Friday, September 28, 2018

PESAN MALAIKAT MAUT DI MINGGU PAGI

OLEH: MUHAMMAD PLATO

Sebuah kebodohan besar jika peristiwa yang membuat luka batin menganga, tidak meninggalkan pesan bermakna untuk kehidupan. Hukumnya setiap kejadian akan meninggikan dan merendahkan kedudukan seseorang. Tafsir bagi orang-orang beriman setiap kejadian akan meninggikan kedudukan kita dihadapan Tuhan.

Kejadian singkat Minggu, tanggal 9 September 2018, meninggalkan berbagai hermeneutik (tafsir) dari dalam pikiran penulis yang bukan hanya akan terjadi pada penulis saja. Untuk itu penulis sampaikan beberapa hermeneutik dari kejadian tersebut untuk jadi pelajaran bagi penulis, umumnya bagi sahabat-sahabat tercinta dan para pembaca yang dirahmati Allah swt.

Kejadian yang menimpa anak kandung penulis, tanggal 9 September 2018 adalah teguran dari Allah kepada pribadi penulis, terhadap rentetan kejadian yang terjadi selama 18 tahun. Teguran sangat singkat terjadi di sampaikan malaikat maut. Dua hari dan menjelang ajalnya hanya kurang lebih delapan jam. Rentetan kejadian yang dilakukan penulis selama bertugas 18 tahun menjadi pendidik, kemudian ditegur Allah hanya 8 jam dan sangat mengesankan sampai menghasilkan multi tafsir dari sudut pandang penulis. Inilah kekayaan dan kreativitas Allah dalam memberikan pelajaran kepada makhluknya.


KAMI UCAPKAN TERIMAKASIH ATAS DOANYA, KEPADA KADISDIK PROVINSI JABAR, KACABDIN WILAYAH VI JABAR, MKKS SMA KBB, MKKS SMA KAB. CIANJUR, MKKS SMA PROVINSI JABAR, SMAN 1 CIBINONG CJR, SMAN 1 MANDE, SMAN 1 CIPEUNDUEY, IKA ALUMNI UPI, IKA ALUMNI SEJARAH UPI, PESANTREN ASSUYUTIAH DAN SEMUA REKAN TEMAN SEJAWAT. SEMOGA BAPAK IBU SEHAT SEJAHTERA DAN SELALU DALAM LINDUNGAN ALLAH SWT.  
Tafsir pertama; Kejadian minggu 9 September 2018 mengingatkan penulis pada suatu prilaku meremehkan dan kurang perhatian terhadap anggota keluarga. Dunia kerja yang menyita waktu, telah mengabaikan hak-hak anggota keluarga. Jika diprosentasekan perhatian ke keluarga, anak, istri, orang tua, kerabat, dengan ke dunia kerja, hampir 30 persen perhatian ke keluarga, dan 70 persen untuk dunia kerja. Panggilan anggota keluarga, dianggap gangguan terhadap dunia kerja, padahal mereka adalah amanah, dan penyuplai energi untuk penulis bisa bekerja dengan tenang.

Prilaku buruk bertahun-tahun ini, ternyata mengundang teguran keras dari Allah, dengan mengutus malaikat maut. Prilaku ini mengabaikan perintah Allah kepada penulis sebagai kepala rumah tangga yang senantiasa menjaga amanah anak (keluarga) sebagai titipan Allah, dan selalu berbakti kepada orang tua sebagai ketetapan Allah. Pelanggaran ini, sepertinya sepele tetapi masuk pada kategori pelanggaran besar dihadapan Allah swt.

Tafsir kedua; kejadian itu telah mengajarkan kepada penulis dalam hal ibadah. Selama ini, kegiatan-kegiatan ritual ibadah cenderung tendensi untuk harapan dunia, hingga menyepelekan masalah akhirat. Pikiran penulis tidak pernah seimbang memperlakukan dunia dan akhirat. Jika melihat perbandingan harapan dunia dan akhirat, prosentase itu seharusnya 38 persen harapan dunia dan 62 persen harapan akhirat. Kerja keras kita di dunia, harapannya bukan tendensi untuk dunia tetapi 62 persen harus untuk akhirat. Itulah kesimbangan hidup yang harus kita ciptakan dalam pikiran.

Prosentase pembagian kerja, bisa didapatkan mengacu kepada konstanta golden ratio yang dijelaskan Prof. K. H. Fahmi Basya dalam Flying Booknya di youtube. Konstanta Golden ratio 1,618 terdapat dalam seluruh struktur tubuh manusia dan alam. Perbandingannya adalah b/a = 1,618. Tepatnya nilai b adalah 3,236 dan a adalah 2. Maka 3,236/2 = 1,618.

Jika kita ubah dalam angka prosentase maka 3,236+2=5,236. Untuk itu kita dapat prosentase hidup manusia yaitu 2/5,236=0,38x100=38%, dan 3,236/5,236 = 0,62x100=62%. Sebagaimana kita ketahui bahwa kehidupan akhirat lebih besar dari kehidupan dunia. Prosentasenya adalah 62 persen kehidupan akhirat dan 38 persen kehidupan dunia. Dengan prosentase ini, tujuan hidup manusia akan mengalami keseimbangan dan itulah kehidupan sejahtera manusia di dunia dan akhirat.

Menurut Prof. K. H. Fahmi Basya, pemisahan urusan dipisahkan oleh Allah dengan bijaksana. Beliau merujuk kepada dalil dalam Al-Qur’an, “Padanya dipisahkan tiap urusan dengan bijaksana”. (Ad Dukkhan, 44:4).

Penulis mendapat pemahaman bahwa dalam menjaga keseimbangan hidup antara dunia kerja dan keluarga harus berada pada titik keseimbangan sesuai dengan konstanta, 1,618. Maka untuk menjaga keseimbangan antara dunia keluarga dan dunia kerja, prosentasenya adalah 62 persen perhatian untuk keluarga dan 38 persen untuk dunia kerja. Logikanya kita harus bekerja profesional menyelesaikan semua pekerjaan dengan cepat dalam prosentase 38%, dan sebagian besar  62% untuk menyelesaikan tugas membangun keluarga sejahtera. Untuk mewujudkan titik keseimbangan ini, dunia kerja harus dibentuk menjadi sebuah sistem kerjasama, profesional dan kondusif. Sebab jika kita tidak bekerja profesional maka yang malu adalah keluarga.

Dari 24 jam per hari, pemerintah hanya menuntut kerja delapan jam per hari selama lima hari. Jika kita prosentasekan, dunia kerja hanya menuntut 33 persen kerja per hari, dan sisanya sekitar 67 persen  bersama keluarga. Ditambah libur Sabtu dan Minggu, dunia kerja kita sudah memberi peluang kepada kita untuk membangun keluarga sejahtera.

Tafsir ketiga;  ibadah rutin kita sebagai wujud ketaatan kepada Tuhan tidak menjamin kita terbebas dari kesalahan, juga tidak akan terbebas dari ketetapan Tuhan bahwa manusia akan ditimpa kesulitan dan bencana. Ibadah rutin sebagai wujud ketaatan kepada Tuhan Yang Esa, menghindarkan manusia dari derita dan bencana bukan dalam bentuk fisik tetapi dalam bentuk ruhaniyah yaitu terbentuknya jiwa damai dan sejahtera. Inilah derajat tertinggi keimanan manusia kepada Tuhan yaitu terbentuknya jiwa-jiwa yang damai dan sejahtera, jiwa-jiwa yang selalu dirahmati Tuhan yang Esa, jiwa-jiwa yang merasa selalu dekat dengan Tuhan Yang Esa,  dalam menghadapi segala kejadian di muka bumi.

Tafsir ke empat; dosa batin lebih berbahaya dari dosa lahir. Dosa batin tidak terlihat secara kasat mata. Dosa batin hanya diketahui oleh Tuhan dan diri kita, yang bisa memperbaikinya adalah diri kita sendiri. Ada orang berzina, sekalipun manusia tidak mengetahui karena ditutupi, namun secara batin dirinya mengakui Tuhan mengetahui. Itulah contoh dosa batin.

Untuk mengobati dosa batin hanya kesadaran diri kita yang merasa selalu diawasi oleh Tuhan. Tanpa kesadaran ingat kepada Tuhan, dosa batin akan membawa kebinasaan manusia di dunia dan akhirat. Dosa batin meliputi dosa-dosa yang ada dalam pikiran dan hati manusia, sangat rahasia dan tersembunyi. Dosa batin bersarang dalam niat-niat jahat dan prasangka-prangka buruk manusia kepada Tuhan dan makhluknya. Dosa batin akan diperingati oleh Allah dengan luka batin yang lebih dahsyat dari luka lahir.

Dosa batin bisa menimpa siapa saja, tidak peduli orang berpangkat, berkedudukan, dan pemegang jabatan. Dosa batin bisa menimpa siapa saja, sekalipun manusia itu sudah mencapai derajat pemimpin atau ulama di hadapan manusia. Tidak ada manusia yang bisa luput dari dosa batin. Tidak ada manusia yang luput dari dosa dihadapan Tuhan. Maka dari itu tidak boleh merasa terbebas dari dosa karena ibadah-ibadah kita, kita harus merasa tetap waspada, mengoreksi pikiran dan hati kita dihadapan Allah swt.

Aktivitas lahir kita tidak akan dinilai baik oleh Allah swt. tanpa didasari oleh batin-batin yang taat kepada Allah swt.  Kelak Allah akan mengadili batin-batin manusia, dan yang lahir akan menjadi saksi-saksi kita. Semoga Allah melindungi batin kita tetap taat kepada-Nya. Itulah pesan Allah melalui malaikat maut di minggu pagi (Sunday Morning) untuk penulis, semoga bermanfaat.

Kami ucapkan terimakasih untuk para pimpinan, sahabat-sahabat,  dan kerabat semua yang telah berusaha menguatkan batin kami sekeluarga. Semoga kita semua berkumpul di syurganya Allah swt. Amin. Wallahu ‘alam.

(Master Trainer logika Tuhan) 

No comments:

Post a Comment