Sunday, March 4, 2018

MAU SUKSES? HARUS BERORGANISASI

OLEH:
MUHAMMAD PLATO

Berkelompok atau berorganisasi adalah kodrat manusia. Eksistensi manusia dapat terwujud karena manusia berorganisasi. Jika tidak percaya, perhatikan saja manusia terlahir dari sebuah kelompok kecil di masyarakat bernama keluarga.

Naluri hidup berkelompok sudah diwarisi oleh manusia karena manusia terlahir dari persekutuan antar ibu dan bapak. Untuk itulah manusia hidupnya selalu berkelompok. Secara formal kemudian manusia membentuk organisasi-organisasi.

Ketetapan itu berlaku sebagaimana Allah menetapkan bahwa manusia hidup bersuku-suku dan berbangsa-bangsa. “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”. (Al Hujurat, 49:13)

Dari kenyataan dan ketentuan Tuhan, kita ketahui bahwa hidup manusia tidak bisa lepas dari kelompok-kelompok dan organisasi-organisasi. Dengan berogranisasi, manusia bisa merencakan kebaikan, dan dengan berogranisasi kebaikan lebih mudah disebarkan.
Shalat berjamaah lebih besar pahalanya 27 derajat dari shalat sendirian, mengandung ajaran logika bahwa kebaikan yang dilakukan secara berjamaah melalui organisasi akan melahirkan manfaat dan kekuatan berlipat ganda.

ETIKA BERORGANISASI DALAM SHALAT BERJAMAAH

Dalam shalat berjamaah, seorang makmum tidak boleh mendahului imam. JIka imam melakukan kesalahan mamum ditugaskan mengingatkan. Jika mamum mendahului atau terlambat mengikuti imam, maka pahala berjamaah menjadi batal. Inilah etika berorganisasi dalam Islam yang harus diimplementasikan dalam kehidupan kaum muslimin.

Maka implementasi dalam hal berorganisasi, ketaatan anggota kepada imam (ketua, pemimpin), sangat ditekankan, bahkan bisa jadi dikategorikan sebagai kewajiban bagi setiap manusia. Melalui ketaatan kepada imam (pemimpin), visi dan misi hidup sejahtera lebih mudah dijalankan, dan akan terhindar dari perpecahan.

Kenyataan sekarang, etika shalat berjamaah tidak berhasil diimplementasikan dalam kehidupan organisasi masyarakat. Maka dari itu, percepatan pembangunan untuk kesejahteraan manusia selalu terhambat. Aturan taat pada imam dalam shalat berjamaah, sebenarnya adalah ajaran agar manusia berorganisasi dengan tertib dan teratur.

Sayang sekali, umat Islam tidak menyadari bahwa ajaran berogranisasi etikanya ada dalam pelaksanaan ritual shalat berjamaah. Mengapa terjadi? Karena pola pikir sekuler telah berpengaruh ke kalangan umat beragama. Etika ibadah ritual dianggap tidak memiliki kaitan dengan etika kehidupan masyarakat.

ETIKA BERORGANISASI DALAM KELUARGA

Ketaatan umat pada pemimpin selain digambarkan dalam ritual shalat berjamaah, Allah mengajarkan pula dalam kehidupan keluarga. “Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita)…”, (An Nisaa, 4:34)

Pengangkatan suami sebagai pemimpin dalam keluarga, ditetapkan langsung oleh Allah swt. Ketetapan ini tidak dapat diganggu gugat, dalam kondisi apapun. Kemudian Rasulullah menetapkan aturan ketat ketaatan mamum (anggota keluarga) kepada imam, sebagai ketentuan absolut. Ketetapn itu tersirat dalam hadis, “Tidak dibenarkan manusia sujud kepada manusia, dan kalau dibenarkan manusia sujud kepada manusia, aku akan memerintahkan wanita sujud kepada suaminya karena besarnya jasa (hak) suami terhadap isterinya”. (HR. Ahmad)

