Saturday, May 23, 2020

APAKAH SETELAH MATI KITA AKAN BERTEMU?

OLEH: MUHAMMAD PLATO

Pertanyaan ini sering jadi pertanyaan bagi para anggota keluarga. Pertanyaan ini tidak  ada yang bisa menjawab dengan pasti karena setelah kematian adalah dunia ghaib. Namun demikian tentang dunia ghaib kita bisa mengetahui dengan menggali informasi dari Al-Qur’an dan hadis. Hanya para Nabi yang diberi pengetahuan tentang yang ghaib oleh Allah. Manusia biasa seperti kita hanya bisa mengetahui yang ghaib sebatas apa yang diberitakan dalam Al-Qur’an dan hadis. Berita-berita ghaib yang tidak berdasar pada kitab suci Al-Qur’an dan hadis harus ditolak.

Untuk itu kita pelajari Al-Qur’an sedikit-sedikit sekalipun ilmu kita terbatas. Kita raih janji Allah barang siapa mau mempelajari Al-Qur’an dengan terbata-bata Allah akan tetap memberikan pahala terbaik bagi orang tersebut. Semoga kita semua tercatat oleh Allah termasuk orang yang dijanjikan pahala itu. Semoga Al-Qur’an yang kita pelajari menjadi amal baik yang kelak akan menemani kita setelah kita berada di alam setelah kematian.

Dan sungguh jika kamu meninggal atau gugur, tentulah kepada Allah saja kamu dikumpulkan.” (Ali Imran, 3:158). “Dan bertakwalah kepada Allah yang kepada-Nya lah kamu akan dikumpulkan (wattaqullohalladzii ilaihi tuhtsaruun) (Al Maidah, 5:96)


Dua ayat di atas memberi kabar, kita semua kelak akan kembali berkumpul. Ketakwaan menjadi syarat bagi kita agar bisa tetap berkumpul kembali kepada Allah. Siapakah orang-orang bertakwa yang diberitakan Allah?

“Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu, dan ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah membatasi antara manusia dan hatinya dan sesungguhnya kepada-Nya lah kamu akan dikumpulkan. (Al Anfaal, 8:24).

Kita akan berkumpul jika kita termasuk golongan beriman dan memenuhi seruan Allah dan Rasul-Nya. Harapan kita dapat berkumpul bersama keluarga nanti, jika kita termasuk ke dalam keluarga seiman dan taat kepada Allah dan Rasulnya. Kelak kita akan menjadi orang-orang yang paling bahagia melabihi kebahagiaan hidup yang kita rasakan di dunia.

Sebaliknya kita akan berpisah dengan keluarga kita jika kita termasuk orang-orang dzalim. “(kepada malaikat diperintahkan): "Kumpulkanlah orang-orang yang dzalim beserta teman sejawat mereka dan sembahan-sembahan yang selalu mereka sembah,” (Ash Shaaffaat, 37:22)

Di dalam Al-Qur’an dikabarkan manusia akan terpecah menjadi dua golongan yaitu golongan ahli surga (ashaabulmaimanah) dan golongan ahli neraka (ashaabulmasamah). “Yaitu golongan kanan. Alangkah mulianya golongan kanan itu. Dan golongan kiri. Alangkah sengsaranya golongan kiri itu.” (Al-Waqi’ah, 56:8-9).


Demikian kabar gembira dari Al-Qur’an. Jangan bersedih hati ketika keluarga kita duluan menghadap Allah, karena kelak kita akan kembali berkumpul bersama keluarga di kehidupan abadi yang dijanjikan Allah swt. Untuk itu tidak ada tangisan bagi kematian orang-orang golongan kanan kecuali harapan bahwa kelak kita akan kembali dikumpulkan bersama mereka dengan dilimpahi rahmat dan ampunan Allah swt.  Wallahu’alam.

ORANG KAFIR SHALAT DAN SEDEKAH

OLEH: MUHAMMAD PLATO

Pertanyaan ini mungkin sedikit aneh, karena shalat dan sedekah berlaku untuk orang-orang beriman kepada Allah. Namun jika kita baca dan pelajari Al-Qur’an, ternyata orang-orang kafir juga shalat dan sedekah. Apa benar? Mari kita kaji dan teliti dengan menyimak beberapa ayat yang akan saya jelaskan di bahwah ini.

Hai orang-orang yang beriman, apabila salah seorang kamu menghadapi kematian, sedang dia akan berwasiat, maka hendaklah (wasiat itu) disaksikan oleh dua orang yang adil di antara kamu, atau dua orang yang berlainan agama dengan kamu, jika kamu dalam perjalanan di muka bumi lalu kamu ditimpa bahaya kematian. Kamu tahan kedua saksi itu sesudah shalat (untuk bersumpah), lalu mereka keduanya bersumpah dengan nama Allah jika kamu ragu-ragu: "(Demi Allah) kami tidak akan menukar sumpah ini dengan harga yang sedikit (untuk kepentingan seseorang), walaupun dia karib kerabat, dan tidak (pula) kami menyembunyikan persaksian Allah; sesungguhnya kami kalau demikian tentulah termasuk orang-orang yang berdosa". (Al Maidah, 5:106).

Ayat inilah yang melahirkan pengertian baru dari makna shalat. Ahmad Chodzim melihat kata shalat dalam redaksi Al-Qur’an di atas sebagai komitmen, janji, atau sumpah. Jadi makna shalat disini adalah sebuah komitmen untuk menjaga atau menepati janji. Artinya shalat dalam kehidupan sehari-hari sama dengan berjanji dan menepatinya. Dengan demikian orang-orang kafir pun dapat dikatakan shalat dalam arti menjaga janji-janji yang mereka ikrarkan di dalam kehidupan sosial.


Shalat orang-orang kafir adalah komitmen-komitmen mereka dalam menjalani kehidupan bermasyarakat. Seperti kita saksikan budaya di dunia non muslim mereka lebih disiplin dan sangat menghargai waktu dan suka dengan ketepatan waktu. Namun kedisiplinan yang mereka lakukan lebih pada unttuk ketertiban dan keteraturan dalam menjaga kehidupan di dunia yang sekuat tenaga harus mereka ciptakan sebagai satu-satunya kehidupan manusia yang harus sangat dihargai. Bagi mereka menjaga ketertiban dan keteraturan serta menepati janji tidak ada kaitan dengan ibadah kepada Tuhan. Itulah shalat orang-orang kafir.

Selanjutnya apakah non muslim bersedekah? Kita bisa gali informasinya dari Al-Qur’an. Sesungguhnya orang-orang yang kafir itu, menafkahkan harta mereka untuk menghalangi (orang) dari jalan Allah. Mereka akan menafkahkan harta itu, kemudian menjadi sesalan bagi mereka, dan mereka akan dikalahkan. Dan ke dalam neraka Jahanamlah orang-orang yang kafir itu dikumpulkan,” (Al Anfaal, 8:36). Jelas orang-orang kafir juga bersedekah, namun dijelaskan bahwa tujuan mereka untuk menghalang-halangi orang dari jalan Allah.

Apa pelajarannya untuk kita? Kaum muslimin harus sadar bahwa kebaikan harus diperjuangkan tidak datang diantar begitu saja oleh Allah. Nabi Muhammad saw pada masa kerasulannya, Beliau berjuang dengan harta dan dengan prilakunya yang dapat dipercaya, punya komitmen, menepati janji. Beliau terkenal dengan Al-Amin, orang yang dapat dipercaya.

Orang-orang beriman yang sudah ada dalam kebaikan harus memiliki karakter seperti Nabi Muhammad saw. Beliau selain mengajarkan ritual shalat, juga mengajarkan shalat dalam kehidupan bermasyarakat yaitu amanah, tepati janji, dan melaksanakan segala komitmennya kepada Allah untuk tampil menjadi teladan di masyarakat. Selain itu Nabi Muhammad saw memperjuangkan agama Islam agar tampil sejajar diakui sebagai agama kebenaran dari Allah, mengorbankan seluruh hartanya, termasuk harta istrinya yang dulunya saudagar kaya sampai habis digunakan untuk menyebarkan ajaran Islam.

Kesimpulannya, jika orang-orang kafir mau mengeluarkan harta dan menepati janji-janjinya untuk menghalang-halangi orang dari jalan Allah, maka sungguh tidak layak bagi orang-orang yang sudah berada di jalan kebenaran tetapi tinggal diam, tidak mau berkorban dan tidak menepati janjinya untuk taat pada aturan Allah. Perjuangan tidak akan pernah ada akhirnya kecuali kematian. Orang kafir saja shalat dan sedekah, apa kata Allah jika orang beriman tidak shalat dan sedekah. Wallahu’alam.

Thursday, May 21, 2020

BAHASA QUR'AN

OLEH: MUHAMMAD PLATO
(Master Trainer Logika Tuhan)

Menarik kalimat yang disampaikan oleh Koh Steven, “dakwahkan Islam dengan bahasa Qur’an, bukan dengan ayat Al-Qura’annya”. Jangan salah tafsir, pernyataan Koh Steven ini bagian dari startegi dakwah. Saya akan membantu menjelaskan apa yang dimaksud dengan bahasa Qur’an seperti yang dijelaskan Koh Steven.

Umat Islam percaya bahwa Al-Qur’an adalah kitab suci, tapi sadarkah bahwa banyak orang di luar sana mereka tidak percaya dan mengolok-ngolok Al-Qur’an. Kata Koh Steven untuk mendakwahkan Qur’an jangan pakai Al-Qur’an langsung, tapi harus menggunakan bahasa Al-Qur’an. Jika dakwah dengan langsung membacakan Al-Qur’an maka yang tidak percaya Al-Qur’an akan mengolok-olok dan melecehkan.

Saya baru sadar dari cerita Koh Steven, di dunia luar sana Al-Qur’an dikenal sebagai kitab yang memuat tentang cara merakit bom, petunjuk ritual paganisme, prilaku pedofil, membunuh orang kafir, dan semua berita buruk tentang umat Islam. Informasi negatif ini membuat mereka tidak mau membaca Al-Qur’an. Saya tersadar bahwa informasi-informasi negatif tentang Islam adalah hambatan bagi orang-orang untuk mengenal kebenaran dari Tuhan. Sudah saatnya mengajarkan Al-Qur’an dengan bahasa-bahasa Al-Qur’an dalam berbagai aktivitas kehidupan.


Apa yang dikatakan Koh Steven sangat benar sekali, jangankan orang-orang yang tidak percaya Al-Qur’an, yang sudah percaya saja kadang mengolok-ngolok jika ada orang bicara ayat-ayat Al-Qur’an. Mereka akan bilang so suci, jangan bawa bawa agama, jangan sembarang mengutip Al-Qur’an, banyak syarat yang harus dipenuhi untuk pelajari Al-Qur’an, berbagai alasan dikeluarkan untuk merendahkan orang-orang yang banyak bicara dan mengutif Al-Qur’an. Bagitulah tantangan besar kepada penyebar kebenaran, karena Iblis yang berkomitmen menggelincirkan manusia tidak akan tinggal diam.

Saya setuju dengan Koh Steven untuk mengajarkan Al-Qur’an harus mengaktualkan Al-Qur’an dengan bahasa yang mudah dipahami, bisa disaksikan, dan dirasakan. Berikut adalah contoh membahasakan Al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari. Koh Steven ketika mendapat kekerasan dari seseorang hingga giginya rontok dan rahangnya bergeser, dia tidak memperkarakan ke pihak berwajib dan menganggap masalah selesai. Itulah bahasa Al-Qur’an dalam prilaku sosial. Prilaku yang dilakukan Koh Steven seperti Nabi Muhammad yang tidak membalas olokan dengan olokan, tetapi dengan mendoakan.

Bahasa Qur’an lainnya yang dilakukan oleh Koh Steven adalah ketika membagikan 500.000 paket sembako saat pandemi virus corona dari uang pribadinya. Selanjutnya membiayai petani untuk menanam bahan pangan untuk persiapan masa puncak darurat corona. Bahasa Al-Qur’an lainnya adalah mengukuhkan diri untuk tidak meminta-minta sekalipun untuk membantu orang lain. Bahasa Qur’an lainnya yang disampiakan Koh Steven adalah jangan banyak bicara masalah, tapi bicaralah banyak tentang solusi sebagai wujud rasa syukur. Hampir 80 persen orang bicara tentang masalah, dunia jadi bermasalah. Jika saja 80 persen manusia berbicara solusi maka akan banyak masalah diatasi.

Bahasa Qur’an lainnya dari Koh Steven adalah menjauhkan diri dari pikiran negatif dengan memperbanyak husnudzon. Ide-ide akan banyak seperti hujan masuk dalam pikiran. Inilah bahasa-bahasa Qur’an yang dicontohkan oleh Koh Steven.


