Monday, May 3, 2021

FITNAH PADA AKAL

OLEH: MUHAMMAD PLATO

Akal adalah suatu peralatan rohaniah manusia yang berfungsi untuk membedakan yang salah dan yang benar serta menganalisis sesuatu yang kemampuannya sangat tergantung luas pengalaman dan tingkat pendidikan formal maupun informal. Jadi, akal bisa didefinisikan sebagai salah satu peralatan rohaniah manusia yang berfungsi untuk mengingat, menyimpulkan, menganalisis dan menilai apakah sesuai, benar atau salah. Namun, karena kemampuan manusia dalam menyerap pengalaman dan pendidikan tidak sama. Maka tidak ada kemampuan akal antar manusia yang betul-betul sama. (id.wikipedia.org/wiki/akal).

Berdasarkan definisi di atas, akal adalah sebuah benda, karena dikategorikan alat. Di organ tubuh manusia akal terletak di bagian otak. Jelas sekali cara kerja akal adalah berpikir antara lain menganalisis, menyimpulkan, dan menilai. Setiap otak manusia pasti dilengkapi akal karena setiap manusia berpikir seperti menganaisis, menyimpulkan dan menilai.

Dari sini bisa kita simpulkan siapapun orangnya yang melarang dan meremehkan kemampuan akal akan mengalami ketertinggalan dari kualitas kemanusiaannya. Allah merendahkan kualitas manusia yang tidak menggunakan akalnya. Manusia yang tidak taat pada Tuhan dikategorikan sebagai manusia yang tidak mau menggunakan akalnya.

“Dan apabila kamu menyeru untuk shalat, mereka menjadikannya buah ejekan dan permainan. Yang demikian itu adalah karena mereka benar-benar kaum yang tidak mau mempergunakan akal.” (Al Maa ’idah, 5:58).

Lebih tegas lagi manusia yang tidak mau menggunakan akalnya, akan ditimpa segala keburukan dalam hidupnya. Atas kehendak Allah, kebodohan, kemiskinan, perselisihan, perpecahan, akan menimpa umat yang tidak mau menggunakan akalnya.

Dan tidak ada seorang pun akan beriman kecuali dengan izin Allah; dan Allah menimpakan kemurkaan kepada orang-orang yang tidak mempergunakan akalnya. (Yunus, 10:100).

Maka yang berdosa bukan mereka yang menggunakan akal, tapi mereka yang menghalang-halangi digunakannya akal untuk berpikir. Banyak pendidik, penceramah, pendakwah berkata, agama tidak bisa dipahami akal seolah-olah hendak menghalang-halangi manusia untuk menggunakan akalnya dalam memahami agama. Padahal para pendidik, penceramah, pendakwah, mereka semua punya akal dan menggunakan akalnya. Orang yang menghalang-halangi orang menggunakan akal dia telah menggunakan akal, dan sekaligus tidak berakal.

CARA KERJA AKAL   

Akal berfungsi untuk membedakan mana yang salah dan mana yang benar, serta menjelakan apa-apa yang belum dimengerti, sebagai mana di dalam Al-Qur’an dijelaskan.

“Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Al Qur'an itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan  yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman.” (Yusuf, 12:111).

Ukuran kebenaran yang didapat oleh akal sangat tergantung pada sumber pengetahuan yang diperoleh. Secara garis besar ada dua sumber pengetahuan yang diciptakan Allah, yaitu pengetahuan alam dan pengetahuan yang diturunkan Allah kepada para utusan berupa wahyu. Dua sumber pengetahuan ini menghasilkan dua konsep kebenaran yaitu kebenaran empiris dan kebenaran wahyu. Akal akan menghasilkan perbedaan kesimpulan jika pengetahuan yang didapatnya berbeda sumber.

Akal bekerja dengan rasional menggunakan pola berpikir sebab akibat. Akal bisa bekerja  jika ada pengetahuan yang diolahnya. Jika akal mengolah pengetahuan alam akan menghasilkan kebenaran rasional empiris (alam). Jika akal mengolah pengetahuan alam yang ada dalam pengetahuannya maka akal akan menghasilkan kebenaran rasional. Cara berpikir akal tidak terpisah, dia bersifat holistik karena alam adalah wahyu Tuhan dalam bentuk fisik.

Jika akal mengolah pengetahuan wahyu akan menghasilkan kebenaran rasional religius. Jika akal mengolah pengetahuan wahyu yang ada dalam pengetahuannya akan menghasilkan kebenaran rasional mistik.

Jika akal bekerja menggunakan kekuatannya dalam mengolah pengetahuan tanpa menggunakan pengetahuan alam, akal hanya berimajinasi. Selanjutnya jika akal bekerja menggunakan kekuatannya mengolah pengetahuan tanpa pengetahuan wahyu, akal telah menciptakan takhayul.    

Pengetahuan sains jika diolah akal tanpa bukti rasional dari pengetahuan alam maka sains hanya menghasilkan imajinasi. Ajaran agama jika diolah akal tanpa bukti rasional dari pengetahuan wahyu, maka agama akan jadi takhayul.

Kebodohan akal kaum intelektual adalah menggunakan akal hanya untuk mengolah pengetahuan alam dan menafikan pengetahuan wahyu sebagai sumber petunjuk kebenaran. Sebaliknya kebodohan akal kaum agamawan adalah menafikan pengetahuan alam sebagai sumber pembuktian kebenaran-kebenaran wahyu peningkat keimanan.      

Untuk itu dimana letak salahnya akal? Kesalahannya ada pada kelemahan dalam memahami sumber pengetahuan. Akal dibiarkan bekerja tanpa petunjuk dari Tuhan. Akal dibiarkan bekerja tanpa ketaatan pada Tuhan. Seharusnya akal diajak bekerja untuk meng-Esa dengan Tuhan. Seharusnya akal diajak berserah diri menyatu dengan akal Tuhan Yang Maha Mengetahui yang tersembunyi maupun yang lahir. Fitnah terbesar adalah ketika akal dibenci sebagai penyebab kemunkaran, sementara Allah memurkai orang-orang yang tidak menggunakan akal. Wallahu’alam.  

No comments:

Post a Comment