Wednesday, March 14, 2018

RUMUS NGOBROL

Oleh: MUHAMMAD PLATO

Asyiknya ngobrol bisa berlarut-larut, bergelas-gelas kopi, dan berbatang-batang kayu bakar, habis tak terasa. Siang, malam, dan terutama menjelang waktu ashar, di mana orang-orang sedang menikmati waktu istirahatnya, dan waktu kerja sudah berakhir.

Paling asyik ngobrol itu menceritakan kejelekan orang lain, padahal ini terlarang. Mengapa dilarang? Karena membicarakan kejelakan, mencari kesalahan orang lain, masuk kategori berprasangka buruk.

Apalagi dalam situasi menjelang pemilu. Obrolan-obrolan yang berisi prasangka buruk sengaja disebarkan untuk saling menjatuhkan. Sungguh ini prilaku jahiliyah, bagi siapun pelakunya.

RUMUS PERTAMA

Sekarang saya kasih rumus ngobrol, agar ngobrol tetap asyik tapi bebas dosa. Rumus ngobrol itu ada dalam Al-Qur’an. Cuma banyak yang gagal fokus dalam memahaminya.

“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebahagian kamu menggunjing sebahagian yang lain. (Al Hujurat, 49:12)

Rumus ngobrol pertama adalah jangan membicarakan hal-hal yang bersubtansi prasangka buruk. Agar tidak berprasangka buruk, berita yang diterima harus benar, dan prasangka terhadap berita yang kita terima harus baik.

Atau agar obrolan kita tetap baik, obrolkanlah sisi-sisi baik sekalipun berita yang kita terima buruk. Agar obrolan kita tetap baik, tentu anda harus banyak pengalaman, dan pengetahuan tentang hal-hal baik. Banyak gaul dengan orang-orang baik, dan baca buku tentang kisah orang-orang baik.

RUMUS KEDUA

“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu mengadakan pembicaraan rahasia, janganlah kamu membicarakan tentang membuat dosa, permusuhan dan durhaka kepada Rasul. Dan bicarakanlah tentang membuat kebajikan dan takwa. Dan bertakwalah kepada Allah yang kepada-Nya kamu akan dikembalikan. (Al mujaadilah, 58:9)

Jadi yang tidak boleh bukan ngobrolnya, tetapi substansi obrolan yang harus senantiasa diperhatikan. Supaya ngobrol tetap asyik tanpa dosa, maka isi obrolan harus tentang kebajikan dan ketakwaan.


Obrolan kebajikan objeknya bisa siapa saja. Seluruh makhluk yang diciptakan Tuhan bisa jadi objek obrolan, yang penting substansinya harus berisi kebajikan dan mengandung pelajaran agar orang-orang semakin bertakwa kepada Tuhan.

Obrolan yang berisi kebajikan (kebaikan yang jelas diperintahkan Tuhan) adalah rencana-rencana apa saja yang bertujuan untuk membawa kebaikan dan kedamaian bagi masyarakat.

Misalnya rencana membangun sekolah, mendidik anak, memperbaiki jalan, mengolah sampah, menertibkan parkir, membayar utang, mengembangkan ekonomi ummat, membantu anak yatim, membahagiakan orang tua, dan lain sebagainya. Itulah obrolan asyik yang akan membawa manfaat sekalipun berjam-jam.

RUMUS KETIGA

Dan terhadap nikmat Tuhanmu maka hendaklah kamu menyebut-nyebutnya (dengan bersyukur). (Adh Dhuhaa, 93:11).

Isi obrolan bisa tentang segala nikmat apa saja yang telah kita terima dari Tuhan. Namun demikian, ketika kita menyebutkan nikmat-nikmat yang telah kita terima dari Tuhan, harus dijelaskan bagaimana proses mendapatkannya, sehingga obrolan tersebut dapat jadi pelajaran, dan menginspirasi lawan bicara.

Obrolan tentang bagaimana mendapatkan rumah, melalui proses shalat dhuha, sedekah, infak, menolong tetangga, menolong orang gila kelaparan, dan apa saja. Bukan nikmat-nikmat yang kita terima yang akan jadi inspirasi orang, tetapi proses kita menerimanya.
Segala nikmat yang kita terima dari Tuhan, jika kita ceritakan proses bagaimana mendapatkannya, setiap orang pasti bisa melakukannya. Karena proses memperoleh kebaikan dari Tuhan, tidak perlu biaya bahkan berbiaya nol. Hanya modal tenaga, kesungguhan, dan keyakinan akan datangnya rezeki dari Tuhan, dan sabar.

RUMUS KE EMPAT

“dan sesungguhnya akhir itu lebih baik bagimu dari permulaan”. (Adh Dhuhaa, 93:4).

Hal yang sering di lupai orang-orang adalah mengakhiri sesuatu dengan kebaikan. Padahal hal yang harus di waspadai adalah menit-menit akhir. Jikalau dari awal kita ngobrol keburukan, jangan lupa kita belum jadi orang baik karena masih sedang berproses. Kebaikan dilihat dari akhirnya!

