Saturday, May 16, 2020

KONSEKUENSI MURTAD

Oleh: Muhammad Plato
(Master Trainer Logika Tuhan)

Hai orang-orang yang beriman, barang siapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan mereka pun mencintai-Nya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad di jalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui. (Al Maidah, 5:54).

Ayat di atas mengingatkan kepada orang-orang yang telah beriman. Allah mencintai orang-orang yang telah beriman. Allah cinta kepada orang beriman, dan barang siapa memutuskan cintanya kepada Allah, maka Allah Maha Pencemburu.

Kasus yang terjadi pada seorang mualaf yang telah menjadi tokoh agama di Indonesia kemudian kembali murtad telah membuat kerenyit kening. Dalam tayangan chanel youtube Edy Prayitno, ditampilkan bagaimana yang bersangkutan sedang menelpon seseorang, mengatakan dia lebih lama berada di agama lama, lalu terjadi penampakkan tuhan mengatasnamakan agama lama sehingga dia terguncang untuk kembali ke agama lama. Setelah viral di media sosial tentang prosesi kembalinya beliau ke agama lama, beliau pun memutuskan kembali ke agama barunya dengan melakukan prosesi ulang ke agama barunya.



Membaca kasus murtad yang dialami tokoh agama di atas, saya akan mengambil beberapa poin penting dari kejadian di atas. Untuk mengingatkan pada muallaf agar tidak terjebak kembali kepada agama lama. Jadi harus ada yang diperkuat dan tertanam dalam hati dan pikiran yaitu ketauhidan pada Tuhan Yang Ghaib.

Di dalam Al-Qur’an dijelaskan bahwa Tuhan tidak mungkin menampakkan diri pada manusia (makhluknya). Tuhan tidak mungkin menampakkan wujudnya kepada manusia dalam wujud apapun. Sekalipun Tuhan bisa melakukannya, tapi atas kehendak Tuhan sendiri Dia tidak bisa menampakkan diri pada manusia dan manusia tidak akan mampu melihatnya.

“Dan tatkala Musa datang untuk pada waktu yang telah Kami tentukan dan Tuhan telah berfirman kepadanya, berkatalah Musa: "Ya Tuhanku, nampakkanlah kepadaku agar aku dapat melihat kepada Engkau". Tuhan berfirman: "Kamu sekali-kali tidak sanggup melihat-Ku, tapi lihatlah ke bukit itu, maka jika ia tetap di tempatnya (sebagai sediakala) niscaya kamu dapat melihat-Ku". Tatkala Tuhannya menampakkan diri kepada gunung itu, dijadikannya gunung itu hancur luluh dan Musa pun jatuh pingsan. Maka setelah Musa sadar kembali, dia berkata: "Maha Suci Engkau, aku bertobat kepada Engkau dan aku orang yang pertama-tama beriman". (Al Araaf, 7:143).

Jika ada Tuhan menampakkan diri, itulah tipu daya setan. Pembohongan publik tentang manusia bisa melihat Tuhan sudah terjadi sejak zaman Nabi Musa. Sehingga orang-orang bani Israel meminta kepada Musa agar bisa melihat wujud Tuhannya. Nabi Musa pun terjebak pada cerita-cerita mitos, dan gosif-gosif di masyarakat bahwa Tuhan menampakkan diri dalam bentuk cahaya berwujud rupa.

Cerita-cerita ghaib ini jelas tidak dapat dipercaya karena untuk mengetahui hal-hal ghaib tidak ada sumbernya yang dapat kita percaya kecuali dari kitab suci dan sunnah. Mitos, mistik, hal ghaib, tidak bisa dibuktikan kebenarannya hanya bisa dihubung-hubungkan kebenarannya menjadi logis dengan menggunakan logika. Kebenaran agama juga dapat kita pahami dengan menggunakan logika. Hal yang membedakan agama dengan mitos, cerita mistik adalah agama memiliki dasar keterangan diri kitab suci yang disampaikan dari utusan Tuhan, sedangkan cerita mitos, mistik, kisah penampakkan tidak punya dasar tertulis dari kitab suci. Sekalipun ada kitab-kitab suci yang memberitakan, kitab suci tersebut perlu diuji otentifikasi apakah kitab tersebut benar-benar dari Tuhan atau sudah ada campur tangan dari manusia. Menguji kebenaran kitab suci bukan dari sejarah tentang keberadaan kitab suci tersebut, tapi dari substansi kitab suci. Di uji dari berbagai sudut pandang termasuk diuji dari sisi sains.    

Para mualaf harus mengupgrade ketauhidan di agama Islam. Jangan terjebak lagi oleh pola pikir material dari agama lama yang mengatakan Tuhan menjelma jadi manusia. Akibatnya Tuhan beranak, beribu dan tidak layak jika Tuhan buang air besar dan kencing seperti manusia. Ini merendahkan Tuhan di mana posisi Tuhan yaitu Yang Maha Tinggi dan Maha Mulia. Para mualaf harus sadar bahwa syahadat Anda akan terus Allah uji, karena Allah berkata: “Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi?” Hati hati kawan-kawan mualaf, kita semua akan terus mendapat ujian dari Tuhan, karena Tuhan ingin keimanan yang murni (muhlisin).

Hati-hati juga buat para mualaf dan kita semua yang telah beriman kepada Allah swt, beriman pada kitab suci Al-Qur’an dan hadis untuk mencermati ayat-ayat ini.

Ayat
HUKUM KAUSALITAS
 Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya Allah akan menguji kamu dengan sesuatu dari binatang buruan yang mudah didapat oleh tangan dan tombakmu supaya Allah mengetahui orang yang takut kepada-Nya, biar pun ia tidak dapat melihat-Nya. Barang siapa yang melanggar batas sesudah itu, maka baginya adzab yang pedih. (Al Maidah, 5:94)



Barang siapa melampau batas (murtad) maka baginya adzab yang pedih.
Hai orang-orang yang beriman, barang siapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan mereka pun mencintai-Nya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad di jalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui. (Al Maidah, 5:54).



Barang siapa murtad dari agamanya akibatnya dia akan  akan didatangi kaum yang Allah cinta mereka dan mereka mencintai-Nya. Mereka keras kepada kekafiran, siap berjihad di jalan Allah, tidak takut pada celaan juga para pencela. Itulah tanda Allah cemburu kepada yang murtad.

Bagi mereka yang murtad bersiap-siaplah untuk menerima konsekuensi yang Anda lakukan. Jika tidak percaya silahkan saja, saya hanya menyampaikan firman-Nya. Seungguhnya janji Allah pasti. Ketidakpercayaan Anda bukan pada saya tapi pada Tuhan. Kami tidak kuasa menghukum siapapun tetapi Allah telah menetapkan hukum-hukum bagi siapa saja makhluk Tuhan di muka bumi ini. Jika sudah tetap dalam kebenaran, pertahankan dengan meningkatkan pengetahuan, kelimuan, dan banyak bergaul dengan orang-orang berilmu, agar keimanan terus mengalami peningkatan. Semoga kita semua menjadi orang-orang yang ditetapkan dalam satu iman yaitu keimanan kepada Tuhan YME yang tidak berwujud tapi selalu hadir dalam setiap relung hati kita. (Wallahu ‘alam).

No comments:

Post a Comment