Sunday, January 10, 2021

BANGSA JANGKRIK

OLEH: MUHAMMAD PLATO

Salah satu bangsa Jangkrik adalah merasa bahwa penjajahan adalah akibat ulah manusia yang menjajah manusia lain. Bangsa jangkrik selalu merasa bahwa dirinya adalah korban dari bangsa lain. Mental inferior menjadi penyebab sebuah bangsa menjadi bangsa jangkrik selama-lamanya.

Jangkrik adalah binatang kecil yang nasibnya selalu menjadi mangsa dan hiburan makhluk lain. Jangkrik diternak dikembangbiakkan, kemudian dijual untuk jadi pakan atau umpan untuk makhluk lain. Jangkrik juga dipelihara, diberi makan, untuk kemudian diadukan dengan jangkrik lain untuk sekedar hiburan. Jangkrik malang selalu jadi objek untuk kepentingan makhluk lain.

Jangkrik bunyinya nyaring, berbunyi ketika malam hari. Bunyinya membuat senang dan mengundang makhluk lain untuk memangsa. Sekalipun nyaring bunyinya, Jangkrik tidak jadi pengendali makhluk lain. Kemampuan jangkrik hanya berbunyi dan berbunyi. Jangkrik terus berbunyi nyaring tanpa disadari bahwa dirinya sedang diincar mangsa. Semakin nyaring berbunyi semakin menarik para pemangsa untuk memilikinya. Jangkrik selalu berisik dan berhenti ketika ada yang menggertak.

Sekalipun bunyinya nyaring dan sering berbunyi jangkrik tidak membuat dihormati dan ditakuti dihadapan bangsa lain. Jangkrik tidak pernah menyadari bahwa karena sering berbunyi menyebabkan dirinya selalu diketahui posisi dan keberadaannya. Jangkrik tidak menyadari karena bunyinyalah dirinya selalu berhasil ditangkap.

Jangkrik tampil menjadi kesatria tetapi lupa dirinya sedang dalam arena gladiator. Jangkrik bertempur mati-matian tetapi tidak sadar dia sedang dalam adu taruhan makhluk lain. Jangkrik tidak sadar bahwa dia sedang betempur melawan bangsanya sendiri. Jangkrik teriakannya lantang merasa sedang membela kebenaran, tetapi tidak sadar sedang menyebar kengerian dan kesedihan di tengah malam. Teriakan jangkrik tidak membuat dirinya terhormat tetapi hanya mengundang decak kagum makhluk lain, bahwa Jangkrik miliknya mengalahkan suara jangkrik lainnya.

Jangkrik selalu berada di atas kendali pemiliknya. Setelah sengit bertempur dengan tujuan tidak jelas, Jangkrik kembali masuk kandang kecil atau jadi pakan ternak. Jangkrik hanya berusaha tampil memesona dihadapan makhluk lain dengan mengembang-ngembangkan sayapnya. Jangkrik tidak mengenal kondisi dan situasi, setiap ada keleluasaan dan kebebasan, Jangkrik gunakan kesempatan untuk berbunyi nyaring memecah sunyi. Sekalipun suaranya jelas tapi tidak mengubah dirinya, dia tetap saja Jangkrik.

Teriak-teriak di tengah kedamaian malam sunyi adalah tingkah laku Jangkrik. Bangsa Jangkrik hanya bisa teriak dari dekat sarang dan kelompoknya. Jangkrik hanya bisa meloncat ketika ada bahaya mengancam, dan loncatannya tidak membuat dirinya maju tapi mundur. Jangkrik meloncat mundur, dan selalu berpikir mundur ketika ada serangan dan tantangan.

Senyaring-nyaringnya Jangkrik berteriak, tetap saja hidup Jangkrik di bawah kendali makhluk lain. Teriakan Jangkrik hanya retorika yang tidak pernah berbuat dan menjadikan dirinya ksatria. Jangkrik adalah makhluk yang nasibnya selalu tragis karena adu jangkrik. Jangkrik selalu sibuk bertempur dengan sesama. Bangsa Jangkrik adalah bangsa inferior yang selalu termakan isu-isu rencana besar makhluk lain. Bangsa Jangkrik selalu larut di atas rencana besar bangsa lain, dan tidak pernah punya rencana besar untuk bangsanya.

Jangkrik yang baik adalah Jangkrik yang menyadari sekalipun dirinya kecil dia harus punya rencana besar untuk umat manusia bukan hanya untuk diri dan bangsanya. Logika jangkrik yang baik dipandu oleh Tuhan Yang Maha Esa.

“Dan merekapun merencanakan makar dengan sungguh-sungguh dan Kami merencanakan makar (pula), sedang mereka tidak menyadari”. (An Naml, 27:50).

Jangkrik yang baik adalah Jangkrik Superior, Jangkrik yang punya kekuatan mengalahkan kekuatan besar sekalipun dirinya kecil. Jangkrik yang baik adalah yang memiliki pasukan kecil namun bisa mengalahkan pasukan besar. Hidup Jangkrik! Wallahu’alam.  

No comments:

Post a Comment