Intinya dakwah dengan bahasa Qur’an adalah dengan mengaktualisasikan ajaran Qur’an dalam bentuk pemikiran, perkataan, tindakan, kebiasaan, dan prilaku. Lebih banyak melakukan ajaran Al-Qur’an dari pada menceramahkan.  Membalas keburukan dengan kebaikan, membebaskan kesulitan orang lain agar dibebaskan dari kesulitan oleh Tuhan, bersedekah dikala sempit dan lapang, mengalah demi tercipta perdamaian, berbakti pada ibu bapak, memberi makan anak-anak yatim dan pakir miskin, taat pada pemimpin, dan lain sebagainya adalah bahasa Qur'an. Intinya berdakwah tidak terbatas pada ceramah menjelaskan dalil tetapi harus diimbangi dengan dakwah yang membahasakan Al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari. Wallahu’alam.

BELAJAR AGAMA DARI KOH STEVEN

OLEH:MUHAMMAD PLATO
(Master Trainer Logika Tuhan)

Membaca kisah Koh Steven menjadi mualaf membawa banyak pelajaran bagi kita yang sejak lahir muslim. Perjuangan Koh Steven menjadi muslim sangat berat ujiannya. Terusir dari keluarga, tidak mendapat hak waris, menjadi gelandangan, menjadi kuli panggul di pasar, tidur di emper toko dan hidup bermodal baju kaos beberapa helai. Bertahun-tahun dia alami menjadi gelandangan. Allah sepertinya hendak menguji keiman Koh Steven, sejauh mana dia beriman kepada Allah. Beliau juga kehilangan gigi depannya dan rahang bergeser karena pukulan seseorang karena urusan agama. Beliau tidak menuntut kejadian ini dan lebih memilih meniru akhlak Rasulullah yang tidak membalas keburukan dengan keburukan.

Perjalanan hijrahnya cukup berat dan Allah memilih beliau sekarang menjadi salah satu umat terbaik diantara muslim. Apa yang dilakukan Koh Steven setelah menjadi muslim tidak jauh dari akhlak Rasulullah dan para sahabat. Ketika masa wabah melanda Indonesia, Koh steven menjual asetnya senilai 20 miliar untuk membantu masyarakat yang mulai kekurangan pangan dan para medis yang kekurangan pakaian APD.


Koh Steven diutus oleh Allah untuk mengajarkan kepada umat Islam bagaimana mengelola dunia agar jadi kendaraan akhirat. Beliau mengelola berbagai bisnis dengan tujuan keuntungannya untuk membantu umat sampai ke Palestina. Koh Steven juga mengajarkan kepada umat Islam untuk konsen mengembangkan ekonomi umat dengan membangun berbagai macam bisnis bersama. Koh Steven mengajarkan kemandirian umat dengan mengembangkan berbagai bisnis. 

Karakter Koh Steven jika dibandingkan dengan empat sahabat Nabi Muhammad, beliau seperti Usman Bin Affan. Sumbangan besar yang diberikan saat wabah, prilaku ini persis seperti prilaku Usman Bin Affan pada saat terjadi wabah. Bantuan yang dikeluarkan Usman bin Affan mengular berupa barisan bantuan yang diangkut unta memasuki Madinah. Usman bin Affan pun pernah melakukan transaksi dengan para tengkulak yang menawar dengan harga tinggi, sementara situasi sedang terjadi wabah. Usman bin Affan memilih menjualnya kepada Allah karena melihat keuntungannya lebih besar dari pada yang ditawarkan para tengkulak. Usman bin Affan membagikan seluruh barang dagangannya kepada kaum muslimin yang kekurangan pada saat itu. Nabi Muhammad saw dalam hadisnya mengatakan kelak Beliau akan ditemani oleh Usman bin Affan di surga. Semoga Koh Steven ikut menemaninya.

Belajar dari Koh Steven, keberagamaan seseorang yang bisa dilihat bukan dari ceramahnya tetapi dalam kehidupan sehari-harinya. Koh Steven mengajar dalil-dalil agama dalam bentuk perjuangan hidup dan memperjuangkan hidup orang banyak. Koh Steven juga memperlihatkan bagaimana mempertahankan hidup untuk dirinya dan orang lain dengan tetap menjaga harga dirinya dengan tidak memelas-melas bantuan. Koh Steven memperjuangkan kesejahteraan umat dengan memberdayakan umat. Koh Steven terlihat beragamanya lebih santai dan merdeka. Bisa dipahami karena kemerdekaan hidup itu terjadi dikala kita punya keyakinan bahwa Allah menjamin seluruh kehidupan kita dan kita harus berusaha menjamin kehidupan orang lain sebagaimana Allah perintahkan.

Koh Steven membawa angin segar untuk umat Islam, bahwa hal yang luput dari orang Islam selama 1441 tahun ini adalah masalah ekonomi (muamalah). Selama ini keberagamaan kita tidak seimbang terlalu banyak bicara masalah ibadah pokok dalam menyembah Tuhan sementara ibadah-ibadah dalam bentuk muamalah terabaikan. Ceramah-ceramah didominasi oleh pahala shalat, zakat, sedekah, puasa, dan cara-cara sah shalat, puasa, zakat, dan ibadah haji. Sekali lagi ilmu-ilmu ini bukan tidak perlu tetapi terlalu dominan dalam setiap kajian, jadinya keilmuan umat Islam tidak seimbang. Urusan muamalahnya menjadi tertinggal jauh dan tidak begitu disenangi sebagai pelajaran agama.

Shalat dalam sehari paling lama 25 menit, zakat dibahas setahun sekali ketika menjelang idul fitri, puasa dalam setahun hanya satu bulan, ibadah haji dilakukan satu kali seumur hidup jika mampu, tetapi makan, minum, belanja, bekerja, berdagang, menghidupi anak, istri, keluarga, waktunya lebih banyak kita gunakan dari pada kegiatan shalat, zakat, puasa, dan ibadah haji. Sementara ilmu agama yang kita pelajari lebih banyak tentang ritual shalat, zakat, puasa, ibadah haji dan tata cara ritual lainnya, urusan muamalah saling membantu, berjamaah dalam bisnis jarang ditampilkan dalam ceramah dan dianggap ilmu sampingan yang tidak penting untuk dipelajari karena dianggap ilmu keduniawian.  Padaha kita tahu penyebab manusia masuk neraka adalah makan riba, makan makanan haram, tidak bayar utang, kikir, dagang tidak jujur, tidak mau bantu anak-anak yatim, tidak mau bantu orang-orang kepalaran dan sebagainya.

Koh Steven mngajarkan gaya baru dalam berdakwah. Beliau mengajak umat untuk mandiri dalam ekonomi agar bisa membantu banyak orang secara nyata. Inilah zaman dimana dakwah harus lengkap dengan kompetensi, kreativitas, dan kekayaannya, sebagaimana Nabi Muhammad beritakan. Masalah ekonomi adalah urusan serius yang harus didalami sebagai pelajaran agama. Jika benar Al-Qur’an diajarkan dan diamalkan maka tidak ada orang kekurangan harta dan kelaparan. Jika ajaran Al-Qur’an benar dimiliki umat manusia tidak akan ada peminta minta karena semua ingin hidup sejahtera dengan mensejahterakan orang lain. Masalahnyanya adalah bagaimana mengajarkan Al-Qur’an agar jadi pola pikir dan akhlak seluruh umat manusia. Wallahu’alam. 

IBN RUSYD DAN AL GHAZALI PEMBELAH DUNIA


OLEH: MUHAMMAD PLATO
(Master Trainer Logika Tuhan)

Dalam sebuah webinar saya memberikan pernyataan, “urusan kita dengan pengetahuan dianggap sudah selesai karena semuanya sudah tersedia di internet”. Masalah yang dihadapi dunia pendidikan sekarang adalah ketertinggalan dalam kemampuan berpikir rasional, baik dalam beragama maupun dalam pengembangan ilmu pengetahuan.

Secara garis besar kemampuan berpikir rasional terbagi menjadi dua yaitu berpikir rasional empiris dan rasional religius. Hal yang membedakan kedua pola pikir rasional ini adalah sumber pengetahuan yang dijadikan sebagai dasar kebenaran. Rasional empiris menggunakan pengetahuan alam sebagai dasar dalam menentukan kebenaran. Panduan  menentukan kebenaran bagi kaum rasionalis empiris adalah penglihatan terhadap segala kejadian di alam dengan logika sebab akibat. Kelemahan dari kaum rasionalis empiris adalah dia tidak mampu mengenal kejadian-kejadian diluar penglihatan empiris. Untuk itulah mereka tidak mengenal surga atau neraka. Kemampuan berpikir mereka sangat terbatas pada bidang-bidang ilmu kealamaman yang nyata. Kelemahan selanjutnya adalah terlalu percaya diri bahwa sumber pengetahuan itu mutlak dari alam dengan mengklaim dirinya Atheis yang sering diartikan tidak bertuhan. Padahal hemat penulis Atheis adalah kelompok manusia yang menuhankan alam.  


Sebaliknya kaum rasionalis religius adalah kelompok yang menjadikan kitab suci sebagai sumber kebenaran. Logikanya digunakan untuk mengukuhkan keberadaan Tuhan sebagai penyebab. Kitab suci sebagai firman Tuhan adalah petunjuk bagi hidup manusia dalam mengetahui sebab-sebab kejadian. Kelemahan kaum rasional religius adalah terlalu fokus menjelaskan kehidupan-kehidupan ghaib setelah kematian dalam bentuk balasan-balasan atas perbuatan baik dan buruk kepada manusia. Sementara langkah-langkah spesifik di dunia nyata agar tidak terjerumus pada jalan buruk kurang begitu dikuasai dan cenderung terabaikan. Kaum rasionalis religius tidak begitu siap menciptakan kenikmatan hidup surga di dunia. Mereka lebih cenderung melarikan diri dari dunia sekalipun tidak bisa, dan pada akhirnya terjadi kontradiksi. Cita-citanya masuk surga tidak tercermin dalam kehidupan dunia padahal segala apa yang terjadi di akhirat tergantung pada apa yang dikerjakan di dunia. Cita-citanya yang baik di masa depan (akhirat) tidak sesuai dengan upaya yang dilakukannya sekarang. Terjadi kerancuan (tahafut) dalam berlogika pada masyarakat rasional religius.

Ibn Rusyd menganjurkan kepada anak-anak sekolah untuk diajarkan ilmu logika. Al-Ghazali bukan tokoh penentang logika seperti yang digembor-gemborkan. Ibn Rusyd dan Al Ghazali adalah dua tokoh yang memiliki perbedaan pandangan dalam filsafat. Keduanya memiliki persamaan yaitu menjadikan Al-Qur’an sebagai sumber pengetahuan dalam berlogika. Sudah jelas kedua tokoh ini adalah filsuf muslim yang sama-sama berpengaruh. Ibn Rusyd berpengaruh di Barat dan Al-Ghazali berpengaruh di Timur. Di Barat rasionalisme terseret ke arah empiris, dan di Timur rasionalisme terseret ke arah mistis atau ghaib. Barat dan Timur kemudian berkembang menjadi dua kekuatan antagonis. Sampai ada pemeo mengatakan, “east is east, west is west both never seen”.

Perebdaan Barat dan Timur sebenarnya bukan pada kemampuan berlogika, tetapi pada pengetahuan yang digunakan dalam berlogika.  Barat menggunakan pengetahuan empiris, dan timur menggunakan pengetahuan kitab suci yang bercampur mitos. Inilah yang dimaksud Budaya ideasional yang dimaksud Sorokin, antara budaya Barat dan Timur sama sama bejalan tetapi tidak bergandengan, dan tidak saling melengkapi. Sorokin berharap ada satu budaya yang bisa menggandengkan antara Barat dan Timur yaitu budaya idealistik, budaya jalan tengah yang tidak membunuh Tuhan dan mengakui Tuhan sebagai Tuhan.   

Buya Syakur menegaskan sampai kapanpun orang yang percaya kepada adanya Tuhan tidak akan pernah memuaskan orang yang tidak percaya Tuhan bahwa Tuhan itu ada, dan sampai kapan pun orang yang tidak percaya Tuhan tidak akan pernah bisa membuktikan bahwa Tuhan itu tidak ada. Perbedaan sumber pengetahuan dalam berlogika telah memecah dunia menjadi Barat dan Timur.  Sebagian besar orang Barat menjadi tidak bisa menemuakan Tuhan, dan sebagian besar orang Timur tidak bisa mengendalikan dunia. Sebagian besar orang Barat masuk neraka karena tidak percaya Tuhan, dan sebagian besar orang Timur masuk neraka karena tidak bisa hidup seperti yang diperintahkan Tuhan.