Untuk itu, akhirilah obrolan kita dengan hal-hal yang baik. Hal yang sangat dianjurkan adalah akhiri setiap obrolan dengan permohonan ampun dan saling mendoakan.

Hal yang paling mudah kita lakukan dalam mengakhiri obrolan adalah dengan memohon ampun (istigfar) dan saling mendoakan dengan mengucapkan salam. Demikian rumus ngobrol yang bisa saya sampai. Mohon maaf lahir batin, semoga keselamatan dan kesejahteran untuk kita semua.

(Master Trainer @logika_Tuhan)

LOGIKA NABI MUHAMMAD SAW (5)

OLEH:
MUHAMMAD PLATO

Ketika dihadapkan pada masalah yang belum pernah dialami bersama Nabi Muhammad saw, Umar Ibn Khattab berkata, “ya Allah ampunilah, aku memahami Qur’an dengan logika ku”. Permohonan ampun seorang Khalifah ini dimaklumi, karena siapapun manusianya, ketika dia gunakan pikiran untuk memahami sesuatu, pasti akan ada salah, sekali pun para Nabi.

Banyak berita kita baca dalam Al-Qur'an, nabi-nabi melakukan kesalahan sekalipun kesalahan tersebut kesalahan yang sangat ringan. Tetapi di mata Allah setiap kesalahan bisa beresiko fatal, tidak dilihat kecil atau besarnya kesalahan. Karena itulah Allah memperhitungkan setiap perbuatan dengan detail. Maka jangankan sepangkat Khalifah Umar Ibn Khattab, sepangkat Nabi Muhammad saw pun mengajarkan untuk selalu mohon ampun kepada Allah dalam sehari minimal 100 kali.

Untuk menghindari kesalahan berpikir maka patut kita teladani cara berpikir yang diajarkan oleh Nabi Muhammad saw. Mungkin selama ini jarang kajian yang secara spesifik meneliti cara-cara berpikir Nabi Muhammad saw, padahal hadis-hadis Nabi yang terseleksi (shahih), jika diamati sesungguhnya mengandung ajaran-ajaran tentang berpikir.

Sumber ajaran berpikir yang menjadi rujukan Nabi Muhammad saw tentu berdasar kepada Al-Qur’an. Setiap prilaku bersumber dari pemikiran, maka dari itu, Nabi Muhammad dianggap sebagai manusia Qur’an, karena seluruh pemikirannya bersumber dari Al-Qur’an. Demikian juga dikatakan dalam hadis bahwa akhlak Nabi Muhammad saw adalah Al-Qur’an.

Penulis tahu ada orang yang mengharamkan berpikir (berlogika) dalam memahami ajaran agama. Tapi baca saja Al-Qur’an dengan artinya, banyak ayat yang memerintahkan kepada manusia untuk berpikir. Jadi mau ikut kemana? kata ustad Evie mah, “Mau kemana atuh gaya?”,

“Seorang melakukan amalan-amalan ahli surga sebagaimana tampak bagi orang-orang tetapi sesungguhnya dia termasuk penghuni neraka, dan seorang lagi melakukan amalan-amalan ahli neraka sebagaimana disaksikan orang-orang tetapi sebenarnya dia tergolong penghuni surga. (HR. Bukhari).

Hadis di atas memiliki tata ajaran berpikir yang termasuk kategori High Order Thinking. Tentu saja hadis bukan Al-Qur’an, lalu apa? Hadis adalah pernyataan (pemikiran) Nabi Muhammad saw. Pernyataan di atas jika kita analisis mengandung konstruksi logika.

No
Sebab
Akibat
1
AMALAN AHLI SYURGA
[TAMPAK]
PENGHUNI NERAKA
[FAKTA]

2
AMALAN AHLI NERAKA
[TAMPAK]

PENGHUNI SYURGA
[FAKTA]

Sebelum saya jelaskan apa ajaran yang hendak diberitahukan kepada kita semua dari pernyataan di atas, saya akan kemukakan sumber ajaran logika dalam hadis tersebut.

“Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui. (Al-Baqarah, 2:216).

No
Sebab
Akibat
1
KAMU BENCI SESUATU
[TAMPAK]
AMAT BAIK BAGIMU
[FAKTA]
2
KAMU MENYUKAI SESUATU
[TAMPAK]
AMAT BURUK BAGIMU
[FAKTA]

Silahkan bandingkan konstruksi logika Al-Qur’an, dengan konstruksi logika hadis Nabi Muhammad saw. Anda pasti menemukan pola yang sama antara hadis dan Al-Qur’an. Itulah ajaran logika dari Nabi Muhammad saw yang dipandu dari Al-Qur’an.

Selanjutnya dengan panduan berpikir seperti ini, apa kesimpulan yang dapat kita ambil?  Sungguh, banyak sekali variasi kesimpulan yang dapat kita ambil, dan anda pun bisa mengambil kesimpulan sendiri. Sudah tahu kan etika dasar dalam mengambil kesimpulan? Ya, kesimpulan harus membawa manfaat, kebaikan bagi orang banyak, bukan hanya untuk kepentingan diri sendiri.

