Oleh: Muhammad Plato
Kaya dan miskin bukan kondisi fisik seseorang. Kaya dan miskin adalah karakter manusia. Sebagaimana menurut Prof. Menachem Ali, kata Islam bukan merujuk pada orang, tapi pada substansi. Saya berpendapat, "isi Al Quran berbicara tentang karakter manusia".
Oleh karena itu, saya berpendapat kaya dan miskin bukan merujuk pada orang, tetapi merujuk pada substansi yaitu karakter seseorang. Kaya dan miskin tidak dilihat dari ukuran kepemilikan harta, tetapi dilihat dari karakter.
Ukuran kaya dan miskin berkaitan dengan kualitas manusia sebagai hamba Tuhan. Miskin dan kaya adalah buah dari karakter seseorang. Ahli psikologi uang mengatakan, "kekayaan bukan yang terlihat, kekayaan sesungguhnya yang tidak terlihat".
Al Quran mengungkap karakter-karakter manusia yang tidak dicintai Allah. Orang-orang yang dicintai Allah dialah orang-orang yang berkarakter kaya.
Awam melihat kaya dan miskin adalah sebuah kondisi material. Sesunguhnya banyak orang-orang kaya secara material, tetapi karakternya miskin. Sebaliknya, ada orang miskin secara materi tetapi karakternya kaya.
Karakter manusia sudah ditakdirkan Allah, namun demikian, dunia materi cukup berpengaruh pada karakter seseorang. Kapan akan dominan karakter itu muncul, pada kondisi material tertentu.
Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah, dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir, (Al Ma'aaru, 70:19-21).
Al Quran mengungkap dua sifat pada manusia yang disebabkan oleh kondisi material. Maka, orang kaya (kebcenderung kikir, dan orang miskin (kesusahan) cenderung suka berkeluh kesah.
Maka Allah mengemukakan obat yaitu, "bagi orang kaya dia harus bersedakah dan bagi orang miskin dia harus bersedekah".
"Hendaklah orang yang mampu memberi nafkah menurut kemampuannya. Dan orang yang disempitkan rezekinya hendaklah memberi nafkah dari harta yang diberikan Allah kepadanya. Allah tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan (sekedar) apa yang Allah berikan kepadanya. Allah kelak akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan." (Ath Thalaaq, 65:7).
No comments:
Post a Comment