Jika sudah begini kita tidak bisa menyalahkan siapa-siapa. Manusia berakal akan terus berpikir dan menginsyafi kesalahan. Barat dan Timur sama-sama berlogika, yang membedakan adalah sumber pengetahuan. Logika Barat gagal menemukan Tuhan dan logika Timur gagal mengelola alam. Timur dan Barat harus bersatu untuk menyelamatkan manusia dari kebinasaan setelah kematian. Fritjop Capra merasa terpanggil untuk mendekatkan ilmu pengetahuan dengan agama atau kepercayaan. Jika saling menghargai kerjasama Barat dan Timur akan jadi keseimbangan. Kerjasama Timur dan Barat ditandai damainya Ibn Rusyd dan Al-Ghazali. Kedua pemikir ini harus menyadari bahwa kebenaran milik Allah, dan dunia bukan entitas terpisah-pisah tapi satu kesatuan yang saling membutuhkan sebagai sebuah sistem. Pemikiran Fritjop Capra dapat menjadi penghubung antara Barat dan Timur, antara Ibn Rusyd dan Al Ghazali. Jangan lagi mengklaim kebenaran dan menyangka orang lain salah. Jangan lagi memisah-misah Barat dan Timur kita hidup satu bumi yang saling membutuhkan.

Dunia ini rusak karena ada orang yang menghembus-hembuskan keburukan ke dalam pikiran hingga jadi kecenderungan hati seseorang dan menjadi karakter. Orang-orang yang berkarakter buruk harus dibatasi ruang geraknya, dan orang-orang yang berkarakter baik harus diperluas ruang geraknya. Tugas bersama Barat dan Timur adalah membatasi ruang gerak orang-orang yang berkarakter buruk. Semua hidup manusia hanya penantian dan antrian menunggu kematian. Bukan kemenangan, kedudukan, kesejahteraan dunia yang kita fokuskan, tapi upaya manusia dalam memerjuangkan kebaikan. Kalah dan menang bukan ukuran keberhasilan, karena Tuhan hanya memperhatikan cara hidup manusia yang harus tetap dijalan kebenaran. Wallahu’alam.  

Tuesday, May 19, 2020

TUHANNYA PEDAGANG

Oleh: Muhammad Plato

Inspirasi untuk menulis selalu ada, datangnya kapan saja dan tidak terduga. Ketika subuh sehabis makan sahur sambil menunggu adzan tiba melihat video seorang perempuan cantik membacakan ayat Al-Qur’an di media sosial. Nadanya tinggi dan lembut mengalunkan ayat ayat dalam surah Al-Jumuah. Videonya dilengkapi dengan teks Arab dan terjemah. Sambil menikmati lantunan  merdu ayat Al-Qur’an juga membaca teks bahasa Arab serta terjemahan. Beberapa menit kemudian terbersit dalam pikiran dan hati mendorong untuk menulis dalam rangkaian artikel.

Dari sudut pandang sejarah Al-Qur’an adalah fakta kehidupan dan mentalitas manusia pada zaman dahulu yang akan terjadi hingga sekarang. Dalam surat Al-Jumuah terkandung kisah kehidupan manusia pada zaman Nabi Muhammad. Pada saat itu ada orang-orang yang terlena dengan perdagangannya. Mereka mengabaikan ketaatan kepada Allah dan Rasulnya. Waktu berdagang menghabiskan seluruh kewajiban yang seharusnya mereka sisihkan untuk beberapa saat melaksanakan perintah Allah dan Rasulnya.


Perniagaan telah menjadi Tuhan yang ditaatinya. Mereka takut meninggalkannya karena takut kehilangan rezeki dari perdagangannya. Perniagaan telah melupakan ingatan kepada Tuhannya. Seluruh pikirannya diisi dengan rezeki dari keuntungan-keuntungan hasil dagang. Pikiran selalu berhitung untung rugi dilihat dari aktivitas perdagangan. Waktu-demi waktu mereka gunakan dengan teliti hanya untuk berdagang. Sedikitpun tidak ingin ada waktu yang digunakan di luar dagang. Aktivitas dagangnya menjadi kewajiban dominan mengyingkirkan kewajiban lainnya.

Kehidupan masyarakat sekarang tidak jauh berbeda dengan kehidupan masyarakat zaman Nabi Muhammad saw. Seorang pedagang di pasar bercerita ketika perdagangannya menjadi besar, aktivitas dagangnya menjadi hampir tidak terbatas. Setiap hari aktivitas dagang sudah dimulai sejak subuh dan berakhir minimal sampai jam 11 malam. Laporan keungan harus disusun dengan teliti agar terlihat hasil keuntungannya. Sebesar apapun kerugian harus dipertanggungjawabkan oleh para karyawannya. Akibat ketelitiannya yang tinggi dalam mengelola perdagangan, setiap hari waktunya habis untuk mengelola perdagangan. Aktivitas sosial, keagamaan menjadi berkurang, setiap hari terlalu disibukkan dengan aktivitas perdagangan. Sehari-hari hidupnya menjadi terikat dengan mengelola perdagangan demi keuntungan besar dalam perdagangan. Aktivitas perdagangan mengubur seluruh hidupnya.  

Kisah ini mengabarkan bagaimana perdagangan adalah permainan hidup, bisa melalaikan ketaatan manusia kepada Allah dan rasul-Nya. Ketika Nabi Muhammad sedang berkhotbah jumat, dikabarkan ada orang-orang yang terikat dengan perdagangan dan lebih takut meninggalkan keuntungan dari dagang. Dia meninggalkan Allah dan Rasulnya demi meraih keuntungan dagang.

Kemudian Allah menjelaskan bagaimana adab yang baik menjadi seorang pedagang. Allah mengingatkan jangan tinggalkan segala kewajiban yang telah ditentukan Allah dan Rasul-Nya. Lakukan shalat, setelah shalat barulah bertebaran dimuka bumi untuk berdagang. Dagang bukan untuk mencari keuntungan atau memenuhi kebutuhan hidup tetapi dalam rangka melaksanakan kebajikan agar mendapat karunia Allah. Untuk itu ingatlah ketentuan-ketentuan Allah dalam setiap perdagangan. Dimanapun dan kapan pun berdagang berusahalah untuk taat pada Allah. Orang-orang yang selalu taat dalam segala kondisi merekalah sesungguhnya pedagang yang akan mendapat keberuntungan besar dari Allah.

Allah menegaskan sesungguhnya Allah adalah sebaik-baiknya pemberi rezeki. Siapa yang taat pada Allah maka dia akan meninggalkan perdagangannya dan lebih memilih perdagangan dengan ketaatan pada Allah karena menjanjikan keuntungan dalam jumlah besar.  

Allah memerintahkan manusia untuk berdagang dengan menjamin bahwa perdagangan adalah kegiatan halal. Allah hanya memeringatkan bahwa ada para pedagang menganggap rezekinya dari perdagangan. Tanda-tanda orang ini, ketika ajakan shalat datang dia tidak menunaikan shalat  dan larut terus dalam aktivitas dagang karena takut kehilangan keuntungan. Ajakan shalat sebagai  seruan agar tidak meninggalkan Tuhan dalam segala aktivitas kehidupan terabaikan.

Dalam kehidupan masyarakat muslim shalat memiliki makna holisitik. Awam memahami shalat sebagai kegiatan ritual ruku dan sujud. Secara holistik shalat adalah perjalanan hidup manusia berasal dari Tuhan kembali kepada Tuhan. Setelah ritual ruku sujud, shalat adalah aktivitas kehidupan, aktivitas dagang yang harus berlaku jujur, tidak mengejar keuntungan materil, dan tidak menjadikan segala kegiatan dagang sebagai tuhan pemberi rezeki.

Seluruh pekerjaan manusia adalah aktivitas dagang.  Semua manusia adalah pedagang. Mereka larut dalam permainan dagang yaitu mencari keuntungan. Manusia bisa terjebak dalam permainan dagang hanya untuk keuntungan material, sampai melupakan bahwa keuntungan perdagangan adalah rezeki dari Tuhannya. Untuk itu, Allah memberi peringatan bahwa sesungguhnya mengingat Allah dalam seluruh aktivitas kehidupan adalah keuntungan besar. Keuntungan dalam perdagangan adalah ketika manusia bisa taat kepada Allah dan Rasul-Nya bukan materialnya. Ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya dalam seluruh aktivitas perdagangan adalah sebaik-baiknya rezeki. Aktivitas perdagangan adalah seluruh aktivitas manusia sejak awal diciptakan Tuhan sampai kembali kepada Tuhannya. Aktivitas dagang adalah seluruh rangkaian shalat manusia untuk menuju kembali kepada Tuhannya. Wallahu ‘alam.  

Saturday, May 16, 2020

KONSEKUENSI MURTAD

Oleh: Muhammad Plato
(Master Trainer Logika Tuhan)

Hai orang-orang yang beriman, barang siapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan mereka pun mencintai-Nya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad di jalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui. (Al Maidah, 5:54).

Ayat di atas mengingatkan kepada orang-orang yang telah beriman. Allah mencintai orang-orang yang telah beriman. Allah cinta kepada orang beriman, dan barang siapa memutuskan cintanya kepada Allah, maka Allah Maha Pencemburu.

Kasus yang terjadi pada seorang mualaf yang telah menjadi tokoh agama di Indonesia kemudian kembali murtad telah membuat kerenyit kening. Dalam tayangan chanel youtube Edy Prayitno, ditampilkan bagaimana yang bersangkutan sedang menelpon seseorang, mengatakan dia lebih lama berada di agama lama, lalu terjadi penampakkan tuhan mengatasnamakan agama lama sehingga dia terguncang untuk kembali ke agama lama. Setelah viral di media sosial tentang prosesi kembalinya beliau ke agama lama, beliau pun memutuskan kembali ke agama barunya dengan melakukan prosesi ulang ke agama barunya.



Membaca kasus murtad yang dialami tokoh agama di atas, saya akan mengambil beberapa poin penting dari kejadian di atas. Untuk mengingatkan pada muallaf agar tidak terjebak kembali kepada agama lama. Jadi harus ada yang diperkuat dan tertanam dalam hati dan pikiran yaitu ketauhidan pada Tuhan Yang Ghaib.

Di dalam Al-Qur’an dijelaskan bahwa Tuhan tidak mungkin menampakkan diri pada manusia (makhluknya). Tuhan tidak mungkin menampakkan wujudnya kepada manusia dalam wujud apapun. Sekalipun Tuhan bisa melakukannya, tapi atas kehendak Tuhan sendiri Dia tidak bisa menampakkan diri pada manusia dan manusia tidak akan mampu melihatnya.

“Dan tatkala Musa datang untuk pada waktu yang telah Kami tentukan dan Tuhan telah berfirman kepadanya, berkatalah Musa: "Ya Tuhanku, nampakkanlah kepadaku agar aku dapat melihat kepada Engkau". Tuhan berfirman: "Kamu sekali-kali tidak sanggup melihat-Ku, tapi lihatlah ke bukit itu, maka jika ia tetap di tempatnya (sebagai sediakala) niscaya kamu dapat melihat-Ku". Tatkala Tuhannya menampakkan diri kepada gunung itu, dijadikannya gunung itu hancur luluh dan Musa pun jatuh pingsan. Maka setelah Musa sadar kembali, dia berkata: "Maha Suci Engkau, aku bertobat kepada Engkau dan aku orang yang pertama-tama beriman". (Al Araaf, 7:143).

Jika ada Tuhan menampakkan diri, itulah tipu daya setan. Pembohongan publik tentang manusia bisa melihat Tuhan sudah terjadi sejak zaman Nabi Musa. Sehingga orang-orang bani Israel meminta kepada Musa agar bisa melihat wujud Tuhannya. Nabi Musa pun terjebak pada cerita-cerita mitos, dan gosif-gosif di masyarakat bahwa Tuhan menampakkan diri dalam bentuk cahaya berwujud rupa.

Cerita-cerita ghaib ini jelas tidak dapat dipercaya karena untuk mengetahui hal-hal ghaib tidak ada sumbernya yang dapat kita percaya kecuali dari kitab suci dan sunnah. Mitos, mistik, hal ghaib, tidak bisa dibuktikan kebenarannya hanya bisa dihubung-hubungkan kebenarannya menjadi logis dengan menggunakan logika. Kebenaran agama juga dapat kita pahami dengan menggunakan logika. Hal yang membedakan agama dengan mitos, cerita mistik adalah agama memiliki dasar keterangan diri kitab suci yang disampaikan dari utusan Tuhan, sedangkan cerita mitos, mistik, kisah penampakkan tidak punya dasar tertulis dari kitab suci. Sekalipun ada kitab-kitab suci yang memberitakan, kitab suci tersebut perlu diuji otentifikasi apakah kitab tersebut benar-benar dari Tuhan atau sudah ada campur tangan dari manusia. Menguji kebenaran kitab suci bukan dari sejarah tentang keberadaan kitab suci tersebut, tapi dari substansi kitab suci. Di uji dari berbagai sudut pandang termasuk diuji dari sisi sains.    

