Saturday, September 21, 2019

DAKWAH ATAU GHIBAH?

OLEH: MUHAMMAD PLATO

Dakwah itu sama dengan mengajar. Guru, ustad, kiyai, profesor, ulama, tugasnya adalah mengajar sebagaimana tugas para nabi. Untuk itu para pengajar adalah pewaris para nabi, karena memiliki tugas yang sama dengan nabi. Mengajar harus mengacu kepada cara-cara nabi. “Dan kewajiban kami tidak lain hanyalah menyampaikan (perintah Allah) dengan jelas". (Yasin, 36:17)

Materi mengajar sumbernya dari sunnah dan kitab suci Al-Qur’an. Siapapun orangnya, mau guru, ustad, kiyai, profesor, ulama, jika etika mengajarnya bertentangan dengan sunnah dan kitab suci, dia telah melanggar ketentuan Allah.

Bagi penulis mengajar atau dakwah adalah memberikan penjelasan tentang suatu kejadian, berdasar ketentuan dari Tuhan. Arifin dan Arifin (2019:80), menjelaskan tiga materi esensial yang dibutuhkan manusia dalam pengajaran yaitu, physical, intellectual, and spiritual (divine law, belief, ethics and moral character). Konten pengajaran tidak boleh menyalahkan pendapat orang lain, atau membenarkan pendapat sendiri. Pengajaran harus berisi penjelasan tentang suatu perkara yang dijelaskan berdasarkan ketentuan yang terjadi di alam dengan tinjauan yang bersifat holistik.

ISI DAKWAH ITU MENYAMPAIKAN KALIMAT-KALIMAT ALLAH BUKAN MENGHINA ATAU MERENDAHKAN MANUSIA LAIN (MUHAMMAD PLATO)
Mengajar juga tidak boleh memiliki tendensi menyudutkan pendapat orang lain, atau mengkafirkan kelompok lain. Mengajar tidak boleh menghina, atau merendahkan manusia satu dan yang lainnya. Pengajar harus selalu menjelaskan dan mengingatkan bahwa kebenaran milik Allah dan kesalahan milik manusia.

Mengajar adalah mengajak diskusi pada orang lain. Mengajak diskusi bukan mendoktrin orang lain supaya ikut pendapat kita. Tetapi memberi penjelasan logis berdasarkan ketentuan dalil dan kejadian alam secara holistik.

Diskusi berarti mengajak berlogika, berpikir sebab akibat merujuk pada dalil. Berlogika yang diharamkan adalah melepaskan dalil dan hanya terpaku pada kebenaran berdasar pembuktian di alam. Berlogika menurut tuntunan harus merujuk pada dalil dan menjelaskan semampunya agar bisa dipahami manusia di kehidupan nyata. Pengakuan benar dan tidaknya pengajaran tergantung pada yang diajari atas keyakinannya pada Tuhan. Hak yang diajari adalah berpikir menerima atau menolak apa yang dijelaskan berdasarkan pengetahuan yang dimilikinya.

Mengajar adalah menjelaskan dalil agar dipahami dalam kehidupan sehari-hari. Setelah dijelaskan, pengajar menyerahkan semua kebenaran kepada Tuhan, dan membiarkan orang-orang untuk berpikir memahami materi pengajaran dengan logikanya masing-masing. Perihal mereka mau membenarkan atau menyalahkan, itu urusan yang mereka dengan Tuhannya.

Pengajar tidak boleh memaksakan kebenaran hingga bertendensi mengajarkan kepada umat untuk merendahkan orang lain, dan tidak boleh memposisikan diri sebagai pemilik kebenaran. Pengajar hanya bisa menyampaikan pembenaran menurut pendapat pribadinya, dan tidak menjamin pendapatnya paling benar. Pengajar hanya bisa berdoa kepada Tuhan semoga pengajarannya memberi inspirasi dan membawa orang-orang yang diajarinya cenderung pada kebenaran milik tuhan, Allah swt. Wallahu’alam.

(Penulis Master Trainer Logika Tuhan)

No comments:

Post a Comment