Imanuel Kant seorang filsuf punya kesimpulan, “realitas bukanlah yang kamu lihat, tetapi apa yang kamu pikirkan”. Ini sebenarnya pola pikir yang sudah ada dalam hadis dan Qur’an. Pesan moralnya adalah jangan melihat kebaikan dari apa yang kamu lihat, tapi kamu harus memikirkannya terlebih dahulu. Dan panduan berpikir itu ada dalam hadis Nabi yang bersumber dari Al-Qur’an.

Jika ingin contoh lengkap pola pikir ini, lihat di Al-Qur’an bagaimana dialog antara Nabi Musa dengan Nabi khidr. Selamat berpikir!!!.Wallahu ‘alam.

(Master Trainer @logika_Tuhan)

Saturday, March 10, 2018

SURVEY PEMENANG PEMILU

OLEH
MUHAMMAD PLATO

Untuk memprediksi siapa pemenang pilkada, biasanya masyarakat akan melihat hasil survey lembaga independen. Namun harus hati-hati, karena ada jasa survey tidak punya integritas, mereka melakukan survey dengan tujuan subjektif. Jadi masyarakat harus teliti membaca hasil survey dengan melihat siapa lembaga dibalik survey.

Ada alat prediksi yang luput dari perhatian masyarakat, dan tidak pernah diliput media. Alat prediksi ini bermanfaat bagi semua orang dan akan terhindar dari kecurangan. Alat prediksi ini bermanfaat bagi pemimpin juga rakyat. Jika alat prediksi ini disosialisasikan kepada rakyat, alat ini akan membangun hubungan pemimpin dengan rakyat menjadi harmonis.

Alat prediksi ini menggunakan sumber pengetahuan dari kitab suci Al-Qur’an. Kita bisa tahu siapa pemenang pemilu dengan melihat karakter pemimpin yang berhak menduduki posisi tertinggi. Boleh diuji melalui riset, semua kabar berita yang terdapat dalam Al-Qur’an memiliki bukti.  

Prof. Kiai Fahmi Basya dalam Flying Book nya berjudul Al haqq dan Bi, menjelaskan bahwa untuk mengenal Allah sebagai Tuhan Yang Esa, Al-Qur'an membimbing manusia untuk mengetahui Allah dengan tujuh karakter yaitu; 1) NAMA, 2) JUMLAH, 3) JENIS, 4) UMUR, 5) WARNA, 6) AKTIVITAS, 7) KONDISI. Penjelasan Beliau tetang Allah melalui tujuh karakter, bisa diaplikasikan menjadi alat analisa sebuah fenomena atau kejadian. Sebagai alternatif kita menganalisis kejadian dengan rumus 5W+1H. Untuk lebih jelasnya, silahkan simak dengan baik tayangan youtube karya Kiai Haji Fahmi Basya di internet. 

Tujuh karakter untuk memahami ke-Esa-an Allah, kali ini saya manfaatkan alat latihan berpikir dalam pembelajaran. Contoh dalam memprediksi siapa pemenang pemilu, bisa dianalisa secara kualitatif dengan tujuh karakter. Artinya, setiap pemenang pemilu harus memiliki tujuh karekter di bawah ini;

KARAKTER PERTAMA pemimpin yang akan terpilih harus memiliki NAMA. Siapakah? Jawabannya,  Dan sungguh telah Kami tulis di dalam Zabur sesudah (Kami tulis dalam) Lohmahfuz, bahwasanya bumi ini dipusakai hamba-hamba-Ku yang shaleh. (Al anbiyaa’, 21:105).

Sebagai pusaka bumi, hamba-hamba yang shaleh berada ditempat ditempat tinggi. Inilah dalil yang menjelaskan bahwa orang-orang shaleh adalah pengendali bumi, dan mereka berkedudukan tinggi di atas yang lain. Sebagai mana dijelaskan di dalam Al-Qur’an. “Dan barang siapa datang kepada Tuhannya dalam keadaan beriman, lagi sungguh-sungguh telah beramal shaleh, maka mereka itulah orang-orang yang memperoleh tempat-tempat yang tinggi (mulia)” (Thahaa, 20:75).

Dari keterangan di atas, kita sudah dapat karaker pertama dari siapa pemenang pemilu mendatang? Dia beranama hamba-hamba yang shaleh.

KARAKTER KEDUA dilihat dari karakter JUMLAH. Jumlah hamba-hamba yang shaleh sangat sedikit. “Dan sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang berserikat itu sebahagian mereka berbuat dzalim kepada sebahagian yang lain, kecuali orang orang yang beriman dan mengerjakan amal yang shaleh; dan amat sedikitlah mereka ini". (Shaad, 38:24).

Dari jumlah yang sedikit itu kita harus memilih dengan selektif, satu atau dua hamba shaleh yang terbaik. Dalam kehidupan politik kita, pemilu memilih pasangan terdiri atas ketua dan wakil.

KAKRATER KETIGA dilihat dari jenis KELAMIN. Dari jenis kelamin kriteria hamba-hamba yang shaleh terdiri dari laki-laki dan perempuan. “Barang siapa yang mengerjakan amal shaleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan”.(An Nahl, 16:97).