Para mualaf harus mengupgrade ketauhidan di agama Islam. Jangan terjebak lagi oleh pola pikir material dari agama lama yang mengatakan Tuhan menjelma jadi manusia. Akibatnya Tuhan beranak, beribu dan tidak layak jika Tuhan buang air besar dan kencing seperti manusia. Ini merendahkan Tuhan di mana posisi Tuhan yaitu Yang Maha Tinggi dan Maha Mulia. Para mualaf harus sadar bahwa syahadat Anda akan terus Allah uji, karena Allah berkata: “Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi?” Hati hati kawan-kawan mualaf, kita semua akan terus mendapat ujian dari Tuhan, karena Tuhan ingin keimanan yang murni (muhlisin).

Hati-hati juga buat para mualaf dan kita semua yang telah beriman kepada Allah swt, beriman pada kitab suci Al-Qur’an dan hadis untuk mencermati ayat-ayat ini.

Ayat
HUKUM KAUSALITAS
 Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya Allah akan menguji kamu dengan sesuatu dari binatang buruan yang mudah didapat oleh tangan dan tombakmu supaya Allah mengetahui orang yang takut kepada-Nya, biar pun ia tidak dapat melihat-Nya. Barang siapa yang melanggar batas sesudah itu, maka baginya adzab yang pedih. (Al Maidah, 5:94)



Barang siapa melampau batas (murtad) maka baginya adzab yang pedih.
Hai orang-orang yang beriman, barang siapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan mereka pun mencintai-Nya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad di jalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui. (Al Maidah, 5:54).



Barang siapa murtad dari agamanya akibatnya dia akan  akan didatangi kaum yang Allah cinta mereka dan mereka mencintai-Nya. Mereka keras kepada kekafiran, siap berjihad di jalan Allah, tidak takut pada celaan juga para pencela. Itulah tanda Allah cemburu kepada yang murtad.

Bagi mereka yang murtad bersiap-siaplah untuk menerima konsekuensi yang Anda lakukan. Jika tidak percaya silahkan saja, saya hanya menyampaikan firman-Nya. Seungguhnya janji Allah pasti. Ketidakpercayaan Anda bukan pada saya tapi pada Tuhan. Kami tidak kuasa menghukum siapapun tetapi Allah telah menetapkan hukum-hukum bagi siapa saja makhluk Tuhan di muka bumi ini. Jika sudah tetap dalam kebenaran, pertahankan dengan meningkatkan pengetahuan, kelimuan, dan banyak bergaul dengan orang-orang berilmu, agar keimanan terus mengalami peningkatan. Semoga kita semua menjadi orang-orang yang ditetapkan dalam satu iman yaitu keimanan kepada Tuhan YME yang tidak berwujud tapi selalu hadir dalam setiap relung hati kita. (Wallahu ‘alam).

Tuesday, May 12, 2020

ADA HAK MUALAF DI HARTA KITA

OLEH: MUHAMMAD PLATO

Kisah para mualaf masuk Islam sangat memilukan hati. Mualaf di zaman Nabi Muhammad saw tentu berbeda dengan mualaf di zaman sekarang. Kisah terusir dan jatuh miskinnya kaum mualaf adalah tanggung jawab kaum muslimin. Kasihan pula menengar para mualaf terlunta-lunta tidak punya pekerjaan, di pecat gara-gara beda keyakinan, ini tanda Allah menegur kaum muslimin bahwa para mualaf tanggung jawab kita sebagai muslim. Kaget juga mendengar seseorang yang sudah 11 tahun menjadi mualaf dan menjadi da’i, ibadah haji empat kali, tiba tiba kembali ke agama lama, namun diklarifikasi sudah kembali lagi bersyahadat.

Kisah-kisah para mualaf yang kini mencuat ke permukaan adalah tanda-tanda, teguran atau peringatan dari Allah untuk kaum muslimin. Jikalau kaum muslimin adalah orang-orang yang taat kepada Allah, di dalam Al-Qur’an ada perintah Allah untuk memperhatikan para mualaf.

Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapak, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, teman sejawat, IBNU SABIL dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri, (An Nisaa, 4:36).


Dalam tafsir Ibu Katsir Ibnu Sabil dijelaskan sebagai tamu atau orang yang melakukan perjalanan. Dalam tafsir Jalalain kata IbnuSabil dalam QS. Al Anfaal, 8:41 dijelaskan sebagai orang muslim yang kehabisan bekal dalam perjalanan. Surat An-Anfaal dibicarakan dalam kontek harta rampasan perang, dalam surah An Nisaa berbicara lebih general. Jadi siapa Ibnu Sabil ini? Dalam terjemah kadang dijelaskan langsung sebagai orang dalam perjalanan yang kehabisan bekal, dalam tafsir surat lain disebutkan utuh dengan kata Ibnu Sabil. Menyimak dari dua  tafsir di atas,  kata Ibnu Sabil memiliki persamaan tafsir, yaitu orang yang kehabisan bekal dalam perjalanan. Dalam tafsir Al Bayan, Hasby Ash Shiddiieqy memberi petunjuk, untuk mermahami Ibnu Sabil dengan melihat Q.S Ali Imran, 3:195, “Maka segala mereka yang telah berhijrah, telah diusir dari kampung halamannya dan telah disakiti pada Jalan Ku”.

Apapun pndapatnya, kata Ibnu Sabil di dalam Al-Qur’an muncul secara leterlek. Kata Ibnu Sabil muncul dalam hal bagaimana menyalurkan harta baik rampasan perang maupun harta hasil usaha. Ibnu Sabil adalah orang-orang spesial yang diamanatkan oleh Allah kepada orang beriman untuk diperhatikan dalam pemenuhan kebutuhan hidupnya dhahir maupun batin.

