Saturday, March 10, 2018

SURVEY PEMENANG PEMILU

OLEH
MUHAMMAD PLATO

Untuk memprediksi siapa pemenang pilkada, biasanya masyarakat akan melihat hasil survey lembaga independen. Namun harus hati-hati, karena ada jasa survey tidak punya integritas, mereka melakukan survey dengan tujuan subjektif. Jadi masyarakat harus teliti membaca hasil survey dengan melihat siapa lembaga dibalik survey.

Ada alat prediksi yang luput dari perhatian masyarakat, dan tidak pernah diliput media. Alat prediksi ini bermanfaat bagi semua orang dan akan terhindar dari kecurangan. Alat prediksi ini bermanfaat bagi pemimpin juga rakyat. Jika alat prediksi ini disosialisasikan kepada rakyat, alat ini akan membangun hubungan pemimpin dengan rakyat menjadi harmonis.

Alat prediksi ini menggunakan sumber pengetahuan dari kitab suci Al-Qur’an. Kita bisa tahu siapa pemenang pemilu dengan melihat karakter pemimpin yang berhak menduduki posisi tertinggi. Boleh diuji melalui riset, semua kabar berita yang terdapat dalam Al-Qur’an memiliki bukti.  

Prof. Kiai Fahmi Basya dalam Flying Book nya berjudul Al haqq dan Bi, menjelaskan bahwa untuk mengenal Allah sebagai Tuhan Yang Esa, Al-Qur'an membimbing manusia untuk mengetahui Allah dengan tujuh karakter yaitu; 1) NAMA, 2) JUMLAH, 3) JENIS, 4) UMUR, 5) WARNA, 6) AKTIVITAS, 7) KONDISI. Penjelasan Beliau tetang Allah melalui tujuh karakter, bisa diaplikasikan menjadi alat analisa sebuah fenomena atau kejadian. Sebagai alternatif kita menganalisis kejadian dengan rumus 5W+1H. Untuk lebih jelasnya, silahkan simak dengan baik tayangan youtube karya Kiai Haji Fahmi Basya di internet. 

Tujuh karakter untuk memahami ke-Esa-an Allah, kali ini saya manfaatkan alat latihan berpikir dalam pembelajaran. Contoh dalam memprediksi siapa pemenang pemilu, bisa dianalisa secara kualitatif dengan tujuh karakter. Artinya, setiap pemenang pemilu harus memiliki tujuh karekter di bawah ini;

KARAKTER PERTAMA pemimpin yang akan terpilih harus memiliki NAMA. Siapakah? Jawabannya,  Dan sungguh telah Kami tulis di dalam Zabur sesudah (Kami tulis dalam) Lohmahfuz, bahwasanya bumi ini dipusakai hamba-hamba-Ku yang shaleh. (Al anbiyaa’, 21:105).

Sebagai pusaka bumi, hamba-hamba yang shaleh berada ditempat ditempat tinggi. Inilah dalil yang menjelaskan bahwa orang-orang shaleh adalah pengendali bumi, dan mereka berkedudukan tinggi di atas yang lain. Sebagai mana dijelaskan di dalam Al-Qur’an. “Dan barang siapa datang kepada Tuhannya dalam keadaan beriman, lagi sungguh-sungguh telah beramal shaleh, maka mereka itulah orang-orang yang memperoleh tempat-tempat yang tinggi (mulia)” (Thahaa, 20:75).

Dari keterangan di atas, kita sudah dapat karaker pertama dari siapa pemenang pemilu mendatang? Dia beranama hamba-hamba yang shaleh.

KARAKTER KEDUA dilihat dari karakter JUMLAH. Jumlah hamba-hamba yang shaleh sangat sedikit. “Dan sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang berserikat itu sebahagian mereka berbuat dzalim kepada sebahagian yang lain, kecuali orang orang yang beriman dan mengerjakan amal yang shaleh; dan amat sedikitlah mereka ini". (Shaad, 38:24).

Dari jumlah yang sedikit itu kita harus memilih dengan selektif, satu atau dua hamba shaleh yang terbaik. Dalam kehidupan politik kita, pemilu memilih pasangan terdiri atas ketua dan wakil.

KAKRATER KETIGA dilihat dari jenis KELAMIN. Dari jenis kelamin kriteria hamba-hamba yang shaleh terdiri dari laki-laki dan perempuan. “Barang siapa yang mengerjakan amal shaleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan”.(An Nahl, 16:97).

Jika hamba-hamba yang shaleh dipusakai bumi dan duduki tempat yang tinggi, Allah tidak membeda-bedakan pahala bagi laki-laki maupun perempuan yang mengerjakan amal shaleh.  Bisa jadi pemenang pemilu ini dari laki-laki maupun perempuan. Sekalipun Allah menetapkan laki-laki sebagai pemimpin, jika ada perempuan sebagai pemimpin maka itu adalah sebagai pertanda telah terjadi kondisi darurat. 