Jika hamba-hamba yang shaleh dipusakai bumi dan duduki tempat yang tinggi, Allah tidak membeda-bedakan pahala bagi laki-laki maupun perempuan yang mengerjakan amal shaleh.  Bisa jadi pemenang pemilu ini dari laki-laki maupun perempuan. Sekalipun Allah menetapkan laki-laki sebagai pemimpin, jika ada perempuan sebagai pemimpin maka itu adalah sebagai pertanda telah terjadi kondisi darurat. 

KARAKTER KEEMPAT dilihat dari UMUR, pusaka bumi akan diberikan kepada mereka yang beramal shaleh yang sudah dewasa. Ukuran dewasa dilihat dari umur, Al-Qur'an memberi batasan minimal 40 tahun. Fakta manusia produktif sampai rentang usia 60 tahun. Ibnu Khaldun, dalam bukunya Mukaddimah, menjelaskan usia puncak produktif kepemimpinan berada di usia 50 tahunan.

“Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa: "Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang shaleh yang Engkau ridai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertobat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri". (Al Ahqaaf, 46:15).

KARAKTER KELIMA dilihat dari WARNA. Warna ini mencerminkan cahaya, cara pandang, filosofi, ideologi, agama, suku, ras, bangsa, bisa macam-macam. “(Dan mengutus) seorang Rasul yang membacakan kepadamu ayat-ayat Allah yang menerangkan (bermacam-macam hukum) supaya Dia mengeluarkan orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal yang shaleh dari kegelapan kepada cahaya. (Athaalaq, 65:11).

Hal terpenting dari hamba-hamba yang shaleh yang menjadi pusaka bumi adalah mereka punya warna (cara pandang) yang mengajak masyarakat keluar dari kegelapan. Di tandai dengan cara-cara pandang mereka yang sesuai dengan hukum-hukum Tuhan, dengan pola-pola pikir yang bersumber kepada kitab yang lengkap dan rinci, rahmat bagi alam yaitu Al-Qur’an.

Seorang pemimpin adalah ahli pikir yang sudah memahami hukum-hukum general kehidupan. Sehingga hukum-hukum tersebut akan selalu menjadi pertimbangan dalam mengambil keputusan. 

Selanjutnya KARAKTER KEENAM hamba yang shaleh yang akan jadi pusaka bumi harus memenuhi syarat dilihat dari AKTIVITAS. Ciri paling mendasar aktivitas dari orang-orang shaleh adalah membaktikan diri untuk kedua orang tuanya. Pemimpin-pemimpin hebat selalu memiliki prilaku dasar memuliakan kedua orang tua.

Suatu hal mustahil orang-orang bisa ditinggikan kedudukannya oleh Allah, sementara mereka durhaka kepada kedua orang tuanya. Allah menyimpan kunci sukses seluruh anak Adam mutlak di tangan ibu dan bapak mereka. Namun jangan sampai disembah, karena hal tersebut dipandang Allah sebagai sikap berlebihan.

Prinsip dasarnya tertuang dalam Al-Qur'an. “Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa: "Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang shaleh yang Engkau ridai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertobat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri".  (Al Ahqaaf, 46:15).

KARAKTER KETUJUH dilihat dari KONDISI. "Dan belanjakanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu; lalu ia berkata: "Ya Tuhanku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian) ku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang shaleh?" (Al Munafiquun, 63:10). 

Artinya, orang-orang yang akan menjadi pusaka bumi adalah mereka yang selalu membelanjakan hartanya di jalan Allah dalam segala kondisi sampai ajal menjemput. Hamba Allah yang akan mempusakai bumi adalah mereka yang berbuat baik, dalam kondisi duduk, berdiri, tidur, siang, malam, sempit dan lapang. Kriteria orang shaleh di jelaskan dalam Al-Qur'an sbb; 

"(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan". (Ali Imran, 3:134). 

Orang saleh adalah orang yang mematuhi hukum-hukum objektif Allah. (Chodjim, 2003). Orang-orang shaleh dijelaskan di dalam Al-Qur’an adalah mereka yang segala perbuatannya didasari oleh petunjuk Tuhan. 

Secara kasat mata kita tidak bisa melihat siapa orang shaleh di mata Allah, namun kita bisa melihat orang-orang shaleh dari ucapan, dan akivitas yang dilakukannya sehari-hari. Namun demikian harus hati-hati, kita tidak bisa melihat kesalehan seseorang dari yang tampaknya saja, karena di dalam hadis dijelaskan, “Seorang melakukan amalan-amalan ahli surga sebagaimana tampak bagi orang-orang tetapi sesungguhnya dia termasuk penghuni neraka, dan seorang lagi melakukan amalan-amalan ahli neraka sebagaimana disaksikan orang-orang tetapi sebenarnya dia tergolong penghuni surga. (HR. Bukhari).

Dari informasi di atas kita bisa menyimpulkan bahwa, para pemenang pemilu di nasional maupun daerah, adalah mereka yang paling baik amal shalehnya. Rumus bakunya, amal-amal shaleh lah yang menaikkan derajat seseorang.

