Sunday, December 14, 2025

APA SEBAB KEJATUHAN BANGSA?

Oleh: Muhammad Plato

Penyebab kejatuhan peradaban bukan karena serangan bangsa luar. Sebab kejatuhan peradaban akibat kemapanan dan kesenangan. Kehidupan nyaman membuat kehilangan daya juang untuk bertahan hidup. 

Dalam kisah jatuhkan kekuasaan Spanyol Islam, Alkhateeb (2016) mengisahkan penduduk Andalusia merasa senang, terlena, dan tidak ingin meninggalkan kenyamanan hidup untuk mempertahankan Spanyol Islam. Kelesuan penduduk merambat ke pemerintahan. Pada saat itu konflik perebutan kekuasaan di antara keluarga umum terjadi.

Pada tahun 1009 Bani Umayyah jatuh, persatuan politik Andalusia tenggelam dalam lumpur perebutan kekuasaan dan perang sipil. Orang-orang Islam membayar orang kristen untuk menyerang dan melemahkan orang Islam. Dalam situasi mendorong tumbuhnya militer dan ekonomi Spanyol Kristen.


Paus Innocent II menyerupkan perang salib pan-Eropa. Di bawah pimpinan Alponso VII dari Castile menyerang, mengakibatkan 100 ribu korban perang dari kubu muslim. Masjid agung berubah menjadi katedral Katolik dengan kapel raksasa di tengah bangunan.

Sejak berkuasa Spanyol Kristen, penduduk Spanyol yang tadinya mayoritas muslim dipaksa untuk masuk Kristen. Penduduk yang sukarela masuk kristen mendapat hadiah emas dan yang tidak mau mereka mendapat pelecehan dan ancaman hukuman mati. 

Dari kisah sejarah, Allah memerintahkan kepada umat manusia untuk belajar. Dosa adalah ketidaktaatan manusia pada prinsip-prinsip ketuhanan. Kekuasaan menjadi rebutan bukan tanggungjawab menuju kehidupan damai dan sejahtera.  "Katakanlah: "Berjalanlah kamu (di muka) bumi, lalu perhatikanlah bagaimana akibat orang-orang yang berdosa." (An Naml, 27:69).

Ketika sebuah peradaban bangsa akan hancur yang pertama Allah cabut adalah kenikmatan hidup. Salah satu bentuk kenikmatan hidup yang dicabut Allah dari sebuah bangsa adalah rasa persatuan. Faktor pertama sebuah bangsa bisa hidup tentram dan damai adalah rasa persatuan. Ketika nikmat rasa persatuan dicabut, maka kedamaian dan kesejahteraan akan hilang. 

Maka Allah memerintahkan untuk memegang teguh kepada umat manusia untuk tidak berpecah belah. Rasa persatuan yang ada dalam setiap hati manusia adalah nikmat yang diberikan Allah untuk sebuah bangsa. 

"Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu bermusuh musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah orang-orang yang bersaudara;..." (Ali Imran, 3:103).

Kekacauan dalam jangka waktu lama akan melahirkan kekuatan, dan kenyamanan dalam jangka waktu lama akan melahirkan kelemahan. Untuk mempertahankan kejayaan bangsa dibutuhkan pemimpin yang mampu menjaga persatuan. 

Lahirnya pemimpin yang bisa mempersatukan bisa dilihat dari cara suksesi kepemimpinan suatu bangsa. Pergantian pemimpin harus melalui musyawarah untuk menghasilkan mufakat. Selanjutnya kemampuan seorang pemimpin yang mempersatukan teruji dari kemampuannya dalam mensejahterakan masyarakat. 

Lahirnya pemimpin dari cara-cara kekerasan atau kudeta, tidak akan melahirkan rasa persatuan. Kepemimpinan yang lahir dari cara kekerasan atau kudeta, akan melahirkan pemberontakan tidak berkesudahan. 

Menjaga peradaban sebuah bangsa merupakan upaya para penguasa untuk tetap setia pada nilai-nilai ketuhanan. Ketika para pemimpin bangsa mengabaikan nilai-nilai ketuhanan, sedikit demi sedikit kejayaan bangsa akan terus turun menuju jurang kehancuran. 

Bukan serangan bangsa luar, bukan karena bencana alam sebuah peradaban hilang, tapi karena perilaku-perilaku pemimpin peradaban yang sudah tidak peduli pada tata nilai hidup dari Tuhan yang esa. Ketika dunia fana menjadi tujuan hidup para penguasa, maka rasa kemanusiaan dan kepedulian pada alam hilang seiring dengan hilangnya kejayaan sebuah peradaban.***  

No comments:

Post a Comment