hidup Nabi Muhammad saw, dari masa kerasulan hingga akhir
hayatnya, kita dapat memahami fase-fase kehidupan dalam menuju kejayaan. Tuhan
mengabarkan fase-fase ini dalam Al-Qur’an. Salah satu surat yang dapat kita
gali untuk menjelaskan fase-fase tersebut adalah surat Al-Kahfi.
Di
dalam surat Al-Kahfi terdapat empat kisah yang menjadi perumpamaan-perumpamaan
bagi orang-orang taat pada Tuhan. Jika kita susun secara kronologis empat kisah
tersebut akan menunjukkan empat fase menuju kejayaan.
Empat
fase tersebut dapat kita pahami dari urutan tema-tema cerita yang ada dalam
surat Al-Kahfi. Ceirta pertama adalah kisah pemuda berlindung di dalam gua selama
309 tahun. Kedua, kisah dua orang antara orang miskin beriman dan orang kaya
kafir. Ketiga, kisah perjalanan (hijrah) Nabi Musa belajar kepada Nabi Khidr.
Keempat, kisah tentang kekuasaan Zulkarnain yang membentang dari Barat ke
Timur.
Empat
tema kisah dalam surat Al-Kahfi jika dibandingkan dengan kisah hidup
Rasulullah, menggambarkan fase-fase Rasulullah dalam mengamban misi
kerasulannya, yaitu fase gua hira, fase Mekah/Penindasan dan kemiskinan kaum
muslimin, fase Madinah, hiijrah menyebarkan dan mengajarkan Islam, fase penaklukkan
Mekah (kejayaan kaum muslimin).
Empat
fase ini bisa menjadi panduan bagi kita untuk memahami masa depan peradaban
manusia, dan harapan besar (kabar baik), bagi orang-orang berkeyakinan kepada
Tuhan. Empat fase di atas adalah ketentuan Tuhan bagi seluruh alam dalam menuju
kejayaan dunia dan akhirat. Berikut adalah penjelasan fase-fase menuju kejayaan
menurut surat Al-kahfi.
Fase Tidur (Meninggalkan Dunia/Gua
Hira)
Dan apabila kamu meninggalkan
mereka dan apa yang mereka sembah selain Allah, maka carilah tempat berlindung
ke dalam gua itu niscaya Tuhanmu akan melimpahkan sebagian rahmat-Nya kepadamu
dan menyediakan sesuatu yang berguna bagimu dalam urusan kamu. (Al Kahfi:16)
Dan kamu mengira mereka itu bangun
padahal mereka tidur; dan Kami balik-balikkan mereka ke kanan dan ke kiri,
sedang anjing mereka mengunjurkan kedua lengannya di muka pintu gua. Dan jika
kamu menyaksikan mereka tentulah kamu akan berpaling dari mereka dengan
melarikan (diri) dan tentulah (hati) kamu akan dipenuhi dengan ketakutan
terhadap mereka. (Al Kahfi:18)
Dan mereka tinggal dalam gua mereka
tiga ratus tahun dan ditambah sembilan tahun (lagi). (Al Kahfi:25)
Sepeninggal
Nabi Muhammad saw, khulafaur rasyidin, terjadilah perpecahan umat manusia.
Kekuasaan Islam sedikit-demi sedikit berjatuhan. Seiring dengan itu umat Islam
menutup diri terhadap kehidupan dunia, seperti masuk ke dalam gua. Sekian ratus
tahun mengalami masa tidur menutup diri dari hiruk pikuk kehidupan dunia yang
mulai kembali pada selain Allah. Umat Islam mengasingkan diri dan terasing dari
kehidupan nyata. Masa ini diumpamakan seperti masa para pemuda tertidur di
dalam gua selama 309 tahun, atau masa Nabi berkhalwat di gua Hira.
Sementara umat Islam berada di dalam gua, kehidupan
dunia terus bergulir. Manusia kehilangan tujuan hidup. Berlomba-lomba untuk
mengumpulkan harta, menciptakan berbagai macam teknologi untuk meningkatkan
harta kekayaan, memperebutkan kekuasaan, dan menentang kekuasaan Tuhan. Manusia
saling membunuh dan berperang demi kekayaan dan kekuasaan semata.
Fase
ini diakhiri dengan peristiwa fitnah besar terhadap orang-ornag beriman, yang
dianggap sebagai kelompok paling bertanggung jawab terhadap hancurnya sebuah
gedung bertingkat yang menjadi lambang dan sumber kekayaan. Fitnah ini membangunkan
kesadaran seluruh umat manusia untuk kekmbali kepada Tuhan Yang Esa. Semua
orang mulai menggali dan bertanya tentang ajaran-ajaran Tuhan yang membawa
rahmat untuk seluruh alam dan apa hakikat hidup sesungguhnya.