Jika kita tengok kasus-kasus perjalanan para mua’alaf, kisah-kisah mereka dalam perjalanan hijrah menuju Islam sangatlah tidak mudah. Mereka ada yang terusir, terasing, teraniaya, jatuh miskin, kadang terlunta-lunta. Disamping itu mereka juga berhijrah melakukan perjalanan ruhani dari gelap menuju terang yang kadang dalam perjalanannya tidak seindah yang mereka bayangkan. Para mualaf mereka selalu akan menghadapi minimal dua guncangan dalam hidup barunya, pertama guncangan ekonomi, kedua gucangan ruhani.

Mereka seperti kaum muhazirin yang terusir dari kampungnya. Mereka memiliki kekuatan iman tapi mereka kehabisan bekal karena situasi belum normal. Sebaliknya jika mereka memiliki kemapanan, mereka harus harus berjuang mempertahankan keimanan. Dalam kenyataannya para mualaf selalu mendapat tempat yang kurang kondusif dalam kehidupannya karena mereka harus beradaftsi dengan kehidupannya yang baru.

Ulama-ulama terdahulu memberi amanat bahwa para mualaf adalah titipan dari Allah untuk bersama-sama kita bantu. Amanat itu masih dipegang oleh orang tua kita turun temurun. Dulu saya masih menyaksikan, seorang nenek sedang memberikan sebagian hartanya kepada seseorang laki-laki yang terlihat lebih muda. Saya penasaran bertanya kepada nenek itu, “siapa orang itu?’. Beliau menjawab, “dia memang masih muda, tapi dia mualaf. Sudah menjadi tugas kita membantunya, dan ini sudah rutin dilakukan”.  Saya diam tidak bertanya lagi.

Sekarang setelah banyak media sosial memberitakan orang-orang masuk Islam dan menceritakan bagaimana kisah pilunya menjadi seorang mualaf. Saya mengerti, mengapa para ulama dulu memberi amanat untuk membantu para mualaf, karena untuk mendapat hidayah dan mempertahankan keimanannya, para mualaf harus rela berkorban meninggalkan harta dan keluarganya. Persis kasusnya seperti orang-orang yang berhijrah meninggalkan harta dan keluarganya di zaman Nabi Muhammad saw. Bisa jadi para mualaf adalah golongan Ibnu Sabil, yaitu golongan yang melakukan perjalan atau hijrah dhahir dan batin berjuang mempertahankan keimanan. Untuk itu mereka khusus dititipkan oleh Allah kepada kita semua.

Membantu para mualaf bukan sekedar hitung-hitungan harta yang kita berikan. Tapi bagian dari tanggung jawab seorang muslim yang menjaga ketaatan kepada Allah dan Rasulnya. Membantu mualaf bukan sekedar bantuan untuk bertahan hidup belaka tetapi menjaga dan saling menguatkan agar kita bisa bertahan hidup dan mati dalam keadaan muslim. Sebaik-baiknya kita adalah mati dalam keadaan muslim, bukan dalam keadaan kaya atau miskin.

Masjid-masjid, majelis-majelis, lembaga-lembaga zakat, rumah-rumah tangga, dan kaum muslimin sudah saatnya lebih fokus lagi membangun kesadaran dan mengalokasikan hartanya untuk kegiatan kepentingan para mualaf. Semoga Allah menjaga harta dan jiwa tetap dalam ketaatan kepada Allah swt. sampai akhir khayat. Wallahu’alam. 

Saturday, May 9, 2020

ALLAH PENCEMBURU


OLEH: MUHAMMAD PLATO
(Master Trainer Logika Tuhan)

Di dalam Al-Qur’an Allah terang-terangan menyatakan cintanya kepada orang-orang yang berbuat kebajikan. “(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah MENYUKAI orang-orang yang berbuat kebajikan. (Ali Imran, 3:134).

Ayat di atas termasuk salah satu bagaimana Allah menyatakan cinta kepada orang-orang yang dikasihinya. Zuhdi Zaini (2018) menjelaskan cinta Allah kepada kekasihnya dalam artikel berjudul Allah Maha Pencemburu. Allah adalah al-Ghayyur artinya Allah Maha Pencemburu, karena Allah mencinta hamba yang dicintai-Nya. (http://tafsirhadis.ushuluddin.uinjkt.ac.id/?p=1815).  Ciri-ciri orang yang dicintai Allah disajikan dalam ayat-ayat berikut:

NO
SURAT
CIRI-CIRI
1
Q. S. Ali Imran, 3:34
Menafkahkan harta dikala sempit dan lapang. Menahan amarah. Memaafkan kesalahan manusia.
2
Q.S. Al Maidah, 5:54
Lemah lembut pada seiman, keras pada orang kafir. Jihad di jalan Allah, tidak takut celaan dan pada orang pencela.  
3
Q.S. Ali Imran, 3:146
Tidak lemah ditimpa bencana, tidak lesu dan tidak menyerah dijalan Allah. Sabar.
4
Q.S. Ali Imran, 3:159
Pemohon ampun, suka Musyawarah, bertekad bulat, bertawakal.
5
Q.S. At Taubah, 8:108
Shalat di masjid karena takwa, membersihkan diri,
6
Q.S Ali Imran, 3: 76
Menepati Janji. Takwa

Demikian Allah mengemukakan cintanya kepada orang-orang yang dikehendakinya. Kriteria di atas menjadi patokan bagi manusia jika ingin dicintai Allah. Ciri orang-orang di atas dikategorikan sebagai orang-orang yang takwa. Barang siapa ingin selalu mendapat cinta-Nya, maka jadilah orang-orang yang mengikuti keinginan-Nya.


Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Ali Imran, 3:31).

Orang-orang yang mencintai Allah senantiasa ingat kepada Allah. “Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat) -Ku.” (Al Baqarah, 2:152).

Orang-orang yang telah mengikat janji untuk benar-benar mencintai Allah maka dia akan menepati janjinya untuk mengikuti jalan hidupnya di jalan Allah dan Rasulnya. Maka Allah cemburu kepada orang-orang yang dicintainya jika tidak menepati janji, mengingkari, dan mendustainya.

“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan: "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu MENGINGKARI (nikmat-Ku), maka sesungguhnya adzab-Ku sangat pedih".  (Ibrahim, 14:7).

Bersuyukurlah orang-orang yang telah memiliki karakter-karakter orang dicintai Allah. Semoga kita menjadi orang-orang yang selalu taat karena cinta kepada Allah. Semoga kita dijauhkan dari orang-orang yang ingkar, dusta, dan tidak menepati untuk membalas cintanya Allah. Wallahu’alam.