Tuesday, May 19, 2020

TUHANNYA PEDAGANG

Oleh: Muhammad Plato

Inspirasi untuk menulis selalu ada, datangnya kapan saja dan tidak terduga. Ketika subuh sehabis makan sahur sambil menunggu adzan tiba melihat video seorang perempuan cantik membacakan ayat Al-Qur’an di media sosial. Nadanya tinggi dan lembut mengalunkan ayat ayat dalam surah Al-Jumuah. Videonya dilengkapi dengan teks Arab dan terjemah. Sambil menikmati lantunan  merdu ayat Al-Qur’an juga membaca teks bahasa Arab serta terjemahan. Beberapa menit kemudian terbersit dalam pikiran dan hati mendorong untuk menulis dalam rangkaian artikel.

Dari sudut pandang sejarah Al-Qur’an adalah fakta kehidupan dan mentalitas manusia pada zaman dahulu yang akan terjadi hingga sekarang. Dalam surat Al-Jumuah terkandung kisah kehidupan manusia pada zaman Nabi Muhammad. Pada saat itu ada orang-orang yang terlena dengan perdagangannya. Mereka mengabaikan ketaatan kepada Allah dan Rasulnya. Waktu berdagang menghabiskan seluruh kewajiban yang seharusnya mereka sisihkan untuk beberapa saat melaksanakan perintah Allah dan Rasulnya.


Perniagaan telah menjadi Tuhan yang ditaatinya. Mereka takut meninggalkannya karena takut kehilangan rezeki dari perdagangannya. Perniagaan telah melupakan ingatan kepada Tuhannya. Seluruh pikirannya diisi dengan rezeki dari keuntungan-keuntungan hasil dagang. Pikiran selalu berhitung untung rugi dilihat dari aktivitas perdagangan. Waktu-demi waktu mereka gunakan dengan teliti hanya untuk berdagang. Sedikitpun tidak ingin ada waktu yang digunakan di luar dagang. Aktivitas dagangnya menjadi kewajiban dominan mengyingkirkan kewajiban lainnya.

Kehidupan masyarakat sekarang tidak jauh berbeda dengan kehidupan masyarakat zaman Nabi Muhammad saw. Seorang pedagang di pasar bercerita ketika perdagangannya menjadi besar, aktivitas dagangnya menjadi hampir tidak terbatas. Setiap hari aktivitas dagang sudah dimulai sejak subuh dan berakhir minimal sampai jam 11 malam. Laporan keungan harus disusun dengan teliti agar terlihat hasil keuntungannya. Sebesar apapun kerugian harus dipertanggungjawabkan oleh para karyawannya. Akibat ketelitiannya yang tinggi dalam mengelola perdagangan, setiap hari waktunya habis untuk mengelola perdagangan. Aktivitas sosial, keagamaan menjadi berkurang, setiap hari terlalu disibukkan dengan aktivitas perdagangan. Sehari-hari hidupnya menjadi terikat dengan mengelola perdagangan demi keuntungan besar dalam perdagangan. Aktivitas perdagangan mengubur seluruh hidupnya.  

Kisah ini mengabarkan bagaimana perdagangan adalah permainan hidup, bisa melalaikan ketaatan manusia kepada Allah dan rasul-Nya. Ketika Nabi Muhammad sedang berkhotbah jumat, dikabarkan ada orang-orang yang terikat dengan perdagangan dan lebih takut meninggalkan keuntungan dari dagang. Dia meninggalkan Allah dan Rasulnya demi meraih keuntungan dagang.

Kemudian Allah menjelaskan bagaimana adab yang baik menjadi seorang pedagang. Allah mengingatkan jangan tinggalkan segala kewajiban yang telah ditentukan Allah dan Rasul-Nya. Lakukan shalat, setelah shalat barulah bertebaran dimuka bumi untuk berdagang. Dagang bukan untuk mencari keuntungan atau memenuhi kebutuhan hidup tetapi dalam rangka melaksanakan kebajikan agar mendapat karunia Allah. Untuk itu ingatlah ketentuan-ketentuan Allah dalam setiap perdagangan. Dimanapun dan kapan pun berdagang berusahalah untuk taat pada Allah. Orang-orang yang selalu taat dalam segala kondisi merekalah sesungguhnya pedagang yang akan mendapat keberuntungan besar dari Allah.

Allah menegaskan sesungguhnya Allah adalah sebaik-baiknya pemberi rezeki. Siapa yang taat pada Allah maka dia akan meninggalkan perdagangannya dan lebih memilih perdagangan dengan ketaatan pada Allah karena menjanjikan keuntungan dalam jumlah besar.  

Allah memerintahkan manusia untuk berdagang dengan menjamin bahwa perdagangan adalah kegiatan halal. Allah hanya memeringatkan bahwa ada para pedagang menganggap rezekinya dari perdagangan. Tanda-tanda orang ini, ketika ajakan shalat datang dia tidak menunaikan shalat  dan larut terus dalam aktivitas dagang karena takut kehilangan keuntungan. Ajakan shalat sebagai  seruan agar tidak meninggalkan Tuhan dalam segala aktivitas kehidupan terabaikan.

Dalam kehidupan masyarakat muslim shalat memiliki makna holisitik. Awam memahami shalat sebagai kegiatan ritual ruku dan sujud. Secara holistik shalat adalah perjalanan hidup manusia berasal dari Tuhan kembali kepada Tuhan. Setelah ritual ruku sujud, shalat adalah aktivitas kehidupan, aktivitas dagang yang harus berlaku jujur, tidak mengejar keuntungan materil, dan tidak menjadikan segala kegiatan dagang sebagai tuhan pemberi rezeki.

Seluruh pekerjaan manusia adalah aktivitas dagang.  Semua manusia adalah pedagang. Mereka larut dalam permainan dagang yaitu mencari keuntungan. Manusia bisa terjebak dalam permainan dagang hanya untuk keuntungan material, sampai melupakan bahwa keuntungan perdagangan adalah rezeki dari Tuhannya. Untuk itu, Allah memberi peringatan bahwa sesungguhnya mengingat Allah dalam seluruh aktivitas kehidupan adalah keuntungan besar. Keuntungan dalam perdagangan adalah ketika manusia bisa taat kepada Allah dan Rasul-Nya bukan materialnya. Ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya dalam seluruh aktivitas perdagangan adalah sebaik-baiknya rezeki. Aktivitas perdagangan adalah seluruh aktivitas manusia sejak awal diciptakan Tuhan sampai kembali kepada Tuhannya. Aktivitas dagang adalah seluruh rangkaian shalat manusia untuk menuju kembali kepada Tuhannya. Wallahu ‘alam.  

No comments:

Post a Comment