Lalu mengapa terdapat pemimpin-pemimpin dzalim seperti Fir’aun? Tetap saja Fir'aun diangkat jadi pemimpin karena amal baiknya, sedangkan kedurhakaan Fir'aun terjadi setelah dia menjadi pemimpin yang melampaui batas. Dan hal itu banyak terjadi dalam kehidupan kita sekarang.

Maka prediksi pemenang pemilu di daerah atau nasional pasti dari kalangan mereka yang paling baik amal shalehnya. Maka siapapun diangkat jadi pemimpin pasti dari keshalehannya. Carilah siapa dia? gunakan akal sehat!!! dan mohonlah petunjuk kepada Tuhan!!! Wallahu ‘alam.

(Master Trainer @logika_Tuhan)

Sunday, March 4, 2018

MAU SUKSES? HARUS BERORGANISASI

OLEH:
MUHAMMAD PLATO

Berkelompok atau berorganisasi adalah kodrat manusia. Eksistensi manusia dapat terwujud karena manusia berorganisasi. Jika tidak percaya, perhatikan saja manusia terlahir dari sebuah kelompok kecil di masyarakat bernama keluarga.

Naluri hidup berkelompok sudah diwarisi oleh manusia karena manusia terlahir dari persekutuan antar ibu dan bapak. Untuk itulah manusia hidupnya selalu berkelompok. Secara formal kemudian manusia membentuk organisasi-organisasi.

Ketetapan itu berlaku sebagaimana Allah menetapkan bahwa manusia hidup bersuku-suku dan berbangsa-bangsa. “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”. (Al Hujurat, 49:13)

Dari kenyataan dan ketentuan Tuhan, kita ketahui bahwa hidup manusia tidak bisa lepas dari kelompok-kelompok dan organisasi-organisasi. Dengan berogranisasi, manusia bisa merencakan kebaikan, dan dengan berogranisasi kebaikan lebih mudah disebarkan.
Shalat berjamaah lebih besar pahalanya 27 derajat dari shalat sendirian, mengandung ajaran logika bahwa kebaikan yang dilakukan secara berjamaah melalui organisasi akan melahirkan manfaat dan kekuatan berlipat ganda.

ETIKA BERORGANISASI DALAM SHALAT BERJAMAAH

Dalam shalat berjamaah, seorang makmum tidak boleh mendahului imam. JIka imam melakukan kesalahan mamum ditugaskan mengingatkan. Jika mamum mendahului atau terlambat mengikuti imam, maka pahala berjamaah menjadi batal. Inilah etika berorganisasi dalam Islam yang harus diimplementasikan dalam kehidupan kaum muslimin.

Maka implementasi dalam hal berorganisasi, ketaatan anggota kepada imam (ketua, pemimpin), sangat ditekankan, bahkan bisa jadi dikategorikan sebagai kewajiban bagi setiap manusia. Melalui ketaatan kepada imam (pemimpin), visi dan misi hidup sejahtera lebih mudah dijalankan, dan akan terhindar dari perpecahan.

Kenyataan sekarang, etika shalat berjamaah tidak berhasil diimplementasikan dalam kehidupan organisasi masyarakat. Maka dari itu, percepatan pembangunan untuk kesejahteraan manusia selalu terhambat. Aturan taat pada imam dalam shalat berjamaah, sebenarnya adalah ajaran agar manusia berorganisasi dengan tertib dan teratur.

Sayang sekali, umat Islam tidak menyadari bahwa ajaran berogranisasi etikanya ada dalam pelaksanaan ritual shalat berjamaah. Mengapa terjadi? Karena pola pikir sekuler telah berpengaruh ke kalangan umat beragama. Etika ibadah ritual dianggap tidak memiliki kaitan dengan etika kehidupan masyarakat.

ETIKA BERORGANISASI DALAM KELUARGA

Ketaatan umat pada pemimpin selain digambarkan dalam ritual shalat berjamaah, Allah mengajarkan pula dalam kehidupan keluarga. “Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita)…”, (An Nisaa, 4:34)

Pengangkatan suami sebagai pemimpin dalam keluarga, ditetapkan langsung oleh Allah swt. Ketetapan ini tidak dapat diganggu gugat, dalam kondisi apapun. Kemudian Rasulullah menetapkan aturan ketat ketaatan mamum (anggota keluarga) kepada imam, sebagai ketentuan absolut. Ketetapn itu tersirat dalam hadis, “Tidak dibenarkan manusia sujud kepada manusia, dan kalau dibenarkan manusia sujud kepada manusia, aku akan memerintahkan wanita sujud kepada suaminya karena besarnya jasa (hak) suami terhadap isterinya”. (HR. Ahmad)

Kesetaraan gender, jika tidak pandai memahaminya pemikiran ini akan mengacaukan kepemimpinan dalam keluarga. Kacaunya sistem kepemimpinan dalam keluarga, secara tidak langsung akan mengacaukan sistem pendidikan karakter pemimpin dari lingkungan keluarga. Kekacauan sistem ini akan menghilangkan kader-kader pemimpin tangguh di masyarakat. Jika dipertahankan, kondisi ini akan sangat berbahaya bagi masyarakat, karena suplai pemimpin-pemimpin tangguh lahir dari lingkungan pendidikan keluarga.

