Sunday, August 31, 2025

NASIONALISME RELIGIUS INDONESIA

Oleh: Muhammad Plato

Nasionalisme religius adalah rasa kebangsaan berdasarkan pada nilai-nilai universal dalam ajaran agama. Indonesia dengan ideologi Pancasila merupakan negara berlandaskan pada nasionalisme religius. Sila ketuhanan yang maha esa menjadi dasar pembentukkan nasionalisme masyarakat Indonesia.

Nasionalisme religius Indonesia bersumber pada masing-masing agama yang dianut, antara lain; Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha, dan Konghucu. Nasionalisme religius di Indonesia menjadi kesadaran hidup untuk bersatu, berdasarkan pada nilai-nilai universal yang terkandung dalam agama masing-masing.


Ebook https://lynk.id/mastershopi

Konsep nasionalisme merupakan sikap hati, pikiran, ucapan, dan tindakan, yang mengarah pada semangat persatuan Indonesia seperti tertuang dalam sila ketiga dalam ideologi Pancasila. Nasionalisme religius telah berkali-kali menyelamatkan Indonesia dari perpecahan. 

Islam sebagai agama paling banyak dianut oleh bangsa Indonesia, menyuguhkan esensi konsep nasionalisme dalam Al Quran. Dalam konsep nasionalisme, Islam tidak dipahami sebagai kelompok tapi sebagai ajaran kemanusiaan universal. 

"Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu bermusuh musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah orang-orang yang bersaudara;.." (Ali Imran, 3:103).

Bangsa Indonesia memahami bahwa persatuan dan kesatuan bangsa adalah nikmat yang diterima dari Allah. Semangat kebangsaan bangsa Indonesia merupakan bagian dari ketaatan warga negara kepada Tuhan, karena Tuhan melarang umat manusia bermusuhan dan bercerai berai.

Menurut Benedict Anderson bangsa sebagai "komunitas terbayang". Dalam konteks bangsa Indonesia terjadi karena kesamaan rasa identitas kolektif, di dalamnya bukan hanya karena kesamaan historis, tapi kesamaan sebagai warga negara yang taat kepada Tuhan, karena Tuhan mengajarkan tentang hidup damai, saling berdampingan, dalam kesejahteraan.

Dalam nasionalisme religius, rasa kebangsaan merupakan "persatuan hati" yang  mengutamakan rasa persaudaraan sebagai hamba Tuhan. Dalam menjaga persaudaraan antar manusia, masyarakat berpedoman pada perintah-perintah Tuhan.

"Hai orang-orang yang beriman janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain boleh jadi mereka lebih baik dari mereka dan jangan pula wanita-wanita (mengolok-olok) wanita-wanita lain (karena) boleh jadi wanita-wanita (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari wanita (yang mengolok-olok) dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan janganlah kamu panggil memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan ialah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barang siapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang dzalim." (Al Hujuraat, 49:11).

Tuhan mengingatkan bahwa saling menghujat, meredahkan, dan mencaci antar kelompok, sesungguhnya merupakan tindakan merugikan diri sendiri. Selanjutnya, dalam menjaga persatuan dan kesatuan, Tuhan melarang menyebarluaskan berita-berita bohong, gosip, dalam bentuk prasangka-prasangka buruk yang tidak berbasis data dan fakta.

"Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebahagian kamu menggunjing sebahagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang." (Al Hujuraat, 49:12).

Dalam membangun persaudaraan lintas suku, agama, bangsa dan negara, Tuhan memerintahkan untuk saling kenal mengenal, dengan membangun hubungan saling tolong menolong, bertukar informasi, berkerjasama dan berniaga untuk saling memenuhi kebutuhan hidup.

"Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal." (Al Hujuraat, 49:13). 

Inilah konsepsi dasar nasionalisme religius bangsa Indonesia, sebagai rasa nasionalisme dalam lindungan Tuhan Yang Maha Esa. Nasionalime religius bangsa Indonesia telah mendapat ujian-ujian berat dalam sejarah. Peristiwa-peristiwa kelam masa revolusi fisik tahun 1945, pemberontakan PKI tahun 1965, kerusuhan tahun 1998, telah berhasil dilalui.

Nasionalisme religius merupakan ciri khas nasionalisme bangsa Indonesia yang berlandaskan pada Pancasila. Nasionalisme religius bukan nasionalisme sempit pada kelompok agama tertentu, tapi nasionalisme inklusif mengambil nilai-nilai persatuan dan kesatuan dalam setiap ajaran agama.***

Tuesday, August 19, 2025

SEJARAH YANG BENAR?

Oleh: Muhammad Plato

"Sesungguhnya ini adalah sejarah yang benar, dan tak ada Tuhan selain Allah; dan sesungguhnya Allah, Dia-lah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana." (Ali Imran, 3:62).

Jadi, kisah sejarah manusia bukan tentang siapa manusianya tetapi tentang apa yang dilakukan manusia. Oleh karena itu, kisah Firaun bukan tentang siapa, tetapi apa yang dilakukan.   

Kisah sejarah manusia berisi tentang ketaatan manusia pada Tuhan dan tentang ketaatan manusia pada dirinya. Kisah sejarah manusia berisi tentang dua perilaku manusia. Pertama, kisah manusia berperilaku buruk karena taat pada dirinya. Kedua, kisah manusia berperilaku baik karena taat pada Tuhannya. Dua kisah ini setiap tahun dan abad, timbul tenggelam silih berganti.


Ebook Sukses Dengan Logika Tuhan: https://lynk.id/mastershopi

Kisah Firaun yang terjadi kurang lebih 3300 tahun lalu, kini muncul dalam kasus Genosida rakyat Palestina. Kisah Genosida rakyat Palestina berisi kisah manusia berkuasa yang hanya taat pada dirinya. Pemimpin negara dengan kekuatan militer diseluruh dunia, menjadikan dirinya tuhan sebagai pemegang nasib kehidupan manusia.  

Genosida terhadap rakyat Palestina adalah peristiwa masa lalu yang berulang sama seperti yang dilakukan Firaun 3300 tahun lalu. Firaun adalah gelar bagi pemimpin-pemimpin negara adidaya, yang punya kekuasaan mutlak, dan mengaku dirinya tuhan.

Maka dia mengumpulkan (pembesar-pembesarnya) lalu berseru memanggil kaumnya.  berkata: "Akulah tuhanmu yang paling tinggi". (An Naazi'aat, 79:24).

Kisah sejarah manusia dari masa ke masa sebenarnya bercerita tentang manusia, penguasa, dan masyarakat yang taat pada Tuhan dan membangkang pada Tuhan. Manusia yang taat pada Tuhan menjadi pemelihara, dan manusia pembangkan pada Tuhan menjadi perusak.

Maka tujuan pelajaran sejarah, bukan semata-mata mengenalkan fakta, tapi mengambil pelajaran apa akibat dari setiap perbuatan manusia. Hukum dasar kehidupan yang dapat dibuktikan dalam pelajaran sejarah adalah prilaku baik mendapat kebaikan, prilaku buruk mendapat keburukan. Inilah fakta-fakta hukum sejarah yang harus diajarkan.

"Barang siapa yang datang dengan (membawa) kebaikan, maka baginya (pahala) yang lebih baik daripada kebaikannya itu; dan barang siapa yang datang dengan (membawa) kejahatan, maka tidaklah diberi pembalasan kepada orang-orang yang telah mengerjakan kejahatan itu, melainkan (seimbang) dengan apa yang dahulu mereka kerjakan. (Al Qashash, 28:84).

Kisah-kisah sejarah ditulis hendaknya memberi penjelasan, pelajaran, tentang perbuatan baik berakibat baik dan perbuatan buruk berakibat buruk. Kisah peperangan sesungguhnya peperangan yang terjadi dalam jiwa manusia dalam usaha mengendalikan sifat-sifat baik dan buruk agar tidak melampaui batas.***

Sunday, August 10, 2025

SURAT PENGINGAT PERANG

Oleh Muhammad Plato

Surat Al Qaari'ah berisi tentang dahsyatnya hari kiamat. Surat ini turun ketika Nabi Muhammad berada di Mekah. Pada saat itu Nabi Muhammad belum memiliki pengikut banyak. Surat ini terdiri atas 11 ayat, tidak ada makna perang dalam surat Al Qaari'ah. Tapi mengapa ada beberapa guru agama mengatakan surat ini berisi tentang perang?  

Setelah ditelusuri, memang benar dari sebelas ayat dalam surat Al Qaari'ah tidak ada satu ayat pun yang spesifik berbicara tentang perang. Ulama klasik lebih fokus menjelaskan tentang terjadinya hari kiamat sesuai dengan teks.

Ada beberapa ulama tafsir menjelaskan surat Al Qaari'ah secara priskologis dan retoris. Sayyid Qutb berpendapat “Al-Qāri‘ah menghadirkan bayangan kedahsyatan akhirat, sebagai pukulan psikologis bagi kaum musyrik yang menolak kebangkitan.” Fi Zhilalil Qur’an, Tafsir Al-Qāri‘ah.

Quraish Shihab berpendapat kata Al-Qāri‘ah adalah simbol “pukulan keras” terhadap jiwa manusia. Surat Al Qaari'ah adalah suara yang keras menggugah manusia agar sadar dan tidak terus lalai. Ini bukan hanya berita, tetapi peringatan mendalam. — Tafsir Al-Mishbah, Surah Al-Qāri‘ah.

Kiai-kiai tradisi memberikan alasan surat Al Qaariah sebagai surat perang dengan mendemonstrasikan jurus silat dan pernapasan. Dalam demonstrasi, gerakan silat di dalam Surat Al Qaari'ah diakhiri dengan gerakan dua tangan melakukan dorongan ke depan sebagai simbol serangan bertenaga dalam.

Pendapat saya lebih pada pendekatan psikologis emosional, berdasarkan pada hadis Nabi Muhammad saw, "Kalian telah pulang dari sebuah pertempuran kecil menuju pertempuran besar. Lantas sahabat bertanya, “Apakah pertempuran akbar (yang lebih besar) itu wahai Rasulullah? Rasul menjawab, “jihad (memerangi) hawa nafsu.” (HR. Al Baihaqi).

Di dalam Surat Al Qaari'ah ada penjelasan bahwa, "Dan adapun orang-orang yang berat timbangan (kebaikan) nya, maka dia berada dalam kehidupan yang memuaskan. Dan adapun orang-orang yang ringan timbangan (kebaikan) nya, maka tempat kembalinya adalah neraka Hawiyah. (Al Qaari'ah, 101: 6-9).

Keterangan di atas, jika dikaitkan dengan hadis tentang "perang lebih besar", penjelasan ayat 6-9 dalam surat Al Qaari'ah berkaitan dengan medan perang psikologis dan emosional yang harus dihadapi manusia dalam kehidupan sehari-hari. Perang itu harus dihadapi oleh setiap jiwa manusia.

Hal ini diperkuat oleh Al Quran bahwa jiwa manusia tercipta dari dua sifat yaitu fujur  (negatif) dan takwa (positif). "dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya," ( Asy Syams, 91:7-8).

Surat Al Qaari'ah merupakan surat pengingat tentang siapa pemenang perang dan memberi motivasi pada orang-orang yang selalu berbuat baik. Setiap orang menghadapi peperangan karena sifat buruk dan baik yang dimilikinya. 

Peperangan abadi itu ada dalam setiap jiwa seseorang. Peperangan terjadi dalam rangka menjaga agar berat timbangan perbuatan baik lebih berat dari perbuatan buruk. Perang besar ini melibatkan pikiran dan emosi agar selalu positif sehingga bisa melahirkan perilaku hidup baik setiap hari sampai akhirnya mati dalam ajal yang baik.***