Sunday, January 19, 2014

ALQUR’AN ADALAH KITAB KUANTUM



Jika sebuah benda dibelah dicari sampai unsur terkecil, maka secara berurutan benda itu tersusun mulai dari molekul, atom, partikel, quanta, vibrasi energi. Pada level molekul, atom dan partikel, benda-benda itu masih bisa diamati. Namun pada level quantum dan vibrasi energi, benda-benda itu ada tetapi tidak tampak. Atas dasar itu, sebuah benda hakikatnya tersusun oleh benda-benda tampak dan benda-benda tidak tampak.

Penemuan baru ini, telah mengubah paradigma dalam melihat realitas. Tadinya ada sekelompok orang yang sangat yakin bahwa kenyataan itu adalah segala sesuatu yang dapat dilihat dibuktikan mata kepala sendiri, dan berwujud. Orang-orang ini diwakili oleh penganut aliran materialis. Bagi penganut aliran ini, segala sesuatu yang tidak berwujud tidak rasional. Untuk itu keyakinan kepada adanya Tuhan dianggap sebuah kebodohan, maka dari itu meraka cenderung Atheis.

Pandangan materialis muncul karena dari hasil penelitian semula, benda-benda terkecil yang mereka temukan masih bisa terlihat. Pada saat itu, penemuan benda terkecil baru sampai pada tingkat elektron. Sebelum ditemukan elektron, dulu sempat ramai dibicarakan bahwa tidak ada lagi benda terkecil selain atom. Ternyata atom masih bisa dipecah dan ditemukan elektron. Atom dan elektron adalah benda-benda terkecil, tapi  ini masih bisa dilihat. Pada tahap ini orang-orang materialis percaya bahwa sekecil apapun benda pasti bisa dilihat, atas dasar itu mereka masih yakin bahwa dunia ini materialis. Bagi mereka sesuatu yang benar-benar ada kalau sesuatu itu berwujud, dan bisa dilihat.

Orang-orang materialis lah yang diancam oleh Tuhan dalam hadis Nabi Muhammad SAW, yang intinya, “barang siapa memutuskan perkara dengan ra’yu nya (penglihatan) maka neraka jahanam tempatnya”. Maksudnya barang siapa membenarkan sesuatu karena sesuatu itu bisa dilihat, dia akan tersesat. Masuk akal, karena membenarkan sesuatu berdasarkan pada apa yang dilihat (dialami), akan menggiring manusia Atheis, karena Tuhan tidak dapat dilihat.

Setelah elektron dipecah, kini benda-benda terkecil itu tidak terlihat tapi saling berhubungan. Fisika kuantum seperti alam tidak tampak. Dalam dunia kuantum benda-benda itu dapat dipahami bukan karena bisa dilihat, tetapi dipikirkan. Mengapa demikian? Karena dalam dunia kuantum segala sesuatu tidak dapat dipahami kecuali dengan saling berhubungan. Dalam dunia kuantum, sesuatu itu bisa ada sekalipun tidak ada. Apa sebab? Dalam dunia kuantum, beradaan suatu benda, bisa menjadi sebab adanya benda lain tanpa harus benda lain itu bisa dilihat.

Berpikir adalah suatu proses hubung-menghubungkan dalam mencari makna realitas. Manusia tidak bermakna jika tidak ada manusia lainya. Maka, manusia paling bermakna adalah manusia yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya. Inilah dunia kuantum. Makna tertinggi keberadaan manusia, jika dihubungkan dengan Tuhan.

Al-Qur’an adalah kitab tentang dunia yang saling berhubungan (kuantum). Jika dilihat dari arti harfiah Al-Qur’an memiliki arti kata yang sama dengan hakikat dunia kuantum, yaitu saling berhubungan. Berikut saya sajikan beberapa makna Al-Qur’an dari Muhammad Kamil Abdushshamad (2003). Sedikitnya ada dua makna Al-Quran yang berhubungan langsung dengan hakikat dunia kuantum. Pertama, Al-Quran berasal dari kata yang mengandung makna, “menghubungkan sesuatu dengan yang lain”. Kedua, Al-Qur’an mengandung makna kata, “kaitan-kaitan”.

Faktanya di dalam memahami ayat-ayat Al-Qur’an, para ahli tafsir menggunakan metode ayat ditafsir dengan ayat lainnya, karena pada hakikatnya ayat-ayat dalam Al-Qur’an saling berkaitan. Ayat-ayat Al-Qur’an bisa juga ditafsir dengan menghubungkan dengan fenomena alam, dan dikenal dengan metode tafsir ilmu pengetahuan.

Jika kita bertanya apa sebab dunia ini saling berhubungan? Hakikat keterhubungan sebenarnya telah dikemukakan di dalam Al-Qur’an.  “Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang PADU, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?” (Al anbiyaa’:30).

Pola keterhubungan inilah yang penulis gunakan dalam mengembangkan logika Tuhan. Sesungguhnya master plan logika itu ada dalam ketentuan Tuhan, dapat kita temukan dalam kitab suci Al-Qur’an yang memiliki makna saling bekaitan atau kuantum. 

Salam sukses dengan logika Tuhan. Follow me @logika_Tuhan

1 comment: