Sunday, October 20, 2019

AL-GHAZALI, IMANUEL KANT, LOGIKA TUHAN

Etika adalah salah satu dari cabang ilmu filsafat. “Etika terkait erat dengan “cara berpikir” (way of thought) manusia pada umumnya. Jika cara berpikir seseorang berbeda, keseluruhan pengalaman hidupya akan berbeda. Ia tidak saja akan berprilaku berbeda tetapi memiliki pikiran, perasaan, sikap, dan keinginan berbeda. Oleh karena itu, tindakan etis manusia tidak dapat dipisahka dari “cara berpikir”nya”. (Abdullah, 2002, hlm. 38).

Al Ghazali adalah tokoh pemikir muslim yang sangat mendasari pemikirannya dengan agama, demikian juga dengan Imanuel Kant. Kedua tokoh ini tidak dikategorikan sebagai tokoh positivisme modern, tetapi keduanya sama-sama mengkritik terhadap doktrin metafisika, dogmatis, spekulatif, dan mengakui pentingnya etika rasio praktis diatas rasio teoritis.  Etika mistik Al-Ghazali, terkenal di di mayoritas masyarakat muslim, dan etika rasional Kant masih didiskusikan di dunia Barat. (Abdullah, 2002, hlm. 36, 39).

Al Gazhali memandang keliru terhadap kelompok yang menggeluti teologi dengan metafisika., untuk itu Al Ghazali memilih mistisisme. Menurut W.R. Inge, mistisisme adalah pikiran yang menjalin hubungan batin dengan Tuhan. Al Gazhali menolak rasio sebagai “prinsip pengarah” dalam tindakan etis manusia. Al-Gazhali memilih “wahyu” melalui intervensi ketat dari syaikh atau “pembimbing moral” sebagai pengarah utama bagi orang-orang pilihan dalam mencapai keutamaan mistik. (Abdullah, 2002, hlm. 41).

Imanuel Kant dalam penolakannya terhadap metafisika, memperkenalkan konsep tentang konstitutif akal budi (constitutive use of mind). Melalui konsepsi ini, Kant menegakkan keabsahan kebenaran pengetahuan dan prosedur untuk memperolehnya. Gagasan Kant tentang constitutive use of mind, berkaitan erat dengan pemahaman kausalitas beliau terhadap kausalitas alam maupun moral. (Abdullah, 2002, hlm. 42-43)

logika tuhan adalah way of thought or constitutive use of mind (Muhammad Plato)  
Al Ghazali dan Kant sama-sama menolak metafisika-dogmatik. Al Gahzali pada akhirnya menemukan etika mistik ketika melihat Tuhan diakhirat sebagai perhatian utama. Kant dalam pemikirannya sampai pada poin adanya etika rasional dan mengakui Tuhan sebagai jaminan utama bagi postulat praktisnya. Kant dalam rasionalitasnya memberi ruang keimanan dan keabadian menjadi kerangka umum dalam pemikiran Kant. Berdasarkan etika rasionalnya, Kant memberi kemungkinan adanya hukum universal (universal law) jika motif  pengungkapannya pantas menurut kehendak setiap makhluk rasional.

Menurut kedua pemikir kausalitas dalam alam dan dalam moralitas manusia saling berhubungan erat. Al-Gazhali menggarisbawahi ide tentang hukum yakni hukum religius, tetapi tidak pernah membolehkan intervensi hukum rasional. (Abdullah, 2002, hlm. 84).

Bagi Al Ghazali saran utama manusia menuju kebahagiaan ada dua, amal baik lahiriah dan amal baik batiniah. Amal baik lahiriah berupa ketaatan kepada aturan-aturan tingkah laku yang diwahyukan dalam kitab suci. Kondisi hati secara batiniah lebih penting dalam pandangan Tuhan dari pada amal baik lahiriah dan lebih mendatangkan pahala. Hal ini menjadi ciri khas logika mistik Al Ghazali. (Abdullah, 2002, hlm. 70).

Sisi paling penting dari Al Ghazali dalam menolak metafisika rasional adalah penekanannya pada ketidakmampuan rasio manusia untuk menangkap secara akurat penyelesaian secara memuaskan perosalan-persoalan metafisika dan teologi. Al Ghazali lebih menekankan pada realitas Tuhan sebagai yang berkehendak, Tuhan sebagai pelaku yang berkehendak. Al Gazhali hanya bersandar pada wahyu untuk memperoleh pengetahuan metafisikanya. Al Ghazali sangat menjaga hadirnya keabadian di alam karena akan melanggar prinsip monotheisme. (Abdullah, 2002, hlm. 62-65)

Al Ghazali dan Kant sama-sama menjadikan wahyu (kitab suci) sebagai sumber pemikiran. Al-Ghazali menjadikan wahyu dengan bimbiangan ketat dari syaikh atau “pembimbing moral” sebagai pengaruh utama bagi orang-orang pilihan dalam mencapai keutamaan mistik. Logika yang dikembangkan Al Ghazali dikategorikan sebagai logika tertutup karena dipengaruhi bayang-bayang pembimbing moral. Kehadiran pembimbing moral inilah yang menyebabkan sulit lahirnya pemikir-pemikir baru dikalangan umat Islam. Pembimbing moral ini bermutasi ke dalam kitab-kitab yang ditulisnya, sehingga pemikir-pemikir baru di dunia muslim banyak yang gugur karena bertentangan dengan pembimbing moral mereka yang telah ditetapkan dalam kitab-kitab yang ditulisnya. (Abdullah, 2002, hlm. 41)

Sementara Kant  dengan konsep constitutive use of mind, Kant telah membuka pemahaman tentang prosedur dalam menemukan dan mengabsahkan kebenaran. Kant masih memberi peluang peran “subjek” manusia dalam memperoleh pengetahuan pada posisi yang tepat. (Abdullah, 2002, hlm. 42). Imanuel Kant  bukan pemikir rasional murni, karena beliau berpendapat membuktikan wujud Tuhan melalui rasio adalah tidak mungkin, tetapi menurut Kant, menolak juga tidak mungkin. Hanya saja Kant mengusulkan untuk memisahkan secara total pengetahuan dan agama, dengan membatasi keduanya menjadi wilayah-wilayah yang berbeda. (Abdullah, 2002, hlm. 55-56). Logika yang dikembangkan Kant dikategorikan logika terbuka karena memberi peluang subjek manusia untuk memahami dan mengetahui kebenaran melalui rasionya.

LOGIKA TUHAN adalah ilmu berpikir (etika) yang mengacu kepada petunjuk Tuhan, bersumber pada wahyu. Sumber pemikiran ini sama dengan pandangan Al Ghazali maupun Imanuel Kant. Logika Tuhan sebagai petunjuk berpikir, konsepnya sama dengan way of thought yang dikemukakan oleh Amin Abdullah. Sebagaimana Kant, logika Tuhan dikembangkan dengan memberi peluang kepada subjek untuk memahami kebenaran, tetapi tidak mengabaikan para pembimbing moral sebagai penyeimbang. Pembimbing moral ini dimulai dari hadis shahih Nabi Muhammad saw dan para pemikir terdahulu. Dalam konsep logika Tuhan, mengakui adanya fungsi konstitutif akal budi (constitutive use of mind) sebagaimana dikemukakan oleh Kant, dan tidak menutup kemungkinan adanya hukum-hukum universal yang bisa dibenarkan oleh rasio setiap manusia.  Kausalitas adalah metode akal untuk memahami kebenaran dengan merujuk pada Tuhan sebagai causa prima, dan mengatur kausalitas di alam. Logika tuhan tidak membatasi pengetahuan dengan agama, keduanya digunakan untuk membantu rasio dalam menemukan kebenaran. Logika tuhan tidak membatasi keterikatan antara pengetahuan dan keimanan. Keimanan harus dilandasi pengetahuan baik yang diketahui ataupun yang tidak diketahui karena milik Tuhan. Wallahu’alam.

(Head master Trainer)

Saturday, October 19, 2019

TIDAK ADA YANG MELEBIHI ALLAH

OLEH: MUHAMMAD PLATO

Manusia adalah makhluk doollin (pelupa). Demikian Prof. Fahmi Basya menjelaskan makna Doollin dalam surah Al-Fatihah dengan arti kata lupa. Memang benar pada kenyataannya manusia sering lupa. Pada saat berdoa, shalat sekalipun kesadaran kita kepada Allah sering lupa dari pada ingatnya. Di hutan kita bisa tersesat karena lupa jalan pulang. Lupa adalah penyebab manusia tersesat.

Dalam surah Al-Fatihah, sudah dijelaskan bahwa kita adalah orang yang telah berada di jalan lurus, namun sering lupa. Oleh karena itu kita diajarkan berulang-ulang minta tolong agar tidak dijadikan orang-orang lupa kepada Allah.

Saya,  mungkin juga Anda, pada saat menghadapi masalah besar sering lupa bahwa Allah pemberi pertolongan. Pikiran refleks kita dalam situasi panik selalu mencari pertolongan pada makhluk, dan merasa khawatir, putus asa, jika tidak ada sosok makhluk yang bisa dijadikan penolong. Kebiasaan ini terbangun karena pola pikir yang tidak mengarusutamakan Allah sebagai Dzat Maha Kuasa atas segala kejadian.

Daniel (dalam Hendarman, 2019, hlm. 7) menjelaskan bahwa langkah revolusi mental terdiri tiga tahap yaitu; satu, menemukan permasalahan hidup dan memunculkan harapan hidup lebih baik.  Dua, menghilangkan segala perbuatan jelek dari alam pikiran. Terakhir berserah diri dan memohon pertolongan dari Tuhan. Penjelasan ini membuktikan bahwa Tuhan sebagai Dzat Maha Kuasa, disimpan pada posisi terakhir dalam menyelesaikan masalah. Seharusnya disimpan pada awal akan dilakukan penyelesaian salah, sebab Tuhanlah yang akan memberi petujuk kepada kita dalam menyelesaikan masalah apapun di muka bumi ini.

Pola pikir menyimpan Tuhan di posisi terakhir, yang menjadi kebiasaan awam ini lama kelamaan akan menggeser eksistensi Tuhan menjadi tidak bermakna dalam kehidupan. Tuhan hanya berfungsi sebagai pembangun harapan semata, bukan sebagai penyelesai masalah. Tuhan seharusnya ditempatkan pada posisi pertama, agar Tuhan bisa kita rasakan dalam setiap langkah sebagai penyelesai solusi plus pembangun harapan tanpa batas.

Pola pikir yang terbangun dalam setiap masyarakat religius, seharusnya menjadikan Tuhan sebagai penolong utama, pemberi ide, penyemangat, pemberi harapan, dan penggerak dalam seluruh aktivitas kehidupan manusia. Pola pikir ini harus dipelihara dalam setiap pikiran manusia, sampai menjadi bagian reflek alam bawah sadar masyarakat.

Ketika saya berbicara, membaca kisah orang-orang sukses dari berbagai lapisan masyarakat, tidak sedikit yang menjelaskan bagaimana pengalaman pribadi-pribadi mereka mendapat sukses kehidupan dunia dengan intervensi ghaib (Tuhan) menjadi sebab kelancaran dan kesuksesan hidupnya. Sayang kejadian-kejadian ini hanya dianggap sebagai kejadian kasuistis orang per orang. Belum ada kesadaran untuk meneliti bahwa fakta-fakta ini bisa dijelaskan dalam bentuk generalisasi menjadi sebuah teori atau hukum. Selanjutnya dikembangkan mejadi pola pikir baku bagaimana manusia-manusia berkualitas bisa tetap hidup di muka bumi dalam kehendak Tuhan.

Mayoritas filsuf di seluruh dunia tidak pernah menyangkal dan berdebat jika dikatakan bahwa Tuhan sebagai causa prima. Pola pikir ini harus ditanam, dipupuk, mengakar kuat, dan terus tumbuh sampai berbunga dan berbuah menjadi karakter berpikir sehat setiap manusia.

“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (Ulil Albab).” (Ali Imran, 3:190).

Ulil Albab yang diterjemahkan sebagai orang-orang berpikir atau berakal sehat, adalah mereka yang bisa memahami tanda-tanda (sebab-sebab), di setiap kejadian atau fenomena bahwa di dalamnya terdapat kekuasaan dan berlakunya hukum-hukum Tuhan. Bagi mereka yang berhasil menjadi Ulil Albab (berpikir sehat), mereka akan berubah menjadi karakter-karakter unggul.

Bagi mereka yang telah berhasil membiasakan berpikir sehat, masalah sebesar apapun yang dihadapi manusia di muka bumi ini, akan selalu dihadapi dan selalu optimis ada jalan keluarnya. Logika ini bisa terjadi jika Allah dijadikan sebagai causa prima dalam setiap kejadian. Jika Allah menjadi causa prima dalam setiap kejadian, maka Allah juga harus menjadi causa prima dari segala solusi kehidupan manusia.

Jika Allah sudah menjadi causa prima, maka siapa lagi yang bisa melebihi kekuasaan Allah. Maka siapa orang-orang berpengaruh di dunia ini dan harus kita waspadai? Bukan mereka yang memiliki keuasaan, kekayaan, dan teknologi, tetapi mereka yang menjadikan Tuhan sebagai penolong utama dan selalu bergerak menguasai ilmu pengetahuan serta teknologi. Siapa manusia ini, siapa bangsa ini? Kemungkinan bisa hadir dari seluruh penjuru dunia, termasuk dari Indonesia.

Bagi manusia-manusia unggul, manusia berakal sehat, jika masalah sudah diadukan kepada Tuhan untuk diselesaikan, maka siapa lagi yang bisa melebihi Tuhan? Pola pikir sombong manusia telah meremehkan intervensi Tuhan di alam semesta, dengan menjadikan ilmu dan teknologi sebagai Tuhan.

Jika Allah sudah menjadi causa prima, maka siapa lagi yang bisa melebihi kekuasaan Allah? (Muhammad Plato)
 Hampir di seluruh penjuru dunia, manusia pernah mengalami pengalaman-pengalaman kejadian di luar kendali kesadaran. Bagi manusia-manusia berakal sehat, pengalaman itu adalah tanda-tanda intervensi Tuhan dalam kausalitas kejadian di dunia. Kausalitas kejadian di dunia ini meliputi kejadian yang bisa diapahami langsung dan tidak langsung oleh akal manusia. Kejadian yang bisa dipahami langsung akal amnusia adalah karunia pengetahuan dari Tuhan, dan kejadian yang tidak bisa dipahami langsung adalah Tuhan langsung penyebabnya dan Tuhan adalah dzat yang berkehendak baik dalam setiap kejadian.

Inilah pola berpikir seluruh manusia di muka bumi,  harus terus disosialisasikan agar manusia belajar terus mencari dan mengembangkan pemikirannya atas nama Tuhan, dan Tuhan adalah Yang Maha Berkehendak baik atas segala kejadian di muka bumi ini. Wallahu’alam

(Head Master Trainer)

Friday, October 11, 2019

HARAM CINTAI SUAMI

OLEH: MUHAMMAD PLATO

Untuk anak-anak muda mungkin cinta dimaknai sebagai kehendak rasa kepada lawan jenis. Mayoritas anak-anak memahami cinta adalah urusan sekitar asmara. Lalu cinta ini dikemas dalam bahasa-bahasa asmara yang puitis. Seolah-olah bahasa puitis itu sebagai ekspresi dari bahasa cinta. Sampai akhirnya orang-orang berkesimpulan bahwa cinta adalah sesuatu yang sulit diungkapkan. Pengertian cinta juga tereduksi menjadi sesuatu yang bersifat hubungan pribadi dan personal yang jangan sembarang diungkapkan.

Saya mencoba mengungkap menggali makna cinta dari Al-Qur’an, agar punya pemahaman lain dan merasa dekat dengan Allah. Saya berpendapat Al-Qur’an berisi petunjuk, maka dalam memahami sebuah konsep, Tuhan pasti memberi petunjuk dalam kitab-Nya. Informasi dari Al-Qur’an harus digali untuk mengungkap rahasia kehidupan.

Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Ali Imran, 3:31).


HARAM CINTAI ISTRI KARENA CINTA ITU HANYA TAAT KEPADA ALLAH (MUHAMMAD PLATO)
Berdasarkan ayat di atas ada beberapa kata kerja yang berkaitan dengan kata “cinta”. Secara berurutan yaitu,  “ikuti aku, mengaisihi, dan mengampuni”. Saya berpendapat bahwa kata-kata kerja ini menjadi petunjuk untuk memahami cinta.

Memahami arti cinta sangat penting, karena ekpresi cinta bisa dalam bentuk kemunkaran, yaitu jika cintanya bukan kepada Tuhan yaitu kepada makhluk. Cinta kepada makhluk bisa menjadi sebab timbulnya ekspresi-ekpresi buruk. Seseorang yang mencintai pasangannya bisa mendatangkan cemburu dan pembunuhan. Untuk itu, cinta harus kita pahami berdasarkan petunjuk dari Allah.

Kesalahan memahami dan mengekpresikan cinta bisa menyebabkan sifat-sifat buruk (bakhil). Sebagaimana Allah jelaskan, wa innahu lihubbil khoiri lasadiid (sesungguhnya dia sangat bakhil karena cintanya kepada harta). (Al ‘Aadiyaat, 100:80).

Konsep cinta harus dipahami dua sisi yaitu vertikal dan horizontal. Maka dari keterangan surat Ali Imran, cinta adalah taat kepada Allah (vertical) yang diimplementasikan dalam sikap mengasihi dan mengampuni kepada seluruh makhluk (horizontal).

Cinta itu hanya kepada Allah, sedangkan kepada makhluk hanyalah ekpresi cinta kepada Allah dalam wujud ketaatan. Ekpresi ketaatan kepada Allah dimplementasikan kepada makhluk dengan  mengasihi dan mengampuni. Setiap makhluk tidak layak dicintai, tetapi hanya berhak mendapat ekpresi cinta kita kepada Allah.

Hubungan sesama makhluk hanya sebatas saling mengekpresikan sifat Allah. Menikah adalah ekpresi manusia dalam mewujudkan cintanya kepada Allah. Menikah dengan lawan jenis adalah hubungan saling mengasihi bukan saling mencintai. Terjadinya rasa saling mengasihi bukan karena cinta, tetapi didasari oleh rasa saling mengampuni (memaklumi) kekurangan.

Setiap orang diciptakan sebagai makhluk pembuat salah. Orang-orang yang diliputi cinta dalam arti ketaatan kepada Allah tampil menjadi pribadi-pribadi yang selalu memberi ampunan atas kesalahan-kesalahan makhluk lain. Mengasihi dan mengampuni adalah sifat-sifat Allah yang dimiliki oleh orang-orang yang diliputi rasa cinta kepada Allah.

Pendengki, pemarah, penganiaya adalah ekpresi dari cinta kepada selain Allah, sehingga ekpresinya tidak dilandasi oleh ketaatan kepada Allah melainkan taat kepada selain Allah. Jangan mencintai Istri atau suami, karena cinta kepada makhluk sama dengan menduakan Allah. Jadi sudah dipastikan bahwa kata-kata atau ungkapan  cinta dari makhluk kepada makhluk adalah gombal, dan mengundang cemburu Allah.

Cinta adalah taat kepada Allah. Siapa yang cinta kepada selain Allah berarti dia taat kepada makhluk dan telah menduakan Allah, maka dia telah bersekutu dengan setan. Menduakan Allah adalah dosa tidak terampuni. Wallahu’alam.

(Penulis Head Master Trainer Logika Tuhan)

Friday, October 4, 2019

DJI SJAM SOE RUMUS SUKSES DARI ALLAH

OLEH: MUHAMMAD PLATO

Dari 10 tujuan pendidikan nasional, point pertama adalah mencetak generasi beriman. Kesulitan bagi pengelola pendidikan mewujudkan tujuan ini adalah tidak memiliki program dan alat ukur baku yang membuktikan bahwa anak-anak memiliki keimanan. Di bangku kuliah kita tidak diajarkan bagaimana mengukur keimanan. Bagi muslim, informasi tentang keimanan ada dalam kitab suci Al-Qur’an.

Bagi yang sudah belajar ilmu sekuler, bisa jadi berpendapat keimanan seseorang tidak bisa diukur, karena hanya Allah yang tahu. Secara konsep, keimanan bisa jadi perdebatan dan mungkin akan terjadi perbedaan pendapat. Namun karakter-karakter orang beriman bisa kita ketahui karena itu bersifat faktual. Kitab suci Al-Qur’an berisi konsep-konsep yang bisa didiskusikan dan fakta-fakta alamiah yang bisa kita amati.

Di dalam Al-Qur’an iman dijelaskan dalam bentuk konsep dan fakta. Pada tulisan ini saya tidak hendak beradu pendapat tentang apa itu konsep iman, tetapi akan menjelaskan apa ciri-ciri dari orang-orang beriman berdasarkan pengetahuan yang saya pahami dari Al-Qur’an. Ciri orang beriman itu dijelaskan dalam surat Al Anfaal ayat 2,3,4 atau Dji Sjam Soe.

Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya) dan kepada Tuhan-lah mereka bertawakal, (Al Anfaal, 8:2).

DJI = GEMETAR HATI DISEBUT NAMA ALLAH

Ciri orang beriman adalah “gemetar hati” apabila disebut nama Allah. Gemetar adalah kata kerja. Gemetar hati adalah sebuah respon hati terhadap nama Allah. Respon hati ini adalah sebuah drive (dorongan) hati berkehendak (jatuh cinta atau takut) kepada Allah.

DJI SJAM SOE ADALAH GEMETAR HATI, LAKSANAKAN SHALAT DAN INFAK, MAKA KEDUDUKAN TINGGI, AMPUNAN DAN REJEKI MULIA DARI ALLAH (MUHAMMAD PLATO)
Gemetar hati ada informasi dari Allah siapa itu orang-orang beriman. Namun kita tidak dapat mengetahui hati orang beriman gemetar atau tidak jika disebut nama Allah. Maka Allah memberikan fakta orang beriman yang gemetar hati jika disebut nama Allah.

(yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka. (Al Anfaal, 8:3).

SJAM = SHALAT + INFAK

Dari informasi ayat ini, kita bisa mengetahui bahwa gemetar adalah sebuah gerakan hati, pikiran, ucapan, dan tindakan. Sumber segala tindakan kita adalah getaran hati. Sesunguhnya orang ayang benar-benar beriman adalah yang gemetar hatinya, dan wujud kasat mata dari getaran hati orang beriman adalah tindakan. Dua ukuran tindakan getaran hati orang beriman yang dijelaskan di dalam Al-Qur’an adalah melaksanakan shalat dan sedekah.

Untuk memantapkan keimanan Allah memerintahkan untuk membaca ayat-ayat Allah dengan membuktikan kebenaran janji-janji pahala dari Allah secara nyata. Janji Allah bagi yang gemetar hatinya dengan mendirikan shalat dan sedekah dijelaskan dalam ayat berikutnya.

Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. Mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi Tuhannya dan ampunan serta rezeki (nikmat) yang mulia. (Al Anfaal, 8:4).

