Wednesday, April 15, 2020

TUHAN TIDAK TAKUT LOGIKA

OLEH: MUHAMMAD PLATO

Buya Syakur berpedapat (https://www.youtube.com/watch?v=KGRBwsUGt9I 2/12/2019, diakses 13/04/2020) sampai kapan pun tidak akan pernah ada yang dapat membuktikan secara fisik Tuhan itu ada, dan tidak akan pernah ada argument yang memuaskan bagi siapapun bahwa Tuhan itu ada. Sebaliknya orang yang tidak percaya Tuhan, dia tidak bisa membuktikan bahwa Tuhan itu tidak ada. Inilah yang menghindarkan saya untuk berdebat tentang keberadaan Tuhan. Tapi saya membakukan dalam pikiran bahwa Tuhan itu harus ada. Wujudnya bagaimana imajinasi saya tidak cukup untuk membayangkannya.

Selanjutnya Buya Syakur mengeluarkan pendapat yang cukup menantang untuk diskusi, “Jangan takut untuk, berpikir Tuhan tidak takut dengan kecerdasan manusia. Ayat Al-Qur’an tidak menutup tafsir karena zaman mengalami perubahan secara berkesinambungan”. Pemikiran kelompok tertentu, fiqih adalah karya manusia, sumbernya dari Al-Qur’an.  Siapa yang menjamin paling benar, marilah kita berpikir sama-sama untuk menemukan kedamaian dan kesejahteraan manusia hidup di dunia. Tuhan senang digugat dan Tuhan akan melayaninya dengan senang, karena berpikir adalah perintah Tuhan.


Sebagaimana Nabi Ibrahim, Nabi Musa, mereka dalam kisahnya di dalam Al-Qur’an menggunakan logikanya menantang kepada Tuhan untuk membutikan bagaimana cara menghidupkan orang yang mati, dan membuktikan bahwa Tuhan itu berwujud.  Kisah-kisah menjadi tanda bahwa akan ada manusia-manusia yang menggunakan akalnya dan bertanya kepada Tuhan tentang sesuatu yang ingin diketahuinya.

Sependapat dengan pendapat Buya Syakur, masih banyak umat Islam yang belum berani berpikir bebas. Menurut Buya Syakur (https://www.youtube.com/watch?v=lghdZaFAVEg, 12/12/2019, diakses 15/04/2020) Fiqih adalah pemikiran orang per orang pada abad ke 7 dan 12. Belum ada lembaga yang mengesahkan pemikiran ini. Mengubah fiqih bukan mengubah agama, tetapi mengubah pemikiran orang. Tidak ada paksaan dalam agama, memaksanakan pemikiran, ajaran, adalah keombongan. Dahulu persaingan pemikiran, madzab, golongan, diwarnai oleh perebutan kekuasaan dibarengi dengan kesombongan.

Berpikir bukan milik golongan-golongan, aliran, bangsa atau suku, berpikir adalah perintah Allah di dalam Al-Qur’an. Jika ada orang melarang-larang berpikir, apa haknya? Allah saja memerintahkan. Tidak ada hak bagi setiap orang untuk mengkafirkan atau menyesatkan sebuah kelompok. Kafir dan sesat adalah urusan Allah yang menentukan. Tugas kita adalah saling memberikan pencerahan kepada semua orang berkaitan dengan implementasi ayat-ayat Al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari.  

Tembok besar yang menutupi keterbelakangan umat manusia sangat tebal. Untuk meruntuhkan tembok kebodohan ini butuh sulton (kekuatan), sulton ini hanya dapat dilakukan dengan memberikan pemahaman dengan santun, dan terus menerus mengetuk hati yang sudah menutup diri dari kebenaran untuk membuka pikirannya. Persaingan kekuasaan yang membawa ajaran agama telah mengotak-ngotakkan umat menjadi dua golongan beseberangan dan dipertahankan secara turun menurun.

Islam sebagai rahmat bagi seluruh alam hanya dalam tataran ideal yang tidak pernah diimplementasikan dalam kehdiupan sehari-hari. Mengafirkan, menyalahkan, mencurigai, orang-orang yang berbeda dengan kelompoknya masih diwariskan dan semakin mempertebal dinding kebodohan. Buya Syakur mengakui bahwa apa yang dilakukannya yaitu memberi pembaharuan dalam berpikir di dalam beragama, dari 1000 langkah yang harus ditempuh, dia merasa baru satu Langkah melakukannya. Di butuhkan banyak orang yang sudah tercerahkan dan berani untu menyamakan persepsi, berdiskusi, tanpa dibarengi dengan emosi.

Tulisan-tulisan yang saya tuliskan, tidak untuk mengubah agama, tetapi memberi sumbangan pemikiran dalam memahami ajaran agama, dengan memahami Al-Qur’an melalui petunjuk dan perintah  Allah yaitu berpikir. Siapa yang melarang-larang berpikir (berlogika) sementara Allah memerintahkan, lalu siapa yang akan Anda ikuti? Walalhu’alam.

(Master Trainer logika Tuhan)

No comments:

Post a Comment