Kesetaraan gender, jika tidak pandai memahaminya pemikiran ini akan mengacaukan kepemimpinan dalam keluarga. Kacaunya sistem kepemimpinan dalam keluarga, secara tidak langsung akan mengacaukan sistem pendidikan karakter pemimpin dari lingkungan keluarga. Kekacauan sistem ini akan menghilangkan kader-kader pemimpin tangguh di masyarakat. Jika dipertahankan, kondisi ini akan sangat berbahaya bagi masyarakat, karena suplai pemimpin-pemimpin tangguh lahir dari lingkungan pendidikan keluarga.

ETIKA BERORGANISASI DALAM NEGARA

Belajar berorganisasi dan kepemimpinan dari shalat, belajar berorganisasi dan kepemimpinan dari keluarga, implementasinya adalah dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Ketaatan mamum kepada imam adalah ajaran untuk manusia agar selalu hidup teratur dan damai. Ketaatan istri pada suami adalah ajaran kepada anak-anak, agar menghargai dan menghormati pemimpin. Kepatuhan seorang istri kepada suami adalah ajaran untuk anak-anak agar belajar menjadi rakyat yang baik.
Kegagalan bermasayarkat dan bernegara diawali kegagalam mamum dalam menaati imamnya dalam shalat berjamaah. Kegagalan bermasyarakat dan bernegara diawali dari kegagalan seorang istri untuk konsisten taat pada suami.
Selama ini kita gagal sadar bahwa aturan-aturan dalam shalat berjamaah, dan aturan kehidupan suami istri dalam rumah tangga, adalah cara Allah mengajarkan kepada kita agar hidup bermasyarakat dengan tertib dan damai.

Hendaklah kamu mendengar, patuh dan taat (kepada pemimpinmu), dalam masa kesenangan (kemudahan dan kelapangan), dalam kesulitan dan kesempitan, dalam kegiatanmu dan di saat mengalami hal-hal yang tidak menyenangkan sekalipun keadaan itu merugikan kepentinganmu. (HR. Muslim dan An-Nasaa'i)

Hadis di atas, adalah gambaran masyarakat ideal, yang akan terwujud jika mamum dalam shalat berjamaah taat pada imamnya, dan istri patuh pada suami dalam rumah tangganya. Etika berorganisasi dalam shalat berjamaah dan berkeluarga adalah sistem pendidikan dari Allah untuk mewujudkan masyarakat adil, damai, dan sejahtera.

Untuk itulah mari berorganisasi dalam satu ikatan keimanan kepada Tuhan, diwujudkan dengan rukuk dan sujud sesuai dengan komando imam. Ciri masyarakat beragama adalah memiliki kesadaran bersama untuk taat kepada pimpinan dalam kondisi apapun.

Perintahnya cukup jelas, “Hai Maryam, taatlah kepada Tuhanmu, sujud dan rukuklah bersama orang-orang yang rukuk”. (Ali Imran, 3:43).Barangsiapa tidak menyukai sesuatu dari tindakan penguasa maka hendaklah bersabar. Sesungguhnya orang yang meninggalkan (membelot) jamaah walaupun hanya sejengkal maka wafatnya tergolong jahiliyah”. (HR. Bukhari dan Muslim).

Kekuatan umat manusia ada dalam jamaah. Sebagaimana hadis Rasulullah menjelaskan, “kekuatan Allah beserta jama'ah (seluruh umat). Barangsiapa membelot maka dia membelot ke neraka”. (HR. Tirmidzi)

Begitulah ketentuan mutlak aturan dalam berogranisasi. Jika kita tidak bisa memeliharanya, maka kebinasaan dan kehancuran menanti umat manusia. Bagi siapa saja, yang tidak menghargai kepemimpinan dalam organisasi adalah orang-orang jahiliyah. Wallahu ‘alam.

(Master Trainer @logika_Tuhan)

No comments:

Post a Comment