Sunday, August 7, 2022

KAUM GENERALIS PEMERSATU UMAT

OLEH: MUHAMMAD PLATO 

Secara tidak sadar sebenarnya hidup kita sekarang sedang mewarisi budaya konflik dari umat terdahulu. Collingwood & Collingwood (1994) berpendapat, “the past survives in the present” artinya ada hubungan antara masa lalu dengan masa sekarang. Umat yang hidup sekarang adalah warisan dari masyarakat zaman dahulu. Sekarang dan masa lalu seperti dua sisi dari mata uang yang tidak terpisahkan.

Untuk memahami apa yang terjadi sekarang manusia harus belajar dari masa lalu. Jadi masa lalu bukan sekedar pengetahuan fakta, tapi pengetahuan tentang nilai-nilai hidup untuk menata kehidupan yang lebih baik di masa yang akan datang. Belajar dari sejarah merupakan bagian dari perintah Allah.

Dan apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu melihat bagaimana kesudahan orang-orang yang sebelum mereka, sedangkan orang-orang itu adalah lebih besar kekuatannya dari mereka? Dan tiada sesuatu pun yang dapat melemahkan Allah baik di langit maupun di bumi. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa (Fathir, 35:44).

Tujuan Kita Sama Bekerja Sungguh Sungguh
Menuju Tuhan Yang Esa

Berjuta-juta tahun yang lalu, karakter manusia itu bisa dibaca dengan belajar sejarah. Bangsa-bangsa yang merasa kuat pada akhirnya akan binasa karena prilaku manusia itu sendiri. Sebagaimana kuatnya sebuah bangsa, dia sifatnya hanya sementara. Hal itu sudah menjadi hukum sejarah atau takdir Tuhan.

Konflik antar umat beragama sudah terjadi sejak dahulu. Orang-orang yang taat pada Allah dalam ajaran agama tidak perlu khawatir dengan usaha-usaha jahat dari kalangan manusia. Bumi Allah sangat luas maka berhijrahlah dijalan Allah. 

Sejak dahulu konflik terjadi karena perbedaan pendapat. Memperhatikan pola pikir cara orang beragama saat ini, dapat disimpulkan menjadi dua pendekatan. Pertama spesialis dan kedua generalis. Kelompok spesialis adalah kelompok yang memahami agama dengan pendekatan tahapan-tahap hukum fiqih yang telah dikembangkan para pemikir agama terdahulu.

Kelompok spesialis yang memahami hukum-hukum agama berangkat dari kesadaran untuk menjaga kemurnian ajaran agama. Seiring dengan waktu, pendekatan spesialis menjadi dominan. Dominasi kaum spesialis melahirkan kekakuan-kekakuan dalam menyikapi perkembangan zaman, seiring dengan produk-produk hukum lama terus dipertahankan mengacu pada teks sunnah. 

Kelompok kedua adalah kaum generalis, kelompok kreatif yang cepat beradftasi dengan perubahan zaman. Kelompok generalis cenderung berpikir adaftif. Kelompok generalis menjadikan teks sunnah sebagai dasar pijakan pemikiran analogis. Pada pelaksanaannya dua pendekatan ini tidak bisa bertahan sendiri-sendiri.

Tidak ada yang benar 100 persen, karena Allah menciptakan manusia sempurna dengan dua potensi yaitu salah dan benar. Egoisme nafsu manusialah yang sering membuat pertikaian. Para pemikir spesialis dan generalis seperti pertentangan masalah bumi bulat atau datar. Dua-duanya punya argumen yang masuk akal namun kebenarannya hanya milik Tuhan Pencipta Alam.

Pemikir spesialis dan generalis harus menyadari tujuan bersama yaitu menyejahterakan umat manusia di muka bumi dan akhirat. Itulah yang bisa mempersatukan kita semua. Selain itu untuk menyatukan visi bersama, maka pemikir spesialis dan generalis harus sepakat untuk menjadikan kitab suci Al Quran sebagai sumber dan petunjuk berpikir. 

Al Quran sebagai ayat qauliyah dijadikan sebagai dasar untuk memahami ayat-ayat kauliah di kejadian alam dan fenomena sosial. Hakikatnya semua manusia sedang bergerak menuju Allah. Hai manusia, sesungguhnya kamu telah bekerja dengan sungguh-sungguh menuju Tuhanmu, maka pasti kamu akan menemui-Nya (Al Insyiqaaq, 84:6).

Berbantah-bantahan atas dasar pemikiran akal manusia adalah hal sia-sia. Sekalipun pikiran berbeda, namun dalam langkah kita harus menuju tujuan yang sama yaitu menuju keridhaan Allah. Apapun pemikirannya tujuan hanya untuk menuju Allah dengan berlomba-lomba berbuat kebaikan antar sesama umat manusia. Al Quran adalah kitab general petunnjuk berpikir untuk umat manusia.*** 

 

No comments:

Post a Comment