KARAKTER KEEMPAT dilihat dari UMUR, pusaka bumi akan diberikan kepada mereka yang beramal shaleh yang sudah dewasa. Ukuran dewasa dilihat dari umur, Al-Qur'an memberi batasan minimal 40 tahun. Fakta manusia produktif sampai rentang usia 60 tahun. Ibnu Khaldun, dalam bukunya Mukaddimah, menjelaskan usia puncak produktif kepemimpinan berada di usia 50 tahunan.

“Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa: "Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang shaleh yang Engkau ridai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertobat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri". (Al Ahqaaf, 46:15).

KARAKTER KELIMA dilihat dari WARNA. Warna ini mencerminkan cahaya, cara pandang, filosofi, ideologi, agama, suku, ras, bangsa, bisa macam-macam. “(Dan mengutus) seorang Rasul yang membacakan kepadamu ayat-ayat Allah yang menerangkan (bermacam-macam hukum) supaya Dia mengeluarkan orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal yang shaleh dari kegelapan kepada cahaya. (Athaalaq, 65:11).

Hal terpenting dari hamba-hamba yang shaleh yang menjadi pusaka bumi adalah mereka punya warna (cara pandang) yang mengajak masyarakat keluar dari kegelapan. Di tandai dengan cara-cara pandang mereka yang sesuai dengan hukum-hukum Tuhan, dengan pola-pola pikir yang bersumber kepada kitab yang lengkap dan rinci, rahmat bagi alam yaitu Al-Qur’an.

Seorang pemimpin adalah ahli pikir yang sudah memahami hukum-hukum general kehidupan. Sehingga hukum-hukum tersebut akan selalu menjadi pertimbangan dalam mengambil keputusan. 

Selanjutnya KARAKTER KEENAM hamba yang shaleh yang akan jadi pusaka bumi harus memenuhi syarat dilihat dari AKTIVITAS. Ciri paling mendasar aktivitas dari orang-orang shaleh adalah membaktikan diri untuk kedua orang tuanya. Pemimpin-pemimpin hebat selalu memiliki prilaku dasar memuliakan kedua orang tua.

Suatu hal mustahil orang-orang bisa ditinggikan kedudukannya oleh Allah, sementara mereka durhaka kepada kedua orang tuanya. Allah menyimpan kunci sukses seluruh anak Adam mutlak di tangan ibu dan bapak mereka. Namun jangan sampai disembah, karena hal tersebut dipandang Allah sebagai sikap berlebihan.

Prinsip dasarnya tertuang dalam Al-Qur'an. “Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa: "Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang shaleh yang Engkau ridai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertobat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri".  (Al Ahqaaf, 46:15).

KARAKTER KETUJUH dilihat dari KONDISI. "Dan belanjakanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu; lalu ia berkata: "Ya Tuhanku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian) ku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang shaleh?" (Al Munafiquun, 63:10). 

Artinya, orang-orang yang akan menjadi pusaka bumi adalah mereka yang selalu membelanjakan hartanya di jalan Allah dalam segala kondisi sampai ajal menjemput. Hamba Allah yang akan mempusakai bumi adalah mereka yang berbuat baik, dalam kondisi duduk, berdiri, tidur, siang, malam, sempit dan lapang. Kriteria orang shaleh di jelaskan dalam Al-Qur'an sbb; 

"(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan". (Ali Imran, 3:134). 

Orang saleh adalah orang yang mematuhi hukum-hukum objektif Allah. (Chodjim, 2003). Orang-orang shaleh dijelaskan di dalam Al-Qur’an adalah mereka yang segala perbuatannya didasari oleh petunjuk Tuhan. 

Secara kasat mata kita tidak bisa melihat siapa orang shaleh di mata Allah, namun kita bisa melihat orang-orang shaleh dari ucapan, dan akivitas yang dilakukannya sehari-hari. Namun demikian harus hati-hati, kita tidak bisa melihat kesalehan seseorang dari yang tampaknya saja, karena di dalam hadis dijelaskan, “Seorang melakukan amalan-amalan ahli surga sebagaimana tampak bagi orang-orang tetapi sesungguhnya dia termasuk penghuni neraka, dan seorang lagi melakukan amalan-amalan ahli neraka sebagaimana disaksikan orang-orang tetapi sebenarnya dia tergolong penghuni surga. (HR. Bukhari).

Dari informasi di atas kita bisa menyimpulkan bahwa, para pemenang pemilu di nasional maupun daerah, adalah mereka yang paling baik amal shalehnya. Rumus bakunya, amal-amal shaleh lah yang menaikkan derajat seseorang.

Lalu mengapa terdapat pemimpin-pemimpin dzalim seperti Fir’aun? Tetap saja Fir'aun diangkat jadi pemimpin karena amal baiknya, sedangkan kedurhakaan Fir'aun terjadi setelah dia menjadi pemimpin yang melampaui batas. Dan hal itu banyak terjadi dalam kehidupan kita sekarang.

Maka prediksi pemenang pemilu di daerah atau nasional pasti dari kalangan mereka yang paling baik amal shalehnya. Maka siapapun diangkat jadi pemimpin pasti dari keshalehannya. Carilah siapa dia? gunakan akal sehat!!! dan mohonlah petunjuk kepada Tuhan!!! Wallahu ‘alam.

(Master Trainer @logika_Tuhan)

No comments:

Post a Comment