Sunday, June 8, 2014

CARA AKTIVASI OTAK KANAN

Oleh: Muhammad Plato

Jika kita membandingkan antara otak kanan dan otak kiri, diperkirakan potensi kekuatan yang dimiliki oleh otak kanan 100.000 kali lipat dari kekuatan yang dimiliki otak kanan. Sekarang ini pentingnya pendidikan berbasis otak kanan disuarakan secara jelas, kursus-kursus yang bertujuan mengembangkan kemampuan bayi-bayi pun berkembang pesat karena untuk melatih otak kanan tidak diperlukan hal khusus. (Haruyama:2014)

Haruyama seorang penulis buku “Keajabiban Otak Kanan”, memberi kesaksian bahwa dengan memfokuskan pada otak kanan, hidup lebih sehat dan menyenangkan. Haruyama punya pendapat berbeda dengan teori-teori sebelumnya, Beliau berpendapat bahwa otak kiri adalah otak yang mengelola dan mengendalikan kebutuhan dan perasaan senang maupun tidak senang. Singkatnya, kegiatan emosional yang tadinya dianggap fungsi otak kanan, Haruyama berpendapat ada di otak kiri.

Saya setuju dengan pendapat Haruyama. Sikap baik atau buruk seseorang ditentukan oleh pengetahuan yang dimilikinya. Coba saja anda pikirkan, pada saat kita akan mengambil keputusan, sekecil apapun keputusan tergantung pada pengetahun yang kita miliki. Pengetahun yang ada dalam kepala, akan diolah oleh otak kiri dengan berpikir sebab atau akibat.

Contoh, jika anda ditipu orang. Pengetahuan yang lazim dimiliki oleh setiap orang adalah rugi. Pengetahun jika kena tipu rugi, pengetahuan itu bersumber dari alam (empiris). Logika empiris berlaku sebab akibat instan. Saat itu terjadi, saat itu pula akibatnya diterima. Rata-rata orang terjebak dengan logika isntan dari pengetahuan empiris.

Jika di tipu pengetahuannya rugi, maka emosi yang akan muncul adalah negatif. Marah, kesal, ingin menghukum si penipu, dan tindakan pun bisa brutal. Menyiksa, membakar, dan menganiaya si pelaku.

Sebaliknya ada pengetahuan lain, “jika ditipu justru kita untung”. Pengetahuan ini di dapat bukan dari logika alam (empiris). Pengetahuan ini di dapat dari logika non empiris, bersumber dari pengetahuan yang sudah ada dalam otak milyaran tahun yang lalu. Secara ilmiah Haruyama mengatakan bahwa pengetahuan ini terdapat dalam otak kanan. Dalam struktur pembagian otak, bagian otak yang menyimpan informasi milyaran tahun yang lalu, terdapat pada bagian otak reptil. Haruyama menyebutnya otak nenek moyang. Pengetahun ini sering disebut oleh kebanyakan orang sebagai pengetahuan instingtif. Pengetahuan instingtif yang sudah ada sejak milyaran tahun lalu, tersimpan dalam gen manusia.

Kebanyakan orang berpendapat tindakan-tindakan instingtif bukan digerakkan oleh logika. Padahal, tindakan instingtif itu bersumber dari pengetahuan yang tersimpan dalam gen, dan yang memberi pertimbangan spesifik sampai menjadi tindakan adalah otak kiri. Maka dari itu tindakan instingtif pada hakikatnya adalah tindakan logis yang sumber pengetahuannya dimiliki manusia dari non empiris.  

Saya punya pandangan, jika pengetahuan empiris sumbernya dari logika alam, maka logika non empiris bersumber dari pengetahuan yang tersimpan di dalam otak milyaran tahun lalu. Pengetahuan yang tersimpan dalam otak milyaran tahun lalu, sumbernya bisa kita gali dari kitab-kitab suci yang pernah diturunkan kepada para Nabi dari berbagai agama yang pernah ada.