SOE = KEDUDUKAN TINGGI, AMPUNAN, REZEKI TERBAIK

Tiga point yang harus dirasakan, dibuktikan bagi orang-orang beriman yang shalat dan sedekah adalah kedudukan tinggi, ampunan, dan rezeki terbaik sebagai balasan pahala dari Allah. Tiga janji pahala ini bersifat faktual, bisa diamati dan dirasakan. Tiga pahala yang dijanjikan Allah harus diamati, diteliti, dengan demikian orang-orang beriman akan tambah imannya.

Demikianlah panduan dari Allah dalam memahami dan melihat keimanan seseorang. Konsep penerapan ini bisa diaplikasikan di lingkungan pendidikan dengan membuat program dan pemantauan terhadap pelaksanaan shalat dhuha, lima waktu, infak, serta qurban yang dilakukan anak-anak. Wallahu’alam.

(Penulis Master Trainer Logika Tuhan)

THE POWER OF REPETITION


OLEH: MUHAMMAD PLATO

Mengulang-ngulang kebaikan adalah cara pembelajaran yang harus dilakukan di sekolah. Shalat dhuha 12 rakaat harus dilakukan secara terus menerus. Mengulang-ngulang kebaikan adalah perintah dari Allah. Shalat adalah kebaikan yang harus diulang-ulang tiap hari.

“Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung”. (Al Jumu’ah, 62:10).

Menurut Prof. Fahmi Basya, mengingat Allah banyak-banyak adalah mengulang-ngulang perbuatan baik sesering mungkin. Shalat dhuha 12 rakaat setiap hari dilandasi dengan perintah Allah, dalam rangka mengingat Allah banyak-banyak.

MENGULANG-NGULANG KEBAIKAN ADALAH PERINTAH ALLAH YAITU BANYAK-BANYAK MENGINGAT ALLAH. (MUHAMMAD PLATO)
Kesuksesan akan tercapai jika seseorang melakukan kebaikan berulang-ulang. Praktek pendidikan di sekolah adalah mengulang-ngulang perbuatan baik. Semakin sering kebaikan diulang-ulang maka dia akan jadi karakter. Semakin sering seseorang melakukan perbuatan baik maka dia akan dikenal sebagai orang berkarakter baik. Dapat dipahami bahwa sukses itu sama dengan karakter baik (akhlak mulia), prilaku baik yang diulang-ulang.

Dari pengulangan harus mulai merasakan dampak yang terjadi. Dari perasaan tersebut timbul berbagai macam pengetahuan dan pemahaman. Rasa dari prilaku baik yang diulang-ulang bisa diketahui dengan mengunakan pola pikir ilmiah seperti seorang ilmuwan ketika melakukan penelitian. Penelitian itu dilakukan dengan merasakan akibat-kaibat apa yang terjadi setelah melakukan kebaikan berulang-ulang.

Semakin sering rasa itu dirasakan, dinikmati dan mejadi sebuah kenyamanan, maka 
akan timbul akumulasi pengetahuan. Dari akumulasi pengetahuan yang banyak itu, maka didapatlah sebuah keyakinan berdasarkan penglihatan dan keabsolutan terhadap kebenaran dengan dukungan bukti dan rasa yang tidak diragukan.

Jika kita melakukan pengulangan shalat tanpa dibarengi dengan penelitian atas akibat yang terjadi pada diri kita berdasar petunjuk Allah, maka motivasi untuk melakukan shalat tiap hari akan mengalami penurunan. Lama-lama shalat akan ditinggalkan.

Untuk itu ketika melaksanakan shalat dibutuhkan akal untuk melakukan pengamatan kejadian-kejadian apa yang terjadi setelah shalat, tetnu berdasar petunjuk Tuhan. Akal di sini berfungsi sebagai pembentuk kesadaran bahwa apa yang diberitakan Allah sehabis shalat benar-benar terjadi.
Pengulangan (repetition) bukan saja bertujuan membentuk karakter tetapi membuka kesempatan pikiran untuk memahami apa yang terjadi. Sehingga kegiatan shalat ataupun kebaikan bisa dirasakan manfaatnya dan menjadi sebuah kebenaran ainul (dilihat)  dan haqqul (kokoh) yakin. Wallahu ‘alam.

(Penulis Head Master Logika Tuhan)

FUNGSI BALASAN ALLAH


OLEH: MUHAMMAD PLATO

Agus Mutofa seorang penulis buku Tasawuf Modern mengatakan bahwa “untuk memahami agama Islam sumber mutlaknya adalah Al-Qur’an dan sumber kedua adalah hadis”. Objek yang kita pikirkan adalah pengetahuan dari kitab suci Al-Qur’an. Sebelum meneliti informasi dari Al-Qur’an jangan menggunakan dulu sumber-sumber lain. Pembelajaran yang harus diutamakan di dalam memahami ajaran agama Islam adalah memahami isi Al-Qur’an.

Di dalam Al-Qur’an, Allah selalu mengemukakan balasan-balasan bagi orang-orang yang melakukan kebaikan. Oleh karena itu, Al-Qur’an adalah kitab pembawa kabar gembira bagi orang-orang beriman. Nabi Muhammad saw adalah pembawa kabar gembira bagi umat manusia yang mau menyembah Tuhan Yang Maha Esa. Sesuai dengan karakteristik Al-Qur’an, seorang guru adalah pembawa kabar gembira bagi murid-muridnya.

