Wednesday, March 14, 2018

LOGIKA NABI MUHAMMAD SAW (5)

OLEH:
MUHAMMAD PLATO

Ketika dihadapkan pada masalah yang belum pernah dialami bersama Nabi Muhammad saw, Umar Ibn Khattab berkata, “ya Allah ampunilah, aku memahami Qur’an dengan logika ku”. Permohonan ampun seorang Khalifah ini dimaklumi, karena siapapun manusianya, ketika dia gunakan pikiran untuk memahami sesuatu, pasti akan ada salah, sekali pun para Nabi.

Banyak berita kita baca dalam Al-Qur'an, nabi-nabi melakukan kesalahan sekalipun kesalahan tersebut kesalahan yang sangat ringan. Tetapi di mata Allah setiap kesalahan bisa beresiko fatal, tidak dilihat kecil atau besarnya kesalahan. Karena itulah Allah memperhitungkan setiap perbuatan dengan detail. Maka jangankan sepangkat Khalifah Umar Ibn Khattab, sepangkat Nabi Muhammad saw pun mengajarkan untuk selalu mohon ampun kepada Allah dalam sehari minimal 100 kali.

Untuk menghindari kesalahan berpikir maka patut kita teladani cara berpikir yang diajarkan oleh Nabi Muhammad saw. Mungkin selama ini jarang kajian yang secara spesifik meneliti cara-cara berpikir Nabi Muhammad saw, padahal hadis-hadis Nabi yang terseleksi (shahih), jika diamati sesungguhnya mengandung ajaran-ajaran tentang berpikir.

Sumber ajaran berpikir yang menjadi rujukan Nabi Muhammad saw tentu berdasar kepada Al-Qur’an. Setiap prilaku bersumber dari pemikiran, maka dari itu, Nabi Muhammad dianggap sebagai manusia Qur’an, karena seluruh pemikirannya bersumber dari Al-Qur’an. Demikian juga dikatakan dalam hadis bahwa akhlak Nabi Muhammad saw adalah Al-Qur’an.

Penulis tahu ada orang yang mengharamkan berpikir (berlogika) dalam memahami ajaran agama. Tapi baca saja Al-Qur’an dengan artinya, banyak ayat yang memerintahkan kepada manusia untuk berpikir. Jadi mau ikut kemana? kata ustad Evie mah, “Mau kemana atuh gaya?”,

“Seorang melakukan amalan-amalan ahli surga sebagaimana tampak bagi orang-orang tetapi sesungguhnya dia termasuk penghuni neraka, dan seorang lagi melakukan amalan-amalan ahli neraka sebagaimana disaksikan orang-orang tetapi sebenarnya dia tergolong penghuni surga. (HR. Bukhari).

Hadis di atas memiliki tata ajaran berpikir yang termasuk kategori High Order Thinking. Tentu saja hadis bukan Al-Qur’an, lalu apa? Hadis adalah pernyataan (pemikiran) Nabi Muhammad saw. Pernyataan di atas jika kita analisis mengandung konstruksi logika.

No
Sebab
Akibat
1
AMALAN AHLI SYURGA
[TAMPAK]
PENGHUNI NERAKA
[FAKTA]

2
AMALAN AHLI NERAKA
[TAMPAK]

PENGHUNI SYURGA
[FAKTA]

Sebelum saya jelaskan apa ajaran yang hendak diberitahukan kepada kita semua dari pernyataan di atas, saya akan kemukakan sumber ajaran logika dalam hadis tersebut.

“Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui. (Al-Baqarah, 2:216).

No
Sebab
Akibat
1
KAMU BENCI SESUATU
[TAMPAK]
AMAT BAIK BAGIMU
[FAKTA]
2
KAMU MENYUKAI SESUATU
[TAMPAK]
AMAT BURUK BAGIMU
[FAKTA]

Silahkan bandingkan konstruksi logika Al-Qur’an, dengan konstruksi logika hadis Nabi Muhammad saw. Anda pasti menemukan pola yang sama antara hadis dan Al-Qur’an. Itulah ajaran logika dari Nabi Muhammad saw yang dipandu dari Al-Qur’an.

Selanjutnya dengan panduan berpikir seperti ini, apa kesimpulan yang dapat kita ambil?  Sungguh, banyak sekali variasi kesimpulan yang dapat kita ambil, dan anda pun bisa mengambil kesimpulan sendiri. Sudah tahu kan etika dasar dalam mengambil kesimpulan? Ya, kesimpulan harus membawa manfaat, kebaikan bagi orang banyak, bukan hanya untuk kepentingan diri sendiri.

Imanuel Kant seorang filsuf punya kesimpulan, “realitas bukanlah yang kamu lihat, tetapi apa yang kamu pikirkan”. Ini sebenarnya pola pikir yang sudah ada dalam hadis dan Qur’an. Pesan moralnya adalah jangan melihat kebaikan dari apa yang kamu lihat, tapi kamu harus memikirkannya terlebih dahulu. Dan panduan berpikir itu ada dalam hadis Nabi yang bersumber dari Al-Qur’an.

Jika ingin contoh lengkap pola pikir ini, lihat di Al-Qur’an bagaimana dialog antara Nabi Musa dengan Nabi khidr. Selamat berpikir!!!.Wallahu ‘alam.

(Master Trainer @logika_Tuhan)

No comments:

Post a Comment