ETIKA BERORGANISASI DALAM NEGARA

Belajar berorganisasi dan kepemimpinan dari shalat, belajar berorganisasi dan kepemimpinan dari keluarga, implementasinya adalah dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Ketaatan mamum kepada imam adalah ajaran untuk manusia agar selalu hidup teratur dan damai. Ketaatan istri pada suami adalah ajaran kepada anak-anak, agar menghargai dan menghormati pemimpin. Kepatuhan seorang istri kepada suami adalah ajaran untuk anak-anak agar belajar menjadi rakyat yang baik.
Kegagalan bermasayarkat dan bernegara diawali kegagalam mamum dalam menaati imamnya dalam shalat berjamaah. Kegagalan bermasyarakat dan bernegara diawali dari kegagalan seorang istri untuk konsisten taat pada suami.
Selama ini kita gagal sadar bahwa aturan-aturan dalam shalat berjamaah, dan aturan kehidupan suami istri dalam rumah tangga, adalah cara Allah mengajarkan kepada kita agar hidup bermasyarakat dengan tertib dan damai.

Hendaklah kamu mendengar, patuh dan taat (kepada pemimpinmu), dalam masa kesenangan (kemudahan dan kelapangan), dalam kesulitan dan kesempitan, dalam kegiatanmu dan di saat mengalami hal-hal yang tidak menyenangkan sekalipun keadaan itu merugikan kepentinganmu. (HR. Muslim dan An-Nasaa'i)

Hadis di atas, adalah gambaran masyarakat ideal, yang akan terwujud jika mamum dalam shalat berjamaah taat pada imamnya, dan istri patuh pada suami dalam rumah tangganya. Etika berorganisasi dalam shalat berjamaah dan berkeluarga adalah sistem pendidikan dari Allah untuk mewujudkan masyarakat adil, damai, dan sejahtera.

Untuk itulah mari berorganisasi dalam satu ikatan keimanan kepada Tuhan, diwujudkan dengan rukuk dan sujud sesuai dengan komando imam. Ciri masyarakat beragama adalah memiliki kesadaran bersama untuk taat kepada pimpinan dalam kondisi apapun.

Perintahnya cukup jelas, “Hai Maryam, taatlah kepada Tuhanmu, sujud dan rukuklah bersama orang-orang yang rukuk”. (Ali Imran, 3:43).Barangsiapa tidak menyukai sesuatu dari tindakan penguasa maka hendaklah bersabar. Sesungguhnya orang yang meninggalkan (membelot) jamaah walaupun hanya sejengkal maka wafatnya tergolong jahiliyah”. (HR. Bukhari dan Muslim).

Kekuatan umat manusia ada dalam jamaah. Sebagaimana hadis Rasulullah menjelaskan, “kekuatan Allah beserta jama'ah (seluruh umat). Barangsiapa membelot maka dia membelot ke neraka”. (HR. Tirmidzi)

Begitulah ketentuan mutlak aturan dalam berogranisasi. Jika kita tidak bisa memeliharanya, maka kebinasaan dan kehancuran menanti umat manusia. Bagi siapa saja, yang tidak menghargai kepemimpinan dalam organisasi adalah orang-orang jahiliyah. Wallahu ‘alam.

(Master Trainer @logika_Tuhan)

Saturday, March 3, 2018

NABI MUHAMMAD MASIH HIDUP!


Oleh
MUHAMMAD PLATO

Setiap umat pasti akan diutus seorang rasul. Hal ini menjadi ketetapan Tuhan, sebagai wujud kasih sayang Tuhan kepada umatnya. Jika tidak demikian, tidak mungkin Tuhan menelantarkan umatnya di rimba belantara tanpa petunjuk seorang rasul.

Namun demikian Tuhan telah mengakhiri kerasulan dengan mengutus Nabi Muhammad saw. “Aku penutup para nabi. Tidak ada nabi lagi sesudah aku”. (HR. Ahmad dan Al Hakim).
Saat akan terjadi perang Tabuk (penaklukkan suriah), Nabi Muhammad meninggalkan Ali di Madinah untuk menjaga keluarganya. Kemudian beredar kabar burung bahwa Ali dibebastugaskan dari perang oleh Nabi Muhammad. Ali menyusul Nabi ke perbatasan menceritakan desas desus tersebut kepada Nabi. Kemudia Nabi Muhammad berkata, “mereka berdusta. Aku memintamu untuk tinggal agar menjaga apa yang kutinggalkan. Maka kembalilah dan lindungilah keluargaku dan harta bendaku. Tidakkah engkau berbahagia, wahai Ali, bahwa engkau di sisiku seperti Harun dan Musa; ingatlah sesudahku tidak ada lagi nabi.” (lings Martin, 496:2007)

Pada tahun 632 Masehi (Senin 12 Rabiul awal, tahun ke-8 HIjriah), Nabi Muhammad saw meninggal dunia, dipangkuan Istrinya Aisyah. Lalu siapa yang akan menyampaikan kebenaran Tuhan kepada manusia saat ini? Sedangkan tidak ada nabi setalah Nabi Muhammad saw.

