Wednesday, May 5, 2021

FITNAH PADA AGAMA

OLEH: MUHAMMAD PLATO

Pesan Nabi Muhammad saw, agama itu awalnya asing dan akan kembali menjadi asing. Terorisme bukan untuk menyerang sekelompok agama, tetapi upaya sekelompok orang untuk mengkerdilkan peran agama dalam kehidupan masyarakat dan bernegara. Pertarungan ini sudah terjadi sejak dahulu antara orang orang pola pikir materialis dengan religius.

Agama adalah ajaran moral agar manusia bisa hidup berdampingan dengan damai dan sejahtera. Damai dan sejahtera adalah puncak yang ingin dicapai oleh orang-orang beragama. Peran agama menjadi terasing dari kehidupan dengan pola-pola pikir sekuler yang positivistik. Agama menjadi symbol-simbol dan ritual-ritual. Kultus individu, gelar, penampilan, bangunan, seolah menjadi tampilan baku dari ciri orang beragama. Agama telah kehilangan nalar karena nalar dianggap k kekafiran.

Nietzsche, (1844-1900) telah mengemukakan pemikirannya bahwa kelak manusia akan membunuh Tuhannya. Seorang mahasiswa dari fakultas hukum yang giat belajar filsafat menemukan bahwa Nietzsche tidak mengajarkan orang menjadi Atheis. Dia membantu menjelaskan bahwa dengan menjamurnya pemikiran-pemikiran ilmiah materialistik, suatu saat akan sampai pada titik bahwa sebagian besar manusia sudah tidak lagi menganggap Tuhan ada. Sekalipun hidup, Tuhan akan terpenjara di masjid-masjid, biara-biara, dan sinagog. Tuhan tidak ada di lembaga poitik, ekonomi, sosial, dan budaya. Pada akhirnya Tuhan tidak akan lagi hadir di rumah dan dunia pendidikan. Hubungan antar manusia menjadi transaksional karena berharap imbalan-imbalan material.

Penjelasan Nietzche bisa dipandang sebagai sebuah gambaran kekhawatiran melihat pesatnya pola-pola pikir manusia yang semakin materialistik. Pola pikir material yang dikampanyekan mealui sains dan teknologi informasi berhasil menjadi world view berpikir sebagian besar manusia. Agama yang mengajarkan keikhlasan, kejujuran, kedamaian antar umat manusia, difitnah sebagai penghambat kemajuan dan biang perpecahan.

Padahal menurut Ibn Khaldun dan Maududi (2000), “agama memiliki peranan besar dalam membentuk dan menegakkan sejarah kehidupan bangsa yang berperadaban”. Karen Amstrong mengatakan bahwa sejarah dunia semuanya tentang sejarah Tuhan sebagai pemilik alam semesta.

Penganut agama pun terpecah menjadi kelompok-kelompok yang saling berebut kebenaran. Pandangan-pandangan agamanya terjerumus pada keegoisan yang haus kekuasaan, dan kehormatan. Sumber ajaran agama bergeser pada penafsir-penafsir agama yang saling bergesekkan karena ingin mendapat pengakuan sebagai pemilik kebenaran. Ayat-ayat Tuhan digunakan untuk melegitimasi kekuasan dan kehormatannya.

Agama harus dikembalikan pada fungsi sesungguhnya. Agama diajarkan untuk memberikan pedoman atau petunjuk arah bagi kehidupan di dunia secara aplikatif bukan hanya sebatas ritual-ritual, simbol-simbol. (Agustian, 2002:xliv). Nalar agama harus kembali kepada ajaran sesungguhnya yang bersifat universal untuk memberi petunjuk pada umat manusia agar hidup damai dan sejahtera di muka bumi sebagaimana diajarkan pada para utusan-Nya. Agama adalah pembangun peradaban umat manusia.  

Kehadiran nalar dalam memahami agama sangat dibutuhkan sebagaimana Tuhan mengancam kepada mereka yang tidak menggunakan nalar dalam beragama. Nalar materialis yang cenderung telah menguasai nalar manusia, membutuhkan nalar religius bersumber pada pengetahuan kitab suci ajaran agama yang mengajarkan keseimbangan dunia dan akhirat dalam berpikir. Agama mengajarkan bagaimana manusia bisa hidup damai sejahtera di dunia dan diakhirat. Ritual-ritual ajaran agama apa bila dipahami dengan nalar sebenarnya mengandung pesan simbol-simbol bagaimana keteraturan hidup manusia di dunia yang kelak menjadi sebab kesuksesan hidup di akhirat.

Dunia dan akhirat bukan ruang dan waktu terpisah, melainkan suatu kontinum berkelanjutan menuju cita-cita hidup yang luhur menuju kembali kepada Tuhan. Taufik Pasiaq mengatakan ada Tuhan yang maha kreatif dalam setiap otak manusia. Tuhan selalu hadir untuk mensejahterakan manusia di manapun berada. Manusia Pancasila adalah manusia yang di dalam otaknya ada Tuhan sebagai pengendali hidup di dunia. Manusia Pancasila adalah manusia berakal Tuhan yang mempersatukan umat manusia dalam damai, dan selalu tampil menjadi manusia-manusia sejahtera di manapun berada. Wallahu’alam.  

No comments:

Post a Comment