Oleh: Muhammad Plato
Jika dibanding makanan, pengetahuan seperti makanan. Pengetahuan memiliki nutrisi yang bisa meningkatkan kualitas pemikiran, berdampak pada tindakan-tindakan yang membawa manfaat bagi manusia.
Sedikitnya, para ahli pikir dari Finlandia mengatakan, pengetahuan yang baik harus memiliki tiga nutrisi, yaitu to know, to do, dan to value. Pengetahuan yang baik membawa pesan kepada penerimanya menjadi tahu tentang sesuatu.
Setelah dari apa yang telah diketahuinya penerima pesan harus bisa mengetahui apa yang harus dilakukannya (to do). Pengetahuan yang dimilikinya bisa menjadi pengetahuan yang mendorong seseorang berprilaku baik atau sebuah keterampilan hidup.
Ketika seseorang telah tahu sesuatu, dan mengerti apa yang harus dilakukannya, orang itu mengetahui dan menerima manfaat dari yang diketahuinya (to value).
Di era teknologi informasi, manusia harus punya keterampilan memilah pengetahuan. Bukan hanya pengetahuan yang mengandung kebenaran, tetapi pengetahuan tersebut bisa membawa seseorang pada kehidupan bahagia.
Kasus, Genosida pada masyarakat Palestina yang sampai saat ini belum berakhir, menjadi reflleksi besar untuk umat manusia, bahwa selama ini kita telah mengonsumsi pengetahuan yang tidak bermanfaat untuk kesejahteraan manusia.
Pengetahuan empiris dan rasional berdasarkan pada alam dan hasil pemikiran manusia, telah membawa petaka bagi kehidupan manusia. Pengetahuan itu tidak berhasil melahirkan manusia-manusia berprikemanusiaan. Peradaban dunia sedang menuju kehancuran.
Seperti diprediksi oleh Fritjop Capra, dunia barat saat ini sedang berada di puncak dan menuju kehancuran. Arnold Toynbe mengatakan sebuah peradaban akan mengalami rise and decline. Barat mau tidak mau, suka tidak suka, akan menerima takdir yang sudah ditetapkan Tuhan.
Siklus jatuh bangunnya peradaban dijelaskan dalam kitab suci Al Quran. Pola siklus itu kita pahami dengan urutan: binasa, teguh, binasa, teguh (generasi baru). Peradaban timur sedang bangkit menjadi generasi baru yang akan diteguhkan.
Apakah mereka tidak memperhatikan berapa banyaknya generasi-generasi yang telah Kami binasakan sebelum mereka, padahal (generasi itu), telah Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi, yaitu keteguhan yang belum pernah Kami berikan kepadamu, dan Kami curahkan hujan yang lebat atas mereka dan Kami jadikan sungai-sungai mengalir di bawah mereka, kemudian Kami binasakan mereka karena dosa mereka sendiri, dan kami ciptakan sesudah mereka generasi yang lain. (Al An'aam, 6:6).
Puncak kehancuran peradaban Barat, ditandai dengan menurunnya penghargaan pemimpin-pemimpin peradaban pada rasa kemanusiaan. Mereka kehilangan rasa cinta kasih pada sesama manusia. Egoisme sebagai bentuk ketuhanan pada diri sendiri mendorong sika mereka lebih mengutamakan kekayaan dan kekuasaan dari pada nyawa manusia.
Rasionalisme yang dibangun bersama empirisme telah mengantarkan manusia menjadi gila kekuasaan dan harta benda. Sifat-sifat kemanusiaan telah menghilang dari jiwanya. Cepat atau lambat takdir Tuhan sudah ditetapkan.
Di era informasi dengan berjuta-juta informasi yang bisa kita akses, pengetahuan menjadi barang tidak berharga. Kecerdasan manusia era informasi adalah mampu memilih pengetahuan seperti makanan yang akan dikonsumsi. Pengetahuan yang akan dikonsumsi harus memiliki tiga nutrisi yaitu to know, to do dan to value (kesejahteraan umat manusia).***
No comments:
Post a Comment