Maka sesungguhnya Nabi Muhammad saw tetap hidup, sekalipun jasadnya telah dikubur. Nabi Muhammad saw ada di hati orang-orang shaleh yang beriman kepada Allah, kitab suci Al-Qur’an dan hadis. “Dan janganlah kamu mengatakan terhadap orang-orang yang gugur di jalan Allah, (bahwa mereka itu) mati; bahkan (sebenarnya) mereka itu hidup, tetapi kamu tidak menyadarinya”. (Al Baqarah, 2:154)

Bagi orang-orang yang beriman kepada Allah dan kitab-Nya, mereka menyadari bahwa para nabi dan orang-orang shaleh tidak mati. Ajaran para Nabi dan orang-orang shaleh akan tetap ada dalam kesadaran mereka, sehingga hubungan mereka seperti saudara.

Bukti hidupnya para Nabi dan orang-orang shaleh adalah dengan terpeliharanya kitab suci Al-Qur’an. Sementara kitab-kitab suci terdahulu sudah tersebar berserakan dan bercampur baur dengan pemikiran manusia. Al-Qur’an dan hadis terpelihara berkat kejujuran para sahabat Nabi dan orang-orang shaleh.

“Sungguh telah aku tinggalkan kepada kalian dua perkara, jika kalian berpegang teguh pada keduanya selamanya tidak akan pernah tersesat sepeninggalku yaitu kitab Allah dan Sunnahku, maka peganglah dengan erat”. (HR. Hakim).

Dua perkara inilah yang akan selalu memberi kesadaran kepada umat-umat manusia, bahwa Nabi Muhammad saw masih hidup, dan akan tetap hidup sampai pada akhirnya berjumpa wajah dengan Nabi dan Tuhannya.

Nabi Muhammad saw akan tetap hidup diantara umat-umat terbaiknya di masa lalu, sekarang dan masa yang akan datang. “Nabi Berkata, “umat yang terbaik adalah generasiku; lalu orang yang datang sesudah mereka; kemudian orang-orang yang datang sesudah mereka”. (dikutif dari, lings martin, 514-515, 2007)

INTI DARI HIDUP ADALAH INGAT TUHAN. Perumpamaan orang yang berzikir (ingat) kepada Robbnya dan yang tidak, seumpama orang hidup dan orang mati. (HR. Bukhari dan Muslim)

UKURAN ORANG SADAR ADALAH INGAT KEPADA TUHAN DAN RASULNYA. Maka orang-orang yang menyadari, mereka belajar dan meneladani ajaran Tuhan dari Rasulnya bersumber dari kitab suci yang ditinggalkannya. Maka sesungguhnya dia telah menjadikan dirinya, Tuhan dan Rasulnya tetap hidup. Inilah generasi terbaik ketiga yang diprediksi oleh Nabi Muhammad. Generasi ini diakui oleh Nabi Muhammad saw sebagai saudara yang kelak akan ditemuinya.

Faktanya Nabi Muhammad saw masih hidup di dalam hati orang-orang shaleh yang selalu meneladaninya. Sekalipun Nabi Muhammad saw sudah meninggal, Beliau tetap hidup karena sampai sekarang masih tetap mengajari umat manusia melalui kitab dan sunnah yang ditinggalkannya. Kitab dan sunnah yang tidak pernah usang di makan zaman, dan tetap menjawab segala tantangan zaman. Dialah kitab dan sunah dari yang maha hidup yaitu Allah swt.

Sampai saat ini Nabi Muhammad saw masih tetap hidup dan mengajar. Beliau selalu mengajak membaca, terus memberi inspirasi, memotivasi, menjadi penenang, penyejuk, penguat, penggembira, dan terus masuk ke alam sadar orang-orang beriman. Beliau selalu mengajarkan untuk menyembah kepada Tuhan Yang Esa dan tidak menyekutukannya. Semoga kita termasuk di dalamnya. Wallahu ‘alam.

(Master Trainer@logika_Tuhan)

DI MANA ADA MUSA DI SITU ADA FIR’AUN

OLEH
MUHAMMAD PLATO

Orang-orang jazirah Arab mengenal pepatah, “dimana ada Musa di situ ada Fir’aun”. Pepatah ini bukan sembarang pepatah, karena menggambarkan kenyataan hidup dan punya dasar nash yang jelas di dalam Al-Qur’an.

Pepatah ini menggambarkan fakta hidup bahwa akan ada dua kutub berlawanan. Dua kutub berlawanan ini sudah sunatullah, sebagai ketetapan Tuhan yang tidak mungkin diubah. Dua kutub berlawanan ini seperti keberadaan malaikat dan setan, nafsu negatif dan positif. Dalam kepercayaan China, dua kutub ini dikenal dengan kutub energi yin dan energi yang.

Manusia ada diantara dua kutub energi. Kelebihan manusia adalah diberi akal untuk mengolah kedua kutub energi tersebut menjadi bermanfaat bagi kehidupan dirinya di dunia maupun di akhirat. Kemampuan mengolah, mengelola, adalah kelebihan manusia dari makhluk-makhluk Tuhan lainnya. Dengan petunjuk Tuhan melalui wahyu, manusia harus berusaha mengelola kutub negatif dan positif menjadi sumber kesejahteraan manusia di dunia dan diakhirat.

