Sunday, September 15, 2019

ADA PELAJAR TIDAK BERAGAMA

OLEH: TOTO SUHARYA

Dalam perkuliahan guru saya bercerita, “saya kaget mendengar pernyataan seorang mahasiswa. Awalnya dia bertanya bahwa beragama Islam tidak harus berbudaya Islam, karena ada budaya budaya lokal yang tidak kalah baik dari budaya Islam”. Ketika dijelaskan, mahasiswa it terus melakukan interupsi, hingga tidak mengerti bagaimana etika berdiskusi. Ketika ditanya, “agama anda apa?” Jawabannya, “saya tidak beragama”. Guru saya tertegun mengapa tidak beragama bisa hidup di Indonesia, karena Indonesia adalah negara ketuhanan.

Melihat tayangan diskusi Zakir Naik di Youtube, saya menyaksikan seorang mahasiswa dari Indonesia beragama Islam mengaku Atheis. Dia merasa ada atau tidak ada Tuhan tidak ada bedanya.

Asumsi guru saya, kasus mahasiswa tidak beragama adalah fenomena gunung es. Di permukaan terlihat sedikit, dan  yang tidak terlihat jumlanya sangat besar.

Kajian penulis, orang-orang bisa menjadi Atheis dilatarbelakangi oleh berbagai faktor. Faktor pertama adalah lingkungan keluarga. Penulis menemukan beberapa fakta bahwa anak-anak tidak disiplin shalat datang dari keluarga yang orang tuanya tidak begitu disiplin melaksanakan shalat. Kedua, lingkungan pendidikan. Pendidikan umum yang tidak berbasis keagamaan, tidak fokus mengajarkan ketauhidan, tetapi cenderung pada pelajaran ilmu alam dan sosial. Ketiga, kualitas guru yang kurang memberi teladan. Program-program keagamaan yang dirancang di sekolah secara masal, tidak antusias didukung guru, terutama guru yang berkaitan dengan bidang studi agama.  

Ketika penulis melakukan pendataan tentang kedisiplinan shalat bagi anak-anak muslim, angkanya hanya 40% siswa siswi yang melaksanakan disiplin shalat lima waktu. Di sekolah-sekolah umum jarang sekali ada program pendidikan yang mengontrol dan mengondisikan anak-anak untuk disiplin shalat lima waktu.

"Kesejahteraan dunia adalah penyebab manusia abai kepada Tuhan" (MUHAMMAD PLATO)
Keempat, faktor meningkatknya kesejahteraan hidup manusia, tetapi pendidikan agama kurang, sehingga mendukung eksistensi pola pikir materialis. Hasil survey Norris dan Inglehart, negara-negara sekuler yang tingkat kesejahteraannya tinggi, rata-rata penduduknya tidak percaya Tuhan. Ibnu Khaldun menemukan bahwa kekayaan menjadi faktor penyebab otak tumpul. Orang-orang yang hidup dipinggiran dengan kesederhanaan, lebih cerdas dibanding dengan kelompok masyarakat yang bergelimang kekayaan.

Kelima, teknologi informasi yang mengungkap berbagai macam pengetahuan dari berbagai latar belakang budaya telah melunturkan keyakinan anak-anak tentang ketuhanan, karena pondasi pengetahuan agamanya hanya dua jam per minggu. Selain itu, dengan kondisi masyarakat minat baca rendah, informasi yang diakses cenderung untuk mencari kesenangan, antara lain game, seks, dan hiburan. Pengetahuan agama semakin sedikit tersimpan dalam memorinya.

Kelima faktor di atas menurut penulis  bisa jadi penyebab munculnya pola pikir Atheis di kalangan pelajar dan mahasiswa. Solusi penulis adalah perlu memperkenalkan pendekatan keagamaan yang mengolah pola pikir. Nabi Ibrahim sebagai bapaknya para nabi, mengajarkan agama kepada umatnya dengan mengajak berlogika. Pola berlogika seperti Nabi Ibrahim, jika kita perhatikan hadis Nabi Muhammad saw, ternyata Nabi Muhammad pun menggunakan logika seperti yang dilakukan Nabi Ibrahim.

Logika yang diajarkan para Nabi adalah logika Tuhan, logika yang tetap menghadirkan Tuhan sebagai satu-satunya Rabb sebagai sebab yang harus disembah, dan inilah yang disebut jalan lurus. Pola pikir para nabi bisa di pelajari dan diajarkan bersumber pada kitab suci Al-Qur’an.

Penulis berencana, menawarkan mata kuliah logika yang isinya memperkenalkan logika Tuhan di sekolah atau kampus-kampus, untuk membentengi anak-anak dari sikap Atheis, dan meladeni para penganut Atheis untuk berdiskusi berargumentasi masalah ketuhanan. Upaya kecil ini telah dilakukan di sekolah-sekolah dengan mengadakan seminar-seminar tentang logika Tuhan. Semoga Allah mencatat sebagai amal baik di akhirat. Wallahu ‘alam.

(Penulis Head Master Trainer logika Tuhan)

No comments:

Post a Comment