Sunday, March 29, 2020

CORONA SAID, “TAAT PEMIMPIN WAJIB!”


OLEH: MUHAMMAD PLATO

Sahabat sekalian, jika kita berbicara tentang negara, kita bicara Corona di keluarga. Di dalam Al-Qur’an viral bahwa Corona adalah peringatan untuk tinggal dirumah. Kepada siapa perintah ini? Terutama pada kuam wanita khususnya istri. Jadi Corona itu berkaitan dengan posisi perempuan dalam sebuah rumah tangga.

Mengelola negara sama seperti mengelola keluarga. Dari keluarga-keluarga yang dikelola dengan baik akan lahir pemimpin pemimpin hebat. Jadi sahabat-sahabat sekalian, sangat logis jika ada orang mengatakan, “untuk menghancurkan sebuah negara, maka hancurkanlah kehidupan keluarganya”. Tabiat-tabiat dasar manusia akan dikembangkan pertama kalinya dilingkungan keluarga. Tabiat dasar manusia akan diaktifkan seperti menyalakan dan mematikan lampu. Jika yang dinyalakannya tabiat-tabiat buruk, maka dalam bermasayrakat akan hidup manusia-manusia bertabiat buruk. Jika dalam keluarga dinyalakan tabiat-tabiat baik, maka akan lahir orang-orang yang hidup bertabiat baik di masyarakat.

Dengan demikian, tampilan-tampilan televisi, video dan teks di media sosial, yang sudah masuk ke jantung-jantung hati keluarga, harus betul-betul mendapat perhatian dari para pemimpin. Hidup di abad industri 4.0 sekarang dibutuhkan pemimpin-pemimpin yang berani berkorban mengurus anggota keluarga mulai dari ngepel, nyuci piring, baju, dan menanak nasi, harus mau dan bisa melakukannya.

Kedudukan suami sebagai pemimpin dan istri sebagai yang dipimpin adalah sama. Kedudukan sama dilihat dari keberfungsian suami dan istri dalam mengelola keluarga. Kesamaan fungsi itu diarahkan untuk saling bekerja sama dalam mengelola keluarga. Namun dalam struktur organisasi, sebuah ketetapan dari Tuhan bahwa di dalam setiap organisasi harus ada struktur yang dasarnya bertingkat. Maka laki-laki mau tidak mau, sudah ketetapan-Nya bahwa dia menduduki sebagai Kepala Rumah Tangga.


Tuhan menetapkan laki-laki dalam struktur keluarga sebagai kepala keluarga dapat kita pahami faktor-faktor penyebabnya. Salah satu faktor penyebabnya adalah laki-laki tidak mengalami haid. Quraish Shihab menjelaskan, “pada masa haid perempuan mengalami ketidakseimbangan emosi. Tidak mungkin bagi seorang pemimpin selama 14 hari, dalam ketidakseimbangan emosi memimpin mengambil keputusan”.Sementara Nabi Muhammad saw mengajarkan jangan mengambil keputusan ketika marah (emosi tidak stabil).

Seorang pemimpin dalam keluarga, sekaligus menjadi imam dalam shalat. Jika pemimpinnya perempuan pasti ada masa-masa tidak bisa jadi imam, karena selama 7 sd. 14 hari mengalami haid. Kondisi ini juga menjadi alasan mengapa perempuan tidak jadi pemimpin dalam keluarga. Kepemimpinan laki-laki dalam keluarga memiliki kekuatan dari Allah, namun bukan untuk kesewenang-wenangan tetapi untuk menegakkan keadalian yaitu segala sesuatu harus berjalan atas dasar ketentuan Tuhan. Begitu besar ancaman bagi seorang pemimpin, namun begitu besar peluang kebaikan bagi seorang pemimpin. Kewajiban anggota keluarga untuk patuh kepada pemimpin keluarga, dijelaskan oleh hadis nabi yang memutlakkan ketaatan seorang istri kepada suami. Ibu adalah representasi dari warga negara yang baik yang selalu memberi contoh kepada anak-anaknya untuk selalu patuh kepada pimpinan.

Kehidupan keluarga adalah meniatur kehidupan bernegara. Keluarga adalah tempat pendidikan bagaimana seorang anak kelak menjadi warga negara yang baik. Faktor paling mendasar menjadi seorang warga negara adalah menghormati dan mentaati para pemimpin sebagai mana mereka berbakti dan menghormati kedua orang tuanya.  Maka dalam berbakai lembaga pendidikan, mata pelajaran tentang kewarganegaraan pelajaran penting yang harus terus disosialisasikan adalah mengajarkan anak-anak untuk menghormati dan mentaati para pemimpin. Kemajuan sebuah bangsa berkorelasi positif dengan ketaatan warga negara pada pemimpin.

Pada saat wabah Covid-19 tahun 2020 menyerang dunia, negara-negara dengan warga negara taat pada pemimpin, mereka lebih mampu menghadapi wabah. Indonesia sebagai bangsa yang tidak memiliki ketaatan pada pemimpin, lebih sulit mengendalikan wabah dan perlu perpanjangan masa Isoliasi samapi 2 kali 14 hari. Inilah pelajaran untuk bangsa Indonesia bahwa bangsa-bangsa yang sulit dikendalikan adalah bangsa yang tidak memiliki ketaatan kepada pemimpin.

Para penghulu agama termasuk tokoh-tokoh yang sulit dikendalikan, padahal mereka memahami bahwa taat pada pemimpin lebih utama dibanding membawa keputusan pribadi. Para penghulu agama, mereka nekat mengadakan kegiatan keagamaan yang menimbulkan keruman sementara Covid-19 menyerang disaat orang-orang berkerumun. Pemimpin sebenarnya membawa kepentingan orang banyak, apapun yang dilakukan pemimpin dibingkai oleh niat untuk kemaslahatan umat, maka siapa yang menentang atau tidak taat pemimpin maka dia telah ingkar kepada perintah Tuhan yang memerintahkan taat kepada pemimpin yang merupakan refresentasi pembawa keputusan hasil musyawarah.

Dunia Barat sedang menghadapi tahafut al falasifah, dan dunia timur sedang menghadapi tahafut al tahafut. (Nataatmadja, 2001, hlm. 137). Tahafut al Falasifah adalah kerancuan berpikir karena terlalu mengandalkan hukum alam. Tahafut at tahafut adalah kerancuan berpikir karena memahami hukum Tuhan dengan menjadikan guru-guru tafsir selain Nabi dan kitab-kitab selain Al-Qur’an sebagai tuhan sumber kebenaran. Semuanya terjebak mempertahankan kehendak dan pemikiran-pemikiran pribadi dan kelompok masing-masing. Maka jadilah masyarakat yang sulit dikendalikan.

Permasalahan dunia Barat dan Timur terletak pada kesalahan membaca. Mereka tidak membaca makna kebenaran dari Tuhan dari ayat-ayat Nya, melainkan kebenaran berdasarkan egoisme pribadi dan kelompok masing-masing. Maka dalam kondisi darurat umat manusia begitu sulit dikendalikan, kecuali mereka memiliki rakyat yang taat pada pemimpin dan pemimpin yang kuat melindungi rakyatnya. Corona itu ada di rumah setiap hari, yaitu ibu yang selalu mengajarkan, “taat pada pemimpin wajib! dengarkan apa yang diperintahkan pemimpin!” Wallahu’alam.

(Penulis Master Trainer Logika Tuhan)  

No comments:

Post a Comment