Di bawah ini saya buat matrik agar mudah memahami apa fungsi balasan Allah terhadap kebaikan. Pola pikir sebab akibatnya saya gambarkan sebagai berikut;

BALASAN PRILAKU BURUK

PRILAKU DI DUNIA
BALASAN DUNIA/AKHIRAT
PSIKOLOGIS
Membunuh Mukmin dengan Sengaja (An Nisaa, 4:93)
Jahanam dan adab yang besar
Putus Asa/Sedih
Berbuat Jahat (An Nisaa, 4:123)
Kejahatan
Putus Asa/Sedih
Berbuat Dosa (Al Maa’idah, 5:29)
Penghuni Neraka
Putus Asa/Sedih
Memerangi Allah dan Rasul Nya (Al Maa’idah, 5:330
Siksaan yang Besar
Putus Asa/Sedih

Demikian beberapa gambaran bagaimana balasan buruk bagi orang-orang yang berprilaku buruk di dunia. Balasan itu berlaku di dunia dan akhirat. Balasan ini bersifat pasti baik secara fisik maupun fsikis. Selanjutkan saya gambarkan balasan terhadap perbuatan baik
.
BALASAN PRILAKU BAIK

PRILAKU DI DUNIA
BALASAN DUNIA/AKHIRAT
PSIKOLOGIS
Amal baik (An An’aam, 6:160)
Tidak dianiaya
Optimis/Gembira
Mohon ampun dan bertobat (Huud, 11:3)
Kenikmatan yang baik
Optimis/Gembira
Sabar (An Nahl, 16:96)
Pahala lebih baik
Optimis/Gembira
Beramal Saleh (An Nahl, 16:97)
Kehidupan yang baik
Optimis/gembira

Berdasarkan perbandingan balasan perbuatan baik dan buruk di atas, kita bisa pahami untuk apa fungsi informasi balasan-balasan keburukan dan kebaikan menjadi jelas. Balasan terhadap keburukan fungsinya adalah untuk memutuskan harapan orang agar berhenti berbuat jahat. Sebaliknya balasan baik memiliki fungsi membangun harapan (optimisme) atau kabar gembira bagi orang-orang yang telah berbuat baik tetap istiqomah dalam kebaikan. Sekalipun para pembuat kebaikan mendapat ancaman, cemoohan, dan lecehan, mereka akan tetap optimis karena ada balasan baik dari Allah. Pola berpikir inilah yang akan membuat orang-orang beriman selalu bertawakal kepada Allah.

JANJI BALASAN DARI ALLAH ADALAH PEMBENTUK OPTIMISME ORANG-ORANG BERIMAN DALAM BERBUAT BAIK. (MUHAMMAD PLATO)
Pertanyaannya apakah boleh kita berbuat baik karena ingin balasan baik dari Allah? Menurut pendapat penulis selama itu diinformasikan Allah di dalam Al-Qur’an, maka informasi itu bisa kita gunakan untuk menjaga semangat dan kesabaran kita dalam berbuat baik di dunia. Apa saja yang dijanjikan Allah untuk kita, maka hal itu bisa kita jadikan sebagai pembangun optimisme dan penggembira bagi bagi orang-orang baik. Pola pikir ini tidak bertentangan dengan keterangan dan sesuai dengan anjuran Allah.

Hal yang tidak boleh adalah berharap balasan kepada sesuatu yang tidak dijelaskan oleh Allah di dalam Al-Qur’an. Balasan kebaikan selain dari Allah hanyalah angan-angan.

(Pahala dari Allah) itu bukanlah menurut angan-anganmu yang kosong dan tidak (pula) menurut angan-angan Ahli Kitab. Barang siapa yang mengerjakan kejahatan, niscaya akan diberi pembalasan dengan kejahatan itu dan ia tidak mendapat pelindung dan tidak (pula) penolong baginya selain dari Allah. (An Nisaa, 4:123).

Balasan yang bersifat angan-angan itu adalah balasan-balasan yang dibuat-buat atas dasar dusta, bukan dari keterangan kitab suci. Balasan angan-angan dilakukan orang-orang yang mengajarkan kemunkaran, seolah-olah kebaikan dari Tuhan. Kemunkaran itu mereka ajarkan dari sebuah kitab buatan manusia, lalu dikatakan bahwa kitab itu seolah-olah datang dari Tuhan. Sesungguhnya janji-janji balasan kebaikan di dalamnya adalah angan-angan mereka.

Jadi, selama manusia berbuat baik, dan berharap balasan kebaikan sebagaimana dijanjikan Allah dalam kitab suci Al-Qur’an, maka dia berada di jalan lurus. Dia telah bertahuid kepada Tuhan dengan beriman kepada kitab dan berharap balasan baik dari Tuhan.  Wallahu ‘alam.

(Penulis Master Trainer Logika Tuhan)

Thursday, October 3, 2019

PEMBODOHAN MANUSIA BERTAHUN TAHUN


OLEH: MUHAMMAD PLATO

Seorang Ustad dalam sebuah diskusi berkata, “di Yerusalem bacaan orang Yahudi itu Al-Qur’an. Orang Yahudi mereka percaya bahwa Al-Qur’an adalah wahyu dari Allah. Yang mereka tolak adalah kenabian Nabi Muhammad saw. Karena Nabi bukan dari keturunan Nabi Ibrahim dari Siti Sarah, tetapi dari Siti Hadjar.

Selanjutnya Ustad itu berkata, “berbeda dengan umat Islam di tanah air mereka sangat percaya dan mencintai Rasulullah saw, tetapi kurang begitu suka membaca dan menghayati Al-Qur’an”. Kitab suci Al-Qur’an baru ramai dihafalkan oleh para santri dari juz 1 sampai juz 30. Alhamdulillah. Al-Qur’an bisa terpelihara dengan adanya para penghafal Al-Qur’an.

Saya sebagai generasi muslim dari golongan intelektual, harus memberi sumbangan untuk kejayaan Islam. Saya bisa memahami Al-Qur’an dengan sudut pandang keilmuan dan pendekatan ilmiah.

TUGAS DUNIA PENDIDIKAN MELAHIRKAN GOLONGAN INTELEKTUAL YANG BISA MEMBACA KALIMAT-KALIMAT ALLAH DALAM SELURUH MATA PELAJARAN (MUHAMMAD PLATO)
Namun sudah lama, ada upaya pembodohan terhadap umat manusia. Saya katakan pembodohan terhadap umat manusia karena Al-Qur’an turun untuk umat manusia.

Upaya pembodohan terhadap umat manusia dikatakan oleh Prof. IRS dalam tayangan youtube 23 September 2019 berjudul “cara lauhul mahfudz menghidupkan orang mati hatinya”, sebagai berikut, “pembodohan terhadap umat dilakukan dengan berbagai macam cara, salah satunya menjauhkan kitab suci Al-Qur’an dari umat, dengan memberi pernyataan bahwa menafsirkan Al-Qur’an tidak boleh dilakukan sembarangan orang, dia itu harus ulama, kiyai, ustad, ahli bahasa Arab, ahli hadist, dll., akhirnya umat menjadi takut mendekati Al-Qur’an dan tidak mempelajarinya.

Untuk membaca dan memahami Al-Qur’an dibuat aturan yang sulit dan memberatkan, sampai diancam barang siapa melakukan kesalahan dalam menafsirkan Al-Qur’an akan masuk neraka. Kalimat ini tidak ada dalam Al-Qur’an, dan bukan perkataan Nabi Muhammad saw. Perkataan ini berasal dari orang-orang yang tidak memahami kandungan Al-Qur’an. Ini adalah kebohongan publik yang sistematis dilakukan untuk melemahkan umat.

Tidak ada bacaan terbaik melebihi Al-Qur’an. Jika kita berpendapat merujuk kepada Al-Qur’an tidak ada yang bisa meluruskan kesalahan pendapat kita kecuali dengan dalil Al-Qur’an. Orang yang memahami Al-Qur’an akan tunduk kepada keterangan Al-Qur’an. Maka orang-orang yang memahami substansi Al-Qur’an tidak akan berani menentang atau ngotot menentang ayat Al-Qur’an. Tidak akan terjadi perdebatan bagi manusia yang memahami Al-Qur’an. Jika ada orang yang menyampaikan perkataan bersumber pada Al-Qur’an maka dia akan tunduk pada ayat Al-Qur’an tersebut.

Orang-orang yang menghujat dan menghina kepada mereka yang mencoba menjelaskan ayat-ayat Al-Qur’an maka dia adalah golongan Abu Lahab, yang dibenci oleh Allah dan kelak mati dalam kekafiran jika tidak menghentikannya. Dia tidak akan mendapat petunjuk dari Allah sampai ujung hidupnya.

Al-Qur’an adalah milik semua, karena itu semua orang anak-anak, remaja, dewasa, tua, berpendidikan tidak berpendidikan bisa mendapat petunjuk dengan membaca dan memahami Al-Qur’an melalui terjemahan, tafsir bahasa yang dapat dipahaminya. Semoga Allah memberi hidayah pengetahuan Al-Qur’an kepada kita semua.

Tidak akan pernah ada satu-satunya orang yang ahli menafsir Al-Qur’an di muka bumi ini. Terlalu rendah kualitas Al-Qur’an jika hanya bisa ditafsir oleh satu orang ahli. Maka salah satu kemukjizatan Al-Qur’an adalah dia bisa ditafsir oleh semua kalangan sesuai kecerdasannya, karena Al-Qur’an adalah wujud kasih sayang  Allah untuk semua makhluk ciptaannya.

Ajarkan ayat-ayat Al-Qur’an dalam seluruh mata pelajaran di sekolah sesuai dengan kemampuan dan kecerdasan anak-anak. Itulah implementasi pendidikan berke-Tuhan-an Yang Maha Esa. Wallahu’alam.

(Penulis Master Trainer Logika Tuhan)

DZIKIR PARA PEMIMPIN

OLEH: MUHAMMAD PLATO

Para pemimpin ternyata orang-orang hebat, tidak mungkin mereka terpilih oleh rakyat jadi pemimpin jika di dalam diri mereka tidak punya kelebihan. Di sekolah-sekolah anak-anak harus diajarkan kembali untuk menghargai dan menghormati wakil rakyat dan pemimpin kita.

Sejak kejadian keusuhan besar tahun 1965 dan 1998, bangsa kita hampir kehilangan harga diri ditandai dengan menurunnya penghormatan warga negara terhadap pemimpinnya. Kita saksikan masyarakat melakukan pelecehan dan penghinaan kepada wakil rakyat dan para pemimpin dengan melakukan postingan-postingan ujaran kebencian, gambar-gambar lecehan, dan video-video penghinaan. Kebebasan ekpresi masyarakat difasilitasi dengan media teknologi informasi hampir tanpa kendali.

Setiap orang diciptakan oleh Tuhan dengan fitrah sebagai manusia yaitu memiliki kekurangan dan kelebihan. Dari mulai rakyat biasa sampai pemimpin tertinggi tidak lepada dari dua sisi ini. Maka sudah pasti setiap orang akan punya sisi buruk dan sisi baik.


"PENDIDIKAN HARUS MANGAJARI ANAK-ANAK UNTUK MENGHORMATI PEMIMPIN, KARENA PEMIMPIN DIANGKAT ALLAH ATAS DASAR KEBAIKAN YANG DIMILIKINYA". (MUHAMMAD PLATO) 
Satu hal yang harus dipahami oleh seluruh lapisan masyarakat, para pemimpin di lembaga tinggi negara pada hakikatnya adalah orang-orang terbaik. Dari mulai ketua RT sampai presiden dan anggota DPR, mereka adalah orang-orang terbaik. Tuhan telah menetapkan bahwa pada setiap kelompok masyarakat akan diangkat seorang pemimpin dari orang-orang terbaik di mata Tuhan. Ini adalah ketentuan mutlak dari Tuhan. Untuk itu, sikap seorang warga negara yang baik, absolut harus menghormati pemimpin.

Sebuah bangsa besar, berdaulat sudah pasti ditandai oleh warga negaranya yang menghargai dan menghormati pemimpin. Rendahnya kualitas sebuah bangsa ditandai dengan rendahnya penghargaan warga negaranya kepada seorang pemimpin. Sejak peristiwa kerusahan dan jatuhnya rezim Orde Baru tahun 1998, harga diri bangsa kita melorot jatuh ke titik nadir ditandai dengan rendahnya penghargaan masyrakat kepada pemimpin.