Pada kenyataannya, ada manusia-manusia yang tersesat karena bisikan-bisikan setan dari golongan manusia dan jin. Allah mengabarkan dalam Al-Qur’an bahwa sebagian besar manusia ada dalam kesesatan. “Dan sesungguhnya telah sesat sebelum mereka (Quraisy) sebagian besar dari orang-orang yang dahulu” (Ash Shaaffaat, 37:71).

Mereka tersesat karena nafsu-nafsu mereka yang tidak terkendali karena tertipu oleh kebenaran-kebenaran yang berdasar pada penglihatan yang mereka lihat, kebenaran material. Pikiran mereka penuh dengan prasangka buruk kepada sesama manusia dan Tuhan. Orang-orang ini hidup mengandalkan akal, penglihatan, pendengaran, perasaan, tanpa petunjuk Tuhan. Orang-orang ini akan menjadi golongan setan, dan akan menjadi suluh api neraka.

Pepatah di mana ada Musa disitu ada Fir’aun, menggambarkan kehidupan manusia yang pada kenyataannya akan terbentuk pada dua kutub, barisan setan dan barisan malaikat. Barisan setan adalah mereka yang hidup mengandalkan pikiran, penglihatan, pendengaran, perasaan, tanpa petunjuk Tuhan. Golongan ini dicontohkan seperti prilaku Fir’aun yang melampaui batas, sehingga prilakunya cenderung negatif.

Barisan malaikat adalah mereka yang hidup dengan pikiran, penglihatan, pendengaran, perasaan, dan petunjuk Tuhan dari para Nabi dan rasul, dalam kitab suci. Manusia yang ada dibarisan malaikat adalah yang prilakunya cenderung baik. Apabila salah mereka memohon ampun kepada Tuhan, dan sangat mudah memaafkan orang lain.

Pepatah, “di aman ada Musa di situ ada Fir’aun” seperti rumus kehidupan, dan ini dijelaskan dalam kitab suci Al-Qur’an. “Sesungguhnya Kami telah mengutus kepada kamu (hai orang kafir Mekah) seorang Rasul, yang menjadi saksi terhadapmu, sebagaimana Kami telah mengutus (dahulu) seorang Rasul kepada Fir'aun”. (Al Muzzammil, 73:15). Dalam bentuk tabel kita gambarnya seperti di bawah ini.

ENERGI MUHAMMAD
ENERGI MONSTER
RASUL
FIR’AUN
MUSA
RAJA RAMSES II
NABI MUHAMMAD SAW
KAUM PAGAN MEKKAH
MUHAMMAD BIN ABDULLAH
ABU LAHAB
MANUSIA QUR’AN
MANUSIA MATERIALIS
MANUSIA PEMAAF
MANUSIA PENCACI
MANUSIA PENYABAR
MANUSIA KEPO
MANUSIA OPTIMIS
MANUSIA PESIMIS
MANUSIA TANGGUH
MANUSIA PENGELUH
MANUSIA BERKORBAN
MANUSIA KIKIR

Kondisi di atas mengabarkan kepada kita bahwa kepada umat-umat yang jahat akan ada Rasul yang diutus. Kondisi ini sudah jadi ketetapan dari Tuhan, sebagai bukti kasih sayang Tuhan kepada umat. Kondisi ini berlaku dalam kehidupan masyarakat sehari-hari, dalam lingkungan keluarga, organisasi, lembaga, dan masyarakat. Di setiap lingkungan akan selalu ada orang-orang yang hidupnya melampaui batas ketentuan, dialah orang-orang yang hidupnya tidak mau diatur oleh ketentuan Tuhan.

Nah kawan-kawan jika kita sudah tahu kondisi realitas hidup seperti itu, akan mengambil posisi manakah kita? Tentulah orang-orang yang berakal sehat akan memilih posisi pada kutub pada Rasul, yaitu kutub penegak kebenaran sesuai petunjuk Tuhan. Di sinilah akal kita harus berfungsi, karena kelebihan manusia dari setan, dan binatang, adalah kemampuan akal manusia dalam mengolah pengetahuan.

Waspadalah kawan-kawan, setan punya komitmen tinggi dihadapan Tuhan, akan  menjerumuskan manusia sampai masuk ke jurang neraka! Jangan dikira bahwa dengan hidup baik di jalan Tuhan tidak akan ada tantangan. Kita akan bertempur habis-habisan agar kita tidak keluar dari ketentuan Tuhan. Ingat karena di dalam jiwa kita ada nafsu-nafsu yang jahat, maka hidup selamanya berjihad.

Sekarang tengok kiri kanan diri Anda, di posisi Musa atau Fir’aun? Ayo kita perbaiki diri kita sendiri agar masuk golongan Musa. Bacalah setiap kejadian atas nama Tuhan, jangan menyalahkan orang lain, jangan putus asa, jangan mengeluh, harus rela berkorban! INILAH ENERGI MUHAMMAD. Hanya dengan memohon bimbingan dari ALLAH kita akan selamat. Semoga sukses kawan!!!  

(Master Trainer @Logika Tuhan)