Friday, April 3, 2020

KEKUATAN PIKIRAN MELAWAN VIRUS CORONA

Oleh: TOTO SUHARYA

Pikiran punya pengaruh dengan kekuatan besar. “Pikiran menyebar, meluas, dan membuka data-data lama yang sejenis dengannya. Kemudian pikiran itu membuat anda konsentrasi kepadanya. Selanjutnya ia memengaruhi perasaan, sikap, dan hasil yang didapatkan.” (Ibrahim Elfiky, 2009, hlm. 42). Khalid Bin Walid yang dijuluki Pedang Allah dengan jumlah pasukan 40.000 dapat mengalahkan pasukan Romawi yang jumlahnya menurut para peneliti lima kali lipat  melebihi jumlah pasukan kaum muslimin. Khalid Bin Walid menguatkan pikiran pasukannya berkata; “katakana betapa sedikit tentara Romawi, betapa banyak pasukan muslimin. Pasukan itu makin banyak karena pertolongan Allah, dan sedikit dengan pengecut”. (Argoun, 2015, hlm. 446-455). Kekuatan Allah melalui pikiran telah mengakibatkan sekitar 120 ribu pasukan Romawi terdesak jatuh ke dalam lembah.

Kekuatan jiwa Khalid Bin Walid juga teruji ketika ditengah-tengah memuncaknya perang melawan Romawi, dirinya menerima sepucuk surat dari Khaifah Umar Bin Khattab tentang pemecatan dirinya sebagai panglima. Untuk sementara ia menyembunyikan dulu berita itu untuk menjaga kekuatan dan tatanan pasukan kaum muslimin sampai peperangan usai dengan kemenangan yang besar. (Argoun, 2015, hlm. 458-459). Ketika komandan pasukkan pindah kepada Abu Ubaidah, Khalid Bin Walid terus mendampingi Abu Ubaidah, memenangkan pertempuran demi pertempuran. Kahlid menjadi saksi penaklukkan Baitul Maqdis, dan menyaksikan perjanjian Umar Bin Khattab dengan penduduk Eliya.

Ibrahim Elfiky menjelaskan kisah Amir dan Emir, dua orang pegawai yang dipecat karena perusahaan mengalami defisit. Amir menerima pemecataannya dengan tangan terbuka karena kondisi begitu adanya. Amir juga berpikir dengan keyakinan Allah akan memeberikan rezeki dari pekerjaan lain. Setelah pemecatan, Amir terus melamar pekerjaan dan ditolak berkali kali, sampai akhirnya diterima bekerja di sebuah bank dengan level pekerja paling rendah. Dia terus bekerja dengan amanah sampai berhasil menjadi manajer. Sedangkan Emir sejak awal pemecatan dia mengutuk pemilik perusahaan sebagai orang yang tidak adil dan bijaksana. Emir telus mengeluh dan tidak bisa menerima kenyataan yang menimpanya. Waktunya dihabiskan untuk tidur dan nonton TV, sampai akhirnya dia mengalami stress dan berujung di rumah sakit jiwa.

Kisah ini memberi gambaran bahwa kekuatan pikiran dapat memengaruhi perasaan, sikap dan prilaku. Pikiran yang baik akan terus membawa pengaruh pada perasaan, sikap, dan prilaku menjadi baik. Sebaliknya pikiran buruk akan berdampak pada perasaan, sikap, prilaku dan bernasib buruk. Khalid bin Walid dengan pikiran optimis dapat mengalahkan 200.000 pasukan Romawi dengan kekuatan 40,000 pasukan.

Menabur pikiran atau gagasan adalah awal untuk meraih takdir. “Stephen R. Covey berkata, “taburlah gagasan (pemikiran), petiklah perbuatan, taburlah perbuatan, petiklah kebiasaan, taburlah kebiasaan, petiklah karakter, taburlah karakter petiklah takdir. (Agustian, 2002, hlm. xlviii). Pikiran menjadi kendali atas takdir apa yang kita inginkan.

Demikian juga bahaya Virus Corona bukan hanya berdampak pada kesehatan fisik belaka, tetapi meneror pikiran bangsa. Teror pikiran dari Virus Corona bisa melumpuhkan ekonomi bangsa berbulan-bulan dan sulit bangkit.  Maka teriakan warga China di Wuhan, “Wuhan Jiayou (Wuhan Bersemangatlah) adalah teriakan untuk melawan teror pikiran Virus Corona yang mulai menyerang mental-mental penduduk Wuhan di China. Di Maroko teriakan “Allohu Akbar” memenuhi malam ketika pemerintahnya melakukan kebijakan isolasi guna mencegah penyebaran Virus Corona. Teriakan-teriakan di Wuhan dan Maroko adalah upaya mencegah teror pikiran dari Virus Corona yang bisa melemahkan kekebalan tubuh bangsa.

Pikiran punya pengaruh dengan kekuatan besar. Dulu, Amerika Serikat sebagai blok liberal untu memenangkan perang dingin dengan blok komunis, tidak lepas dari kepiawaiannya mengendalikan pikiran masyarakat dunia dengan melakukan kontrol terhadap pola pikir dunia melalui tayangan-tayangan propaganda dan film-film di televisi. Nabi Muhammad saw ketika di dalam Gua Tsur bersama dengan Abu Bakar yang sedang ketakutan, menenangkan dengan menanamkan keyakinan dalam pikiran, “Allah akan menolong”. Pertolongan datang melalui seekor burung yang bersarang bertelur di mulut gua, dan sarang laba-laba yang masih utuh di mulut gua.

Itulah beberapa contoh kekuatan berpikir yang berpengaruh pada seseorang atau sebuah kelompok. Untuk itu, Al-Qur’an adalah kitab yang memandu bagaimana cara berpikir. Allah berfirman bahwa isi Al-Qur’an adalah petunjuk yang tidak boleh diragukan, dan isinya membawa kabar gembira. Mengisi pikiran dengan pola berpikir seuai petunjuk Al-Qur’an berarti mengisi pikiran dengan kabar-kabar gembira. Melalui kabar gembira akan lahir pola pikir optimisme, damai, dan sejahtera.

Dan tidaklah Kami mengutus para rasul itu melainkan untuk memberi kabar gembira dan memberi peringatan. Barang siapa yang beriman dan mengadakan perbaikan, maka tak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” (Al An-aam, 6:48). Inilah petunjuk di dalam AL-Qur’an bahwa dari semua kejadian, manusia harus mampu membaca kabar gembira dibalik kejadian. Tugas para pemimpim, guru, ulama, ustad, ilmuwan, memberi kabar gembira, dan peringatan dari balik kejadian, untuk membangkitkan optimisme yang bisa menaikkan imunitas tubuh dan melumpuhkan Virus Corona.

Tulisakan semua trauma datangnya Virus Corona ke dalam tulisan, agar menjadi kebaikan.  “Dr. Penebaker menjelaskan orang-orang yang menuliskan pikiran dan perasaan terdalam mereka tentang pengalaman traumatis menunjukkan peningkatan fungsi kekebalan tubuh dibandingkan dengan orang-orang yang menuliskan masalah remeh temah. (Hernowo, 2003, hlm. 41). Tulisan adalah kekuatan pikiran yang bisa mengubah Virus Corona menjadi virus yang dapat meningkatkan kekebalan tubuh masyarakat dunia karena semakin dekat dengan Tuhan. Wallahu’alam

(Head Master Trainer)

No comments:

Post a Comment