Friday, October 11, 2019

HARAM CINTAI SUAMI

OLEH: MUHAMMAD PLATO

Untuk anak-anak muda mungkin cinta dimaknai sebagai kehendak rasa kepada lawan jenis. Mayoritas anak-anak memahami cinta adalah urusan sekitar asmara. Lalu cinta ini dikemas dalam bahasa-bahasa asmara yang puitis. Seolah-olah bahasa puitis itu sebagai ekspresi dari bahasa cinta. Sampai akhirnya orang-orang berkesimpulan bahwa cinta adalah sesuatu yang sulit diungkapkan. Pengertian cinta juga tereduksi menjadi sesuatu yang bersifat hubungan pribadi dan personal yang jangan sembarang diungkapkan.

Saya mencoba mengungkap menggali makna cinta dari Al-Qur’an, agar punya pemahaman lain dan merasa dekat dengan Allah. Saya berpendapat Al-Qur’an berisi petunjuk, maka dalam memahami sebuah konsep, Tuhan pasti memberi petunjuk dalam kitab-Nya. Informasi dari Al-Qur’an harus digali untuk mengungkap rahasia kehidupan.

Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Ali Imran, 3:31).


HARAM CINTAI ISTRI KARENA CINTA ITU HANYA TAAT KEPADA ALLAH (MUHAMMAD PLATO)
Berdasarkan ayat di atas ada beberapa kata kerja yang berkaitan dengan kata “cinta”. Secara berurutan yaitu,  “ikuti aku, mengaisihi, dan mengampuni”. Saya berpendapat bahwa kata-kata kerja ini menjadi petunjuk untuk memahami cinta.

Memahami arti cinta sangat penting, karena ekpresi cinta bisa dalam bentuk kemunkaran, yaitu jika cintanya bukan kepada Tuhan yaitu kepada makhluk. Cinta kepada makhluk bisa menjadi sebab timbulnya ekspresi-ekpresi buruk. Seseorang yang mencintai pasangannya bisa mendatangkan cemburu dan pembunuhan. Untuk itu, cinta harus kita pahami berdasarkan petunjuk dari Allah.

Kesalahan memahami dan mengekpresikan cinta bisa menyebabkan sifat-sifat buruk (bakhil). Sebagaimana Allah jelaskan, wa innahu lihubbil khoiri lasadiid (sesungguhnya dia sangat bakhil karena cintanya kepada harta). (Al ‘Aadiyaat, 100:80).

Konsep cinta harus dipahami dua sisi yaitu vertikal dan horizontal. Maka dari keterangan surat Ali Imran, cinta adalah taat kepada Allah (vertical) yang diimplementasikan dalam sikap mengasihi dan mengampuni kepada seluruh makhluk (horizontal).

Cinta itu hanya kepada Allah, sedangkan kepada makhluk hanyalah ekpresi cinta kepada Allah dalam wujud ketaatan. Ekpresi ketaatan kepada Allah dimplementasikan kepada makhluk dengan  mengasihi dan mengampuni. Setiap makhluk tidak layak dicintai, tetapi hanya berhak mendapat ekpresi cinta kita kepada Allah.

Hubungan sesama makhluk hanya sebatas saling mengekpresikan sifat Allah. Menikah adalah ekpresi manusia dalam mewujudkan cintanya kepada Allah. Menikah dengan lawan jenis adalah hubungan saling mengasihi bukan saling mencintai. Terjadinya rasa saling mengasihi bukan karena cinta, tetapi didasari oleh rasa saling mengampuni (memaklumi) kekurangan.

Setiap orang diciptakan sebagai makhluk pembuat salah. Orang-orang yang diliputi cinta dalam arti ketaatan kepada Allah tampil menjadi pribadi-pribadi yang selalu memberi ampunan atas kesalahan-kesalahan makhluk lain. Mengasihi dan mengampuni adalah sifat-sifat Allah yang dimiliki oleh orang-orang yang diliputi rasa cinta kepada Allah.

Pendengki, pemarah, penganiaya adalah ekpresi dari cinta kepada selain Allah, sehingga ekpresinya tidak dilandasi oleh ketaatan kepada Allah melainkan taat kepada selain Allah. Jangan mencintai Istri atau suami, karena cinta kepada makhluk sama dengan menduakan Allah. Jadi sudah dipastikan bahwa kata-kata atau ungkapan  cinta dari makhluk kepada makhluk adalah gombal, dan mengundang cemburu Allah.

Cinta adalah taat kepada Allah. Siapa yang cinta kepada selain Allah berarti dia taat kepada makhluk dan telah menduakan Allah, maka dia telah bersekutu dengan setan. Menduakan Allah adalah dosa tidak terampuni. Wallahu’alam.

(Penulis Head Master Trainer Logika Tuhan)

No comments:

Post a Comment