Saturday, July 20, 2019

MANUSIA BERKARAKTER DUNIA

Oleh: Muhammad Plato

Allah menciptakan dunia dan akhirat, dengan masing-masing karakternya. (Muhammad Plato). Manusia tidak dapat menemukan kemutlakkan dalam kehidupan dunia, jika dia tidak mengenal akhirat. Kematian adalah anugerah Tuhan untuk membebaskan manusia dari kehidupan dunia yang memperdayakan.  

“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barang siapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.” (Ali Imran, 3:185).

MANUSIA BERKARAKTER DUNIA CENDERUNG BERSENANG-SENANG SENDIRI MELAMPAUI BATAS (MUHAMMAD PLATO)
Manusia hidup dengan pola pikirnya dan ucapan adalah karakternya yang bisa terdengar dan terlihat. Dunia memiliki karaktertistik dan berbeda dengan akhirat. Manusia yang sudah terpengaruh dengan kehidupan dunia akan menunjukkan karakter-karakter dunia sebagaimana dijelaskan di dalam Al-Qur’an.

Memperdaya.


Manusia dengan karakter dunia, cenderung melakukan tipu daya, merencanakan jahat untuk keuntungan pribadi. Kehidupannya diisi dengan tujuan-tujuan kesenangan pribadi dengan mengorbankan kepentingan orang lain. “kehidupan dunia tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan” (Ali Imran, 3:185).

Sementara.

Manusia dengan karakter dunia, tidak memiliki komitmen tinggi. Pendiriannya tidak pernah ajeg, dan mudah berubah. Seperti kutu loncat, pendiriannya mudah berubah tergantung pada dimana tempat menguntungkan bagi dirinya. “Qul mata’uddunyaa qolilun = kesenangan di dunia ini hanya sebentar” (An Nisaa, 4:77).

Mengikuti Syahwat

Manusia dengan karakter dunia, mengikuti setiap keinginan hati yang cenderung pada kesenangan dunia. Kecintaannya pada harta melupakan kehidupan akhiratnya. Seluruh pergerakannya untuk kepentingan dan kecintaannya kepada dunia. Hitung-hitungannya berujung pada kesejahteraan dunia. Setiap pekerjaan diperhitungkan dengan keuntungan dunia dan sedikit sekali memikirkan akhirat. “Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga)”. (ali Imran, 3:14).

Menghinakan

Manusia dengan karakter dunia, cenderung menghinakan kedudukan manusia lain. Mereka memandang manusia berdasar pembendaharaan harta kekayaan. Tinggi rendahnya manusia dihadapan manusia berkarakter dunia, diukur dari kepemilikan harta dan benda. Semakin mewah kepemilikan benda, semakin tinggi derajatnya. “Tatkala mereka (kaum Yunus itu), beriman, Kami hilangkan dari mereka adzab yang menghinakan dalam kehidupan dunia, (Yunus, 10:98).

Menggembirakan

Manusia dengan karakter dunia menyukai pesta-pesta. Kegembiraan hidup tidak dapat mereka dapatkan kecuali dengan pesta. Semakin besar pesta diadakan semakin puas hatinya. Seluruh hidupnya diisi dengan pesta-pesta. Pesta-pesta pernikahan, khitanan, ulang tahun, diciptakan melebihi batas keawajaran. Pesta-pesta dinikmati sampai larut malam, berhari-hari, untuk kesenangan dirinya dan bukan untuk membahagiakan orang lain. “Mereka bergembira dengan kehidupan di dunia,” (Ar ra’d, 13:26).

Perhiasan

Manusia dengan karakter dunia menyenangi perhiasan. Mereka tampil di muka umum dalam berbagai macam aksesoris. Kendaraan dengan segala fasilitas dan kelengkapan yang hanya sekedar perhiasan. Rumah rumah dibangun besar dengan ukiran-ukiran yang hanya berfungsi sebagai kesenangan. Semakin langka, unik, perhiasan yang mereka miliki semakin senang hatinya. Ruangan interior rumah dihias dengan lemari-lemari yang memperlihatkan kemegahan, dan di isi dengan barang-barang antik yang harganya melebihi kebutuhan dasar hidup manusia. “Dan (Kami buatkan pula) perhiasan-perhiasan (dari emas untuk mereka). Dan semuanya itu tidak lain hanyalah kesenangan kehidupan dunia, dan kehidupan akhirat itu di sisi Tuhanmu adalah bagi orang-orang yang bertakwa”. (Az Zukhruf, 43:35).

Menghabiskan Rezeki

Manusia dengan karakter dunia menyukai belanja bukan untuk kebutuhan hidup atau berbuat baik pada orang lain, melainkan hanya untuk kesenangan semata. Barang-barang belanjaannya dikoleksi kemudian dipertontonkan untuk kesenangan. "Kamu telah menghabiskan rezekimu yang baik dalam kehidupan duniawimu (saja) dan kamu telah bersenang-senang dengannya; (Al Ahqaaf, 46:20).

Kafir

Manusia dengan karakter dunia akan melupakan balasan-balasan akhirat. Hati dan pikirannya tertutup (Kafir). Mereka tidak begitu percaya pada balasan-balasan kebaikan di akhirat. Bagi mereka dunia adalah kesempatan hidup satu-satunya yang nyata dan jangan disia-siakan dengan bersenang-senang. “Dan orang-orang yang kafir itu bersenang-senang (di dunia) dan mereka makan seperti makannya binatang-binatang”. (Muhammad, 47:12).

Permainan melalaikan

Manusia dengan karakter dunia senang permainan. Judi, sepak bola, touring, game online adalah permainan yang melalaikan. Manusia dengan karakter dunia, menyenangi permainan melebihi kebutuhan hidupnya. Mereka berteriak, memaki, saling benci, karena gagal dalam permainan. Manusia-manusia dengan karakter ini, menghabiskan uang untuk permainan. “Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan (la’ibun, walahwun), … Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu”. (Al Hadiid, 57:20).

Begitulah karakter-karakter manusia dengan keterikatan dengan dunia. Prilakunya bisa kita saksikan sebagaimana dikabarkan di dalam Al-Qur’an. Saya tidak menyinggung siapapun, tetapi hanya menyamapaikan apa yang ada dalam Al-Qur’an. Jika berkenan membenarkannya itulah dari Tuhan kita yang Esa, jika tidak berkenan mungkin ada kesalahan bahasa lisan yang kurang santun dari saya. Tulisan ini tidak bertujuan menggurui orang lain, tetapi untuk memeringati diri sendiri.

Tuhan mencitapakan dunia dengan karakternya bukan untuk dihindari, tetapi untuk diamnfaatkan sesuai dengan kadar kebutuhan yang wajar, atau tidak melampaui batas. Sesungguhnya Allah tidak menyukai kepada orang-orang yang melampaui batas. Hanya Allah pemilik kebenaran dan manusia tempatnya salah dan kekurangan. Wallahu ‘alam.

(Penulis Head Master Trainer)

No comments:

Post a Comment