Wednesday, February 12, 2014

PENYIMPANGAN AKIDAH TERJADI TIAP HARI

oleh: Muhammad Plato

Teman yang sudah melaksanakan Ibadah haji bercerita, “ketika berada di tanah suci Alhamdulillah dirinya sehat bisa melaksanakan seluruh rangkaian ibadah haji. Namun ada hal yang menarik, ketika sedang shalat di Masjidil Haram, dia berbarengan dengan seseorang yang terlihat sedang sakit flu. Dalam hati terlintas ucapan syukur di tidak sakit”. Lalu dalam pikirannya terlintas, dirinya tidak sakit, mungkin ini karena vaksin yang dilakukan sebelumnya”. Selang beberapa waktu, dirinya langsung diserang sakit flu.

Apa yang menarik dari ilustrasi cerita di atas? Mengatakan kita sehat karena vaksin yang kita terima adalah sebuah penyimpangan akidah, karena yang berhak menyembuhkan dan menyehatkan adalah Allah bukan vaksin, atau dokter yang memberi vaksin. Silahkan pikirkan, betapa banyak yang tidak kita sadari bahwa hampir setiap hari kita melakukan penyimpangan akidah.

Ketika kita ditimpa sakit, siapa yang kita harapkan dapat menyembuhkan penyakit? Hampir semua orang berharap kepada dokter. Ketika akhir bulan, hampir semua mengharapkan kelangsungan hidupnya kepada gaji bulanan. Hampir menjadi kebiasaan, semua kegiatan yang kita lakukan demi sejumlah uang. Bahkan ada yang berkomitmen jika ada uangnya semua lancar, tidak ada uang pekerjaan tidak jalan.


Tidak kita sadari, penyimpangan-penyimpangan akidah itu terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Harapan-harapan yang seharusnya tidak boleh kita alihkan kepada selain Tuhan, kita alihkan kepada dokter, gaji bulanan, dan uang. Bukankah semurni-murninya harapan harus kita gantungkan kepada Tuhan?

Sangat jarang ketika sakit, pikiran orang langsung tertuju pada Tuhan sebagai penyembuh. Banyak orang mati-matian membela haknya untuk dapat gaji bulanan yang belum dibayar sekalipun perusahaan bangkrut, Dia terus tekan perusahaan mati-matian karena harapan hidupnya dia gantungkan pada gaji bulanan. Jarang ketika masalah ekonomi menghimpit pikiran orang langsung kepada Tuhan yang maha pemberi rezeki.

Tiga orang murid datang menghadap, dan hampir setiap kata yang dikeluarkan menyalahkan orang lain, ketika program pendidikan yang diikutinya, tidak sesuai dengan harapannya. Ketika ditanya apakah Anda sudah memohon kepada yang Maha Perencana agar program ini berjalan lancar. Tidak satu orang pun mengaku pernah melakukannya.

Bagaimana mau hidup sukses, sementara harapannya digantungkan kepada program manusia, sementara Tuhan yang maha perencana dilupakan. Tiga murid saya ini adalah gambaran dari apa yang telah diberitakan Tuhan.

Manusia tidak jemu memohon kebaikan, dan jika mereka ditimpa malapetaka dia menjadi putus asa lagi putus harapan. (fushshilat:49)

Orang-orang yang berharap kebaikan kepada selain Tuhan, jiwanya sangat rapuh. Manakala ditimpa malapetaka, bencana, kegagalan, dia mudah putus asa dan lagi putus harapan. Mengapa demikian? Kenyataannya, makhluk selain Tuhan, semua yang hidup di alam semesta akan mengalami kematian. Ketika harapan digantungkan kepada selain Tuhan, maka selain Tuhan pasti mati. Ketika selain Tuhan yang tempatnya menggantungkan harapan mati, maka dia putuslah harapannya karena harapannya ikut mati.

dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.   (Alam Nasyrah:8)

Akidah yang lurus adalah yang seluruh aktivitas hidupnya selalu berharap kepada Tuhan untuk kebaikan hidupnya di dunia dan akhirat.

Ketika semua harapan sudah digantungkan kepada Tuhan, maka seluruh aktivitas kehidupan akan terkendali. Secara psikologis orang-orang yang menggantungkan harapan hidupnya kepada selain Tuhan, dia akan lebih agresif, mudah putus asa dan putus harapan. Hidupnya pun berlebihan dan lebih mengutamakan kepuasan-kepuasaan rasa estetisnya untuk kenikmatan diri sendiri.

Sebaliknya mereka yang menggantungkan harapannya kepada Tuhan, secara psikologis hidupnya akan lebih senang dalam kondisi hidup sederhana mengacu kepada batas-batas kebutuhan, dan kelebihan-kelebihan rezeki yang dimilikinya lebih cenderung ingin menggunakannya untuk kesejahteraan umat di jalan Allah. Bagi orang yang menggantungkan harapannya kepada Tuhan, seluruh kehidupan dunia dianggap sebagai sarana ibadah kepada Tuhan. 

Salam sukses dengan logika Tuhan. Follow me @logika_Tuhan

No comments:

Post a Comment