Friday, June 7, 2019

TEOLOGI MUDIK

OLEH: MUHAMMAD PLATO

Menyaksikan berjuta-juta kendaraan roda empat dan roda dua dijalanan, seperti melihat migrasi besar-besaran burung dan Bison. Jika melihat fenomena ini dan melepaskan egoisme kita sebagai manusia, memang benar pada hal-hal seperti yang dikatakan oleh Ibnu Arabi, pada manusia ada prilaku yang sama dengan kebinatangan. Memang kita, pada dasarnya mewakili berbagai sifat-sifat yang ada pada binatang.

MUDIK ADALAH TARIAN KOLOSAL REPRESENTASI MANUSIA KEMBALI KE ASAL
Pulang kampung atau mudik bukan hanya di Indonesia, di negara negara lain pun sama. Di Malaysia, Tiongkok, Bangladesh, Korea, India, Turki, Arab Saudi, punya tradisi mudik, mereka juga manusia punya rasa rindu kampung halaman dan orang tua. Namun mudik di negara-negara lain tidak seheboh budaya mudik di Indonesia karena kita termasuk negara dengan jumlah muslim terbesar di dunia.

Mudik adalah reprentasi kembali ke asal. Konsep kembali ke asal di dalam kitab suci Al-Qur’an dijelaskan dalam berbagai ayat. “Maka Maha Suci (Allah) yang di tangan-Nya kekuasaan atas segala sesuatu dan kepada-Nya lah kamu dikembalikan”. (Yasin, 36:83). Mudik bisa jadi adalah gambaran ruhaniah bagaimana berbondong-bondongnya jiwa-jiwa manusia kembali kepada Tuhannya. “kemudian kepada Allah-lah kamu kembali,” (Al An’aam, 6:60). Asalnya dari Allah kita akan kembali kepada Allah.

Ada tempat tiga tempat kembali di dunia yang jadi representasi kembali ke asal.  Pertama tanah kelahiran. Tanah kelahiran selalu menjadi ikatan untuk kembali karena bagian dari asal. Kedua, orang tua (ibu). Rahim ibu sebagai tempat asal, untuk itu ibu jadi daya pikat untuk kembali. Ketiga, tanah kuburan. Siapapun manusianya, akan kembali ke tanah.

Mudik adalah fenomena sosial sebagai tarian kolosal manusia, tarian spiritual tahunan untuk mengingatkan manusia, kita semua akan kembali kepada sang Pencipta. Sebagaimana tarian sufi  yang berputar-putar sebagai bentuk ketundukkan alam semesta kepada ketentuan Tuhan.
Selamat mudik salam buat semua keluarga dikampung. Jangan lupa berbagi dengan tetangga dikampung, harta terbaikmu yang dibagikan bukan dipamerkan. Wallahu ‘alam.

(Penulis Head Master Trainer)

No comments:

Post a Comment