Fase Bangun (Memperdebatkan
Keyakinan/Mekah)
Dan demikianlah Kami bangunkan
mereka agar mereka saling bertanya di antara mereka sendiri. Berkatalah salah
seorang di antara mereka: "Sudah berapa lamakah kamu berada (di
sini?)". Mereka menjawab: "Kita berada (di sini) sehari atau setengah
hari". Berkata (yang lain lagi): "Tuhan kamu lebih mengetahui berapa
lamanya kamu berada (di sini). (Al-Kahfi:19)
“Dan berikanlah kepada mereka sebuah
perumpamaan dua orang laki-laki, Kami jadikan bagi seorang di antara keduanya
(yang kafir) dua buah kebun anggur dan Kami kelilingi kedua kebun itu dengan
pohon-pohon kurma dan di antara kedua kebun itu Kami buatkan ladang”. (Al
Kahfi:32)
“dan dia mempunyai kekayaan besar,
maka ia berkata kepada kawannya (yang mukmin) ketika ia bercakap-cakap dengan
dia: "Hartaku lebih banyak dari pada hartamu dan pengikut-pengikutku lebih
kuat". (Al Kahfi:34)
Ayat
di atas mengilhamkan bahwa fase setelah tidur adalah fase bangun. Dimana setelah
sekian ratus tahun tidur, orang-orang saling berdebat tentang kebenaran. Ada
orang yang berdebat dengan ilmu pengetahuan dari Tuhan ada yang berdebat dengan
prasangka-prasangka nafsu mereka sendiri yang amat buruk.
Mereka
yang menggunakan hawa nafsunya, merasa bahwa kekayaan dan kekuatan yang
dimilikinya adalah hasil jerih payah, kerja keras mengolah, dan
mengembangkannya sendiri bukan pemberian dari Tuhan. Mereka mengatakan
orang-orang yang percaya Tuhan adalah orang bodoh, miskin, dan tidak berguna.
Buktinya orang-orang beriman tidak banyak berbuat banyak menciptakan teknologi
untuk mensejahterakan manusia, mereka malah tergantung kepada produk-produk
ciptaan mereka yang tidak percaya kepada Tuhan.
Fase
ini adalah ujian bagi orang-orang beriman untuk mencari cara bagaimana
membuktikan kepada seluruh dunia bahwa risalah-risalah yang dibawanya dari
Tuhan melalui dari para Nabi (Muhammad saw) adalah raisalah yang membawa tujuan
kesejahteraan dunia dan akhirat.
Dan bersabarlah kamu bersama-sama
dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan
mengharap keridaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka
(karena) mengharapkan perhiasan kehidupan dunia ini; dan janganlah kamu
mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta
menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas. (Al Kahfi:28)
Untuk
menghadapi dan menghindari perdebatan yang akan memicu pada konflik peperangan.
Orang-orang beriman diberi petunjuk agar tidak berdebat tentang kebenaran yang
sudah menjadi keyakinan orang. Pada fase ini orang-orang beriman harus fokus
keyakinan yang dimiliki dan
rencana-rencana baik apa yang harus dilakukan, karena setiap keburukan sudah
jelas balasannya adalah keburukan, tidak perlu memperdebatkannya.
Dan katakanlah: "Kebenaran itu
datangnya dari Tuhanmu; maka barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia
beriman, dan barang siapa yang ingin (kafir) biarlah ia kafir".
Sesungguhnya Kami telah sediakan bagi orang-orang dzalim itu neraka, yang
gejolaknya mengepung mereka. Dan jika mereka meminta minum, niscaya mereka akan
diberi minum dengan air seperti besi yang mendidih yang menghanguskan muka.
Itulah minuman yang paling buruk dan tempat istirahat yang paling jelek. (Al Kahfi:29)
Fase Hijrah (Perubahan
Mental/Medinah)
Cerita berikutnya yang disampaikan dalam surat Al-Kahfi
adalah cerita tentang perjalan hijrah Nabi Musa dalam mencari ilmu kepada Nabi
Khidr. Cerita ketiga ini menjadi fase ketiga dalam perjalan orang-orang beriman
dalammenuju kejayaan.
Dan (ingatlah)
ketika Musa berkata kepada muridnya: "Aku tidak akan berhenti (berjalan)
sebelum sampai ke pertemuan dua buah lautan; atau aku akan berjalan sampai
bertahun-tahun" (Al Kahfi:60).
Setelah
melewati fase bangun dalam suasana linglung, tidak fokus, Tuhan memberi
petunjuk agar orang-orang beriman mewujudkan kebaikan-kebaikan Tuhan dalam aksi
nyata dengan berjalan-jalan (berhijrah) untuk mencari ilmu, menambah wawasan,
untuk membuktikan kebenaran-kebenaran yang telah diwahyukan Tuhan.
“Lalu mereka bertemu dengan seorang
hamba di antara hamba-hamba Kami, yang telah Kami berikan kepadanya rahmat dari
sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami. Musa
berkata kepada Khidhr: "Bolehkah aku mengikutimu supaya kamu mengajarkan
kepadaku ilmu yang benar di antara ilmu-ilmu yang telah diajarkan
kepadamu?" Dia menjawab: "Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan
sanggup sabar bersamaku. (Al Kahfi:65-67)
Pada
fase ini, Nabi Muhammad berhijrah ke Madinah. Dari Madinah Nabi Muhammad saw,
dan para sahabat membuktikan bahwa apa-apa yang telahdijanjikan Tuhan adalah
benar. Dari Madinah, kenabian Nabi Muhammad saw menyebar luas ke seluruh
penjuru dunia. Fasi Hijrah, menjadi fase penegakkan kedaulatan dengan berbagai
macam strategi. Penegakkan kedaulatan dilakukan dengan melakukan perjalanan ke
berbagai negeri untuk melakukan kerjasama-kerjasama dan ajakan untuk meyakini
kekuasaan Tuhan.
Ilmu-ilmu
keduniawian dikembangkan dibarengi dengan ketauhidan kepada Tuhan. Kerjasama di
bidang politik, sosial, budaya, ekonomi dan militer terus dikembangkan melalui
hubungan-hubungan diplomatik. Sikap perdamaian, keadilan, saling menghargai
perbedaan, kejujuran, diajarkan kepada seluruh penjuru dunia.
Tuhan
memberi petunjuk tentang ilmu keduniawian yang harus dipelajari agar ajaran
agama bisa jadi rahmat seluruh alam. Petunjuk itu dapat kita lihat dalam cerita
para pemuda di dalam gua ketika telah dibangunkan Tuhan. Hal pertama yang harus
dilakukan para pemuda ketika sudah dibangunkan adalah berkaitan dengan ekonomi
dan makanan.
Maka suruhlah salah seorang di
antara kamu pergi ke kota dengan membawa uang
perakmu ini, dan hendaklah dia lihat manakah makanan yang lebih baik, maka hendaklah dia membawa makanan itu
untukmu, dan hendaklah dia berlaku lemah
lembut dan janganlah sekali-kali
menceritakan halmu kepada seseorang pun. (Al Kahfi:19)
Konsep
“membawa uang perak” bermakna bahwa Tuhan memberi petunjuk agar kita memahami
tentang ekonomi terutama sistem moneter dan perbankan. Konsep “makanan”
bermakna bahwa Tuhan memberi petunjuk untuk memahami tentang hal ihwal
pengelolaan pangan. Konsep “lemah lembut” bermakna mengedepankan karakter lemah
lembut agar bisa diterima seluruh kalangan masyarakat. Konsep “jangan sekali-kali menceritakan hal mu” bermakna
inklusif dalam bersosialisasi dengan tidak memperlihatkan perbedaan yang
membuat dicurigai dan diasingkan. Petunjuk ini adalah rahmat dari Tuhan agar
orang-orang beriman hidup damai dalam menuju kejayaan.
Fase Kejayaan (Penaklukkan Mekah)
Fase
selanjutnya terdapat dalam cerita keempat yang terdapat dalam surat Al-Kahfi. Mereka akan bertanya kepadamu (Muhammad)
tentang Zulkarnain. Katakanlah: "Aku akan bacakan kepadamu cerita
tentangnya". Sesungguhnya Kami telah memberi kekuasaan kepadanya di (muka)
bumi, dan Kami telah memberikan kepadanya jalan (untuk mencapai) segala
sesuatu, (Al Kahfi:83-84).
Pada
akhirnya, orang-orang beriman akan menyaksikan kebenaran Tuhan. Mereka yang
mendustakan kebenaran dari Tuhan mendapatkan kehinaan. Kekuasaan dan kekuatan
menjadi milik orang-orang beriman. Teknologi diciptakan dengan rahmat dari
Tuhan.
Zulkarnain berkata: "Apa yang
telah dikuasakan oleh Tuhanku kepadaku terhadapnya adalah lebih baik, maka
tolonglah aku dengan kekuatan (manusia dan alat-alat), agar aku membuatkan
dinding antara kamu dan mereka, (Al-Kahfi:95)
Fase
ini adalah kabar gembira bagi orang-orang beriman dan bertakwa kepada Tuhan.
Sebagaimana dijelaskan di awal surat Al-Kahfi bahwa Al-Qur’an diturunkan
sebagai petunjuk dan berita gembira. “sebagai
bimbingan yang lurus, untuk memperingatkan akan siksaan yang sangat pedih dari
sisi Allah dan memberi berita gembira kepada orang-orang yang beriman, yang
mengerjakan amal shaleh, bahwa mereka akan mendapat pembalasan yang baik,” (Al-Kahfi:2)
Demikianlah
fase-fase menuju kejayaan yang sudah ditetapkan Tuhan dan pasti dilalui oleh
setiap orang, dan setiap peradaban. Semoga kita semua diberi kesabaran. Wallahu
‘alam.
(Muhammad Plato, Penulis Buku Hidup Sukses
Dengan Logika Tuhan. Follow me@logika_Tuhan).