Monday, September 2, 2019

BERAGAMA TANPA ORGANISASI

OLEH: MUHAMMAD PLATO

Ustad Yahya Waloni mengatakan, “saya masuk Islam tidak masuk dan berlindung dibalik organisasi. Saya milik Allah dan biarkan Allah yang melindungi saya”. Begitulah inti pekataan Beliau. Lengkapnya bisa lihat ceramahnya di youtube. Penyataan Ustad Yahya Waloni menarik untuk kita bahas, karena pernyataan Beliau mengandung nilai ketauhidan.

Sebagaimana kita ketahui, fenomena perpecahan umat beragama diawali lahirnya organisasi-organisasi yang mengatasnamakan agama. Organisasi kemudian digunakan untuk tempat perlindungan. Akibatnya terjadi perbedaan pendapat dalam beragama dan merasa pemilik kebenaran hingga menyebabkan umat beragama terpecah belah.

Hemat penulis organisasi tidak digunakan untuk melegitimasi memaksakan kebenaran agama. Organisasi seharusnya digunakan untuk kepentingan muamalah dalam kehidupan dunia yang diridhai Allah. Contoh, organisasi dalam bidang ekonomi. Dalam sejarah Indonesia, para ulama mendirikan organisasi bernama syarikat dagang untuk menjaga kepentingan ekonomi untuk kesejahteraan umat.

Membaca pikiran Ustad Yahya Waloni, jika organisasi dijadikan sebagai alat legitimasi agama, akan menggeser Allah sebagai pemilik kebenaran. Nabi Muhammad saw menjelaskan agama Islam akan terpecah menjadi 73 golongan, dan hanya satu yang berada di jalan lurus yaitu yang taat menjalankan sunnah dan Al-Qur’an. Satu golongan akan tetap berada di jalan lurus adalah yang tetap berpegang teguh pada Al-Qur’an dan sunah, organisasi ini yaitu Islam.

Perdebatan tentang kebenaran agama yang mengatasnamakan organisasi menggiring umat menjadi terpecah belah dan saling mengkafirkan. Jika kebenaran milik Allah, maka organisasi manapun yang berpendapat tentang kebenaran tidak dapat memutlakkan pemilik kebenaran. Satu hal yang dapat kita identifikasi bahwa sebuah organisasi berada di atas kebenaran jika mereka berargumen atas dasar sumber kitab suci yang diyakini. Sikap yang harus kita miliki adalah saling menghormati dan menghargai.

BUKAN ORGANISASINYA YANG KITA JADIKAN DASAR KEBENARAN, TETAPI PENDAPATNYA YANG BERSUMBER DARI KEBENARAN (MUHAMMAD PLATO) 
Maka siapapun yang berargumentasi berdasarkan kitab suci (Al-Qur’an atau hadis) dia dianggap berada di atas kebenaran Allah. Jika terjadi perbedaan pendapat sekalipun dibeking oleh organisasi tidak menjamin kebenaran tersebut satu-satunya kebenaran milik Allah. Kebenaran yang kita tafsir dari Al-Qur’an sudah diintervensi oleh pemahaman manusia. Maka Allah mengajarkan tidak ada paksaan dalam beragama, kecuali mereka memahami karena terinspirasi mendapat hidayah dari Allah yang diilhamkan ke dalam pikiran dan hati manusia itu sendiri.

Memaksakan kebenaran atas dasar dukungan organisasi, mengkafirkan pendapat lain atas dasar organisasi tidak dapat dibenarkan karena pemaksaan dan pengkafiran terhadap kelompok lain, bukan kehendak Allah tetapi atas dasar ego pribadi yang terangkum dalam oganisasi. Ego pribadi atau organisasi akan menciderai ketauhidan kita kepada Allah, karena sudah merasa diri menjadi pemilik kebenaran dan diliputi sifat-sifat sombong sebagai mana sifat setan.

Untuk itu, Ustad Yahwa Waloni tidak mau berorganisasi semata-mata untuk menjaga kemurnian akidah dan menjaga perintah Allah agar umat tidak terpecah belah gara-gara mendukung organisasi, tetapi harus tetap bersatu dalam satu organisasi besar atas nama agama Islam.

Organisasi bisa menggeser akidah manusia menjadi tidak murni dalam ketauhidan kepada Allah. Sementara, tidak boleh ada yang mendominasi niat hati dan pikiran manusia selain Allah. Menjadikan oganisasi sebagai penjamin kebenaran, sama dengan mempersekutukan Allah dengan selain Allah, dan sama dengan dosa besar.

Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus. (Al Bayyin, 98:5).

Hanya Allah yang patut ditaati, yang memerintahkan shalat dan berbuat kebaikan kepada sesama manusia. Allah melarang bermusuhan, berpecah belah, saling hujat dan mengkafirkan. Semua harus menahan diri dengan menolak kejahatan dengan cara-cara yang baik, tidak menyakiti, dan menjaga perdamaian. Allah mengajarkan kepada semua manusia dan orang-orang beriman untuk menjadi rahmat bagi seluruh alam.

Sekiranya inilah penafsiran penulis terhadap argumen Ustad Yahya Waloni yang berislam tanpa beorganisasi. Beliau ingin menjadikan Islam sebagai satu-satu "organisasi", dan Allah sebagai pelindung hidupnya sampai maut menjemput. Beliau khawatir dengan berorganisasi akan mencederai keimanannya yang murni kepada Allah swt. Toh manusia ketika mati tidak akan dipertanggungjawabkan oleh organisasi, tetapi diadili atas dasar perbuatan hati, pikiran, dan perbuatannya sendiri selama hidup di dunia. Demikian penjelasan penulis semoga bermanfaat untuk kita semua. Wallahu ‘alam.

(Head Master Trainer)

No comments:

Post a Comment