Sunday, February 3, 2019

SEKOLAH TINGGI TAPI IQ = 0

OLEH: MUHAMMAD PLATO

Menarik renungan Bertrand Russell, “manusia yang paling rasional itu adalah manusia di daerah tropis, yang dengan sabar duduk di bawah pohon pisang menunggu buah jatuh ke mulutnya”.  (Nataatmadja, 2001, hlm. 3). Russell sedang memperkenalkan pola berpikir cerdas yang sesungguhnya, yaitu berpikir supra rasional yaitu pemikiran yang dipandu dari pemilik alam semesta yaitu Tuhan Yang Maha Esa.

Masalah menarik untuk diteliti, pernyataan Nataatmadja (2001, hlm. 5), dalam bukunya berjudul Intelegensi Spiritual, menjelaskan bahwa dirinya tengah memberi penjelasan pentingnya mengubah pola pikir rasional dengan pola pikir intuitif, kepada para ilmuwan yang semakin banyak jumlahnya tetapi tetap memiliki IQ = 0 . Baginya menyadarkan para ilmuwan cerdas ber IQ = 0 adalah sebuah mission imposible.

Sama halnya, mengajarkan logika Al-Qur’an kepada ilmuwan cerdas tetapi IQ = 0. Lebih susah lagi mengajarkan logika Al-Qur’an kepada kaum agamawan yang telah mendapat kehormatan di kelompoknya dan dikultuskan sebagai pembawa kebenaran dan bersih dari kesalahan. Pengajaran sulit dilakukan kepada mereka yang menurut Hussein Alatas memiliki sifat bebalisme intelektual.

DARI DULU TUHAN ITU ESA, MANUSIA BER IQ=0 MEMBUAT TUHAN JADI BANYAK
Siapakah ilmuwan ber IQ = 0? Mereka adalah yang selama kurun waktu 14 abad lamanya belum bisa memahami makna Pena dalam surah Al-Alaq. Pena adalah segala ciptaan-Nya, seperti Air, sungai, udara, gunung, tanah, pohon, hewan, manusia, atom, molekul, bumi, dan seterusnya. Semua Pena itu bisa menulis, dan tulisan itu disebut prilaku yang bisa dibaca oleh manusia. (Nataatmadja, 2001, hlm. 4). Prof, Fahmi Basya, memberi tafsir bahwa Pena (Qalam) adalah logika, yaitu sebagai alat manusia untuk memahami atau belajar.

Mereka yang ber IQ = 0 adalah yang berpendidikan tinggi tetapi hanya focus membaca logika alam, tanpa menggunakan panduan dari Qalam (logika) yang diajarkan Tuhan. Pola berpikirnya cenderung pada kebenaran berdasarkan penglihatan dan fenomena-fenomena yang terjadi di alam. Pola pikirnya kaku dan cenderung egois, men-tuhan-kan manusia, serta menyepelekan sumber-sumber pengetahuan dari supra rasional yaitu kitab suci (Al-Qur’an).

Mereka juga ber IQ = 0, menebarkan kebencian dan perpecahan atas dasar perintah Tuhan dengan mengutip sebagian dari kitab suci Al-Qur’an. Mereka mengajak orang-orang fokus pada pendapat-pendapat manusia, pribadi dan golongan bukan mengajak tunduk kepada ketetapan Tuhan. Mengajarkan fenomena alam sebatas gejala alam, dan menciptakan teknologi untuk kesenangan dunia tanpa mengajarkan moralitas dari Tuhan untuk kesejahteran lahir dan batin.

Renungan Russell menjadi motivasi bagi kita bahwa logika rasional manusia dengan membaca alam tidak sepenuhnya menentukan segala kejadian, tetapi meyakini bahwa Tuhan, akan memberi kehidupan yang baik untuk manusia adalah kecerdasan supra rasional yang sepenuhnya menetukan. Intelegensi manusia yang selama ini mengutak ngatik logika rasional dan sekular belum dikatakan cerdas atau IQ = 0, karena tidak sampai memahami logika spiritual, logika supra rasional yang mengakui bahwa Tuhan sebagai penentu segala kejadian di muka bumi dan alam semesta.

Hukum kehidupan dari Tuhan ini sederhana,bisa dipahami oleh siapa saja dengan mudah. Pada prinsipnya Tuhan untuk semua. Kerumitan berpikir terjadi karena bercampur aduknya pemikiran rasional mausia dari alam, dan ketidakpahaman terhadap aturan logika supra rasional yang segala sesuatunya telah ditetapkan oleh Tuhan sejak Nabi Adam belum diciptakan.

Secanggih apapun teknologi kesehatan diciptakan, ujung-ujungnya pasti mati. Dari dulu cara hidup yang terbaik itu adalah berjihad di jalan Allah mencari penghidupan dunia untuk persiapan kehidupan akhirat. Lalu manusia IQ = 0 membuat pemikiran sendiri, memisahkan kehidupan dunia dengan akhirat. Semua nabi utusan Allah mengajarkan Islam, lalu manusia ber IQ = 0, memecah agama menjadi kelompok-kelompok dengan tuhan masing-masing. Pegangan hidup itu, Al-Qur’an dan hadis, namun manusia ber IQ = 0 menjadikan ahli-ahli kitab nya sebagai berhala sehingga mempertajam perpecahan.

Pendidikan mendasar itu, mengajarkan keesaan Tuhan dan keharusan berbuat baik terhadap sesama terutama kepada ibu bapak, namun oleh manusia ber IQ = 0 pendidikan diarahkan untuk menaklukkan alam demi kesenangan dunia. Semakin tinggi pendidikan,IQ = 0.  Wallahu ‘alam.

(Penulis Master Trainer logika Tuhan)

No comments:

Post a Comment