Tugas besar bagi dunia pendidikan adalah mengembalikan harkat martabat seorang pemimpin kepada posisinya. Tanpa melihat latar belakangnya semua orang yang ditakdirkan jadi pemimpin adalah orang-orang terbaik dihadapan Tuhan. Menjaga marwah bangsa adalah mempertahankan seluruh warga negara kepada para pemimpinnya. Upaya besar dalam dunia pendidikan karakter saat ini adalah memutus rantai generasi-generasi kualitas rendah yang tidak menghargai pemimpin, digantikan dengan generasi-generasi bermartabat tinggi dengan mengembalikan seluruh warga negara untuk menghargai pemimpin.

Menhgormati pemimpin adalah sebuah keharusan dan harus dilakukan tanpa syarat. Mengajarkan ini kepada peserta didik adalah pekerjaan berat. Mengajarkan warga negara untuk menghargai pemimpin dilakukan dengan melatih anak-anak didik untuk menjadi dan merasakan bagaiman beratnya menjadi seorang pemimpin.

Ketika berdiskusi dengan salah seorang wakil rakyat di tingkat provinsi, saya menyimak ternyata pemimpin kita memiiki kelebihan-kelebihan tersendiri. Kegagalan masyarakat dalam menghargai pemimpin, karena tidak mengenal dari dekat siapa pemimpinnya. Masyarakat terbawa suasana kebencian terhadap pemimpin karena teralu fokus pada sisi sisi buruk pemimpin yang diberitakan. Rendahnya penghargaam masyrakat terhadap pemimpin didasari oleh informasi informasi buruk yang ditampilkan di media massa tentang seorang pemimpin. Pengetahuan dari media massa akhirnya menjadi kolektif memori warga negara dalam memandang sama untuk seluruh pemimpin. Padahal jika kembali kepada fitrah manusia, maka tidak kecuali pemimpin, mereka pasti memiliki kekurangan seperti kita.

Masyarakat terlalu asik melihat keluar dirinya dan mereka lupa bahwa dirinya sama dengan pemimpin sebagai manusia yang memiliki fitrah tempatnya salah dan benar. Kita menjadi tidak sadar sedang merendahkan martabat bangsa sendiri dengan menghina dan merendahkan pemimpin, padahal kekurangan-kekurangan yang dituduhkan pada pemimpin sesunguhnya terdapat pada dirinya sendiri.

Pengajaran berat yang harus dilakukan dunia pendidikan adalah memberikan kesadaran pada anak-anak bahwa perbuatan menghina atau menghujat pemimpin merupakan suatu tindakan berkualitas rendah bagi seorang manusia, bertentangan dengan kehendak Tuhan.

Upaya yang harus dilakukan oleh dunia pendidikan adalah mengajarkan pola pikir positif bahwa siapaun pemimpin dia diangkat oleh Tuhan atas dasar kebaikannya, sekalipun kebaikan itu kadang tidak diketahui manusia. Siapapun manusianya, termasuk anak-anak di sekolah harus diajarkan memberikan penghormatan dan menjaga harga diri pemimpin. Mengapa? Karena pemimpin membawa nama baik kelompok, merendahkan pemimpin sama dengan meredahkan sekelompok orang. Jika yang direndahkan pemimpin kelompok kita, maka menghina pimpinan sama dengan menghina diri sendiri.

Bagi para pemimpin, seadil-adilnya pemimpin dia pasti memiliki kekurangan, bahkan lebih banyak kekurangannya. Seorang pemimpin tidak akan bisa memeprtanggungjawabkan kepemimpinannya di dunia dan akhirat. Seorang presiden tidak akan bisa berlaku adil, memperhatikan masyarakat sampai ke pelosok bumi dan seluruh makhluk hdanidup di dalamnya.

Seorang pemimpin sudah pasti banyak kekurangannya dari pada kelebihannya. Seorang presiden Indonesia harus mempertanggungjawabkan dihadapan Allah, wilayah seluas 1,095 juta km persegi, ditambah manusia, binatang, dan tumbuhan yang ada di dalamnya, tidak mungkin manusia dapat mempertanggungjawabkannya. Seorang kepala sekolah dengan luas wilayah 10.000 sd 30.000 meter persegi, sangat tidak mungkin bisa mempertanggungjawabkan tugasnya dihadapan Allah untuk mengelola manusia, tanah, bangunan, tumbuhnan dan binatang yang ada di dalamnya.

Seorang pemimpin harus adil terhadap alam, manusia, binatang, tumbuhan, dan jin sekalipun yang hidup di dalamnya. Bagaimana pemimpin daidili oleh Allah karena kucing terlantar, ayam tertabrak, dan tikus yang dipukul sampai mati. Bagaimana mempertanggungjawabkan dihadapan Allah dengan pohon yang kekeringan dan terbakar. Bagaimana pertanggungjawaban pemimpin dihadapan Allah dengan orang gila yang terlantar tidak ada yang mengurus, jalan jalan dipakai berjualan, sungai-sungai dipenuhi sampah? 

Untuk itu seorang pemimpin tidak akan ada yang layak mendapat surga jika tidak mendapat ampunan Allah. Maka tugas para pemimpin adalah berdzikir memohon ampunan Allah, mengingat kekurangan, keterbatasannya dalam menjalankan tugas menjaga keadilan. Hanya ampunan Allah saja yang bisa menyelamatkan para pemimpin.

Dzikir para pemimpin setiap hari adalah memperbanyak istigfar dan shalawat. Istigfar untuk memohon bantuan agar bisa keluar dari masalah, diberi solusi, mendapat ampunan dan mendapat rezeki dari arah tidak disangka. Memperbanyak shalawat untuk membersihkan dosa dan tetap didudukkan pada posisi tertinggi di sisi Allah. Setelah itu berusaha dan bekerja keras mewujudkan keadilan untuk kesejahteraan manusia. Wallahu’alam.

(Penulis Master Trainer Logika Tuhan)