Sehubungan dengan turunnya kitab suci kepada para Nabi dengan masa sekarang cukup panjang, yang jadi permasalahan adalah sulit membedakan antara kitab suci yang otentik wahyu Tuhan, atau rekayasa tangan manusia. Semua kitab suci yang dimiliki oleh kaum beragama saat ini, dianggap sebagai wahyu otentik, ketika ditanya apa bukti keotentikannya tidak pernah ada kata sepakat.

Jarak yang paling dekat antara kita dengan turunnya wahyu kepada seorang Nabi adalah kitab suci Al-Qur’an yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. Jarak antara wahyu dengan kita, hanya 1400 tahun. Dibanding dengan kitab-kitab suci agama lain, kitab suci agama Islam merupakan kitab terbaru yang masih bisa digali keotentikannya, mengingat jaraknya belum begitu lama. Bukti-bukti sejarah turunnya Al-Qur’an, proses penyusunan, secara historis masih bisa kita gali dan tidak begitu sulit dibanding menggali sejarah turunnya kitab-kitab suci agama terdahulu.

Dalam hal ini, saya tidak mengajak anda berdebat tentang keyakinan, tetapi mendudukkan wahyu sebagai sumber pengetahuan. Secara historis, kitab suci Al-Qur’an masih bisa diteliti keotentikannya karena sumber-sumber sejarahnya masih banyak tersebar di permukaan bumi. Berdasarkan pendekatan historis, kitab suci Al-Qur’an otentisitas isinya masih bisa diandalkan di banding dengan kitab-kitab suci agama lain.

Dari pengetahun kitab suci Al-Qur’an, diketahui bahwa penciptaan alam semesta berdasarkan hukum-hukum yang tidak pernah mengalami perubahan dari dulu hingga sekarang.  “...sunnatullah yang telah berlaku sejak dahulu, kamu sekali-kali tiada akan menemukan perubahan bagi sunatullah itu”. (Al Fath:23).

Di dalam Al-Qur’an juga dijelaskan bahwa Allah telah mengajarkan kepada Adam nama-nama. Menurut Prof. M. Amin Aziz, penulis buku The Power Of Alfatihah, penjelasan Al-qur’an di atas mengandung arti Allah telah menyimpan di dalam diri manusia pengetahuan tentang sesuatu. Jika dikaitkan dengan pendapat Haruyama, maka benar adanya bahwa di dalam otak manusia khususnya dalam otak reptil (otak nenek moyang) sudah tersimpan pengetahuan yang usianya milyaran tahun yang lalu, yaitu sejak awal penciptaan Adam.

Untuk menggali pengetahuan yang ada dalam otak reptil (otak nenek moyang), Kitab suci Al-Qur’an yang dianggap paling otentik sebagai wahyu Tuhan, dapat dijadikan sebagai sumber pengetahuan, untuk mengembangkan logika-logika kanan yang sedikit berbeda dengan logika-logika kiri dari alam. Seluruh pengetahuan yang terdapat dalam kitab suci bersumber dari Tuhan, adalah keterangan dari Tuhan tentang pengetahuan-pengetahuan yang telah tersimpan dalam otak kanan manusia secara generatif. Tanpa bantuan wahyu manusia tidak dapat mengoptimalkan pengetahuan yang telah dimilikinya.

Kembali kepada contoh permasalahan, “kenapa ditipu akibatnya bisa menguntungkan?” Melalui bantuan pengetahuan dari wahyu, “setiap barang yang lepas dari tangan akan datang kembali dengan sendirinya”.  Bentuk lepasnya barang dari tangan ada yang disengaja (sedekah), ada yang tidak sengaja (hilang), ada yang dipaksa (dirampok), ada yang dirayu (tertipu). Bagaimanapun lepasnya barang dari tangan, semuanya masuk pada ketentuan bahwa barang yang lepas dari tangan akan kembali, bahkan berlipat-lipat.

Jika pengetahuan wahyu (otak kanan) di atas, menjadi pertimbangan dalam berlogika, maka emosi yang dihasilkan adalah ketenangan, harapan, dan keberuntungan. Sependapat dengan Haruyama, emosi seseorang berada di wilayah otak kiri dengan melakukan perhitungan untuk rugi. