Thursday, May 21, 2020

IBN RUSYD DAN AL GHAZALI PEMBELAH DUNIA


OLEH: MUHAMMAD PLATO
(Master Trainer Logika Tuhan)

Dalam sebuah webinar saya memberikan pernyataan, “urusan kita dengan pengetahuan dianggap sudah selesai karena semuanya sudah tersedia di internet”. Masalah yang dihadapi dunia pendidikan sekarang adalah ketertinggalan dalam kemampuan berpikir rasional, baik dalam beragama maupun dalam pengembangan ilmu pengetahuan.

Secara garis besar kemampuan berpikir rasional terbagi menjadi dua yaitu berpikir rasional empiris dan rasional religius. Hal yang membedakan kedua pola pikir rasional ini adalah sumber pengetahuan yang dijadikan sebagai dasar kebenaran. Rasional empiris menggunakan pengetahuan alam sebagai dasar dalam menentukan kebenaran. Panduan  menentukan kebenaran bagi kaum rasionalis empiris adalah penglihatan terhadap segala kejadian di alam dengan logika sebab akibat. Kelemahan dari kaum rasionalis empiris adalah dia tidak mampu mengenal kejadian-kejadian diluar penglihatan empiris. Untuk itulah mereka tidak mengenal surga atau neraka. Kemampuan berpikir mereka sangat terbatas pada bidang-bidang ilmu kealamaman yang nyata. Kelemahan selanjutnya adalah terlalu percaya diri bahwa sumber pengetahuan itu mutlak dari alam dengan mengklaim dirinya Atheis yang sering diartikan tidak bertuhan. Padahal hemat penulis Atheis adalah kelompok manusia yang menuhankan alam.  


Sebaliknya kaum rasionalis religius adalah kelompok yang menjadikan kitab suci sebagai sumber kebenaran. Logikanya digunakan untuk mengukuhkan keberadaan Tuhan sebagai penyebab. Kitab suci sebagai firman Tuhan adalah petunjuk bagi hidup manusia dalam mengetahui sebab-sebab kejadian. Kelemahan kaum rasional religius adalah terlalu fokus menjelaskan kehidupan-kehidupan ghaib setelah kematian dalam bentuk balasan-balasan atas perbuatan baik dan buruk kepada manusia. Sementara langkah-langkah spesifik di dunia nyata agar tidak terjerumus pada jalan buruk kurang begitu dikuasai dan cenderung terabaikan. Kaum rasionalis religius tidak begitu siap menciptakan kenikmatan hidup surga di dunia. Mereka lebih cenderung melarikan diri dari dunia sekalipun tidak bisa, dan pada akhirnya terjadi kontradiksi. Cita-citanya masuk surga tidak tercermin dalam kehidupan dunia padahal segala apa yang terjadi di akhirat tergantung pada apa yang dikerjakan di dunia. Cita-citanya yang baik di masa depan (akhirat) tidak sesuai dengan upaya yang dilakukannya sekarang. Terjadi kerancuan (tahafut) dalam berlogika pada masyarakat rasional religius.

Ibn Rusyd menganjurkan kepada anak-anak sekolah untuk diajarkan ilmu logika. Al-Ghazali bukan tokoh penentang logika seperti yang digembor-gemborkan. Ibn Rusyd dan Al Ghazali adalah dua tokoh yang memiliki perbedaan pandangan dalam filsafat. Keduanya memiliki persamaan yaitu menjadikan Al-Qur’an sebagai sumber pengetahuan dalam berlogika. Sudah jelas kedua tokoh ini adalah filsuf muslim yang sama-sama berpengaruh. Ibn Rusyd berpengaruh di Barat dan Al-Ghazali berpengaruh di Timur. Di Barat rasionalisme terseret ke arah empiris, dan di Timur rasionalisme terseret ke arah mistis atau ghaib. Barat dan Timur kemudian berkembang menjadi dua kekuatan antagonis. Sampai ada pemeo mengatakan, “east is east, west is west both never seen”.

Perebdaan Barat dan Timur sebenarnya bukan pada kemampuan berlogika, tetapi pada pengetahuan yang digunakan dalam berlogika.  Barat menggunakan pengetahuan empiris, dan timur menggunakan pengetahuan kitab suci yang bercampur mitos. Inilah yang dimaksud Budaya ideasional yang dimaksud Sorokin, antara budaya Barat dan Timur sama sama bejalan tetapi tidak bergandengan, dan tidak saling melengkapi. Sorokin berharap ada satu budaya yang bisa menggandengkan antara Barat dan Timur yaitu budaya idealistik, budaya jalan tengah yang tidak membunuh Tuhan dan mengakui Tuhan sebagai Tuhan.   

Buya Syakur menegaskan sampai kapanpun orang yang percaya kepada adanya Tuhan tidak akan pernah memuaskan orang yang tidak percaya Tuhan bahwa Tuhan itu ada, dan sampai kapan pun orang yang tidak percaya Tuhan tidak akan pernah bisa membuktikan bahwa Tuhan itu tidak ada. Perbedaan sumber pengetahuan dalam berlogika telah memecah dunia menjadi Barat dan Timur.  Sebagian besar orang Barat menjadi tidak bisa menemuakan Tuhan, dan sebagian besar orang Timur tidak bisa mengendalikan dunia. Sebagian besar orang Barat masuk neraka karena tidak percaya Tuhan, dan sebagian besar orang Timur masuk neraka karena tidak bisa hidup seperti yang diperintahkan Tuhan.

Jika sudah begini kita tidak bisa menyalahkan siapa-siapa. Manusia berakal akan terus berpikir dan menginsyafi kesalahan. Barat dan Timur sama-sama berlogika, yang membedakan adalah sumber pengetahuan. Logika Barat gagal menemukan Tuhan dan logika Timur gagal mengelola alam. Timur dan Barat harus bersatu untuk menyelamatkan manusia dari kebinasaan setelah kematian. Fritjop Capra merasa terpanggil untuk mendekatkan ilmu pengetahuan dengan agama atau kepercayaan. Jika saling menghargai kerjasama Barat dan Timur akan jadi keseimbangan. Kerjasama Timur dan Barat ditandai damainya Ibn Rusyd dan Al-Ghazali. Kedua pemikir ini harus menyadari bahwa kebenaran milik Allah, dan dunia bukan entitas terpisah-pisah tapi satu kesatuan yang saling membutuhkan sebagai sebuah sistem. Pemikiran Fritjop Capra dapat menjadi penghubung antara Barat dan Timur, antara Ibn Rusyd dan Al Ghazali. Jangan lagi mengklaim kebenaran dan menyangka orang lain salah. Jangan lagi memisah-misah Barat dan Timur kita hidup satu bumi yang saling membutuhkan.

Dunia ini rusak karena ada orang yang menghembus-hembuskan keburukan ke dalam pikiran hingga jadi kecenderungan hati seseorang dan menjadi karakter. Orang-orang yang berkarakter buruk harus dibatasi ruang geraknya, dan orang-orang yang berkarakter baik harus diperluas ruang geraknya. Tugas bersama Barat dan Timur adalah membatasi ruang gerak orang-orang yang berkarakter buruk. Semua hidup manusia hanya penantian dan antrian menunggu kematian. Bukan kemenangan, kedudukan, kesejahteraan dunia yang kita fokuskan, tapi upaya manusia dalam memerjuangkan kebaikan. Kalah dan menang bukan ukuran keberhasilan, karena Tuhan hanya memperhatikan cara hidup manusia yang harus tetap dijalan kebenaran. Wallahu’alam.  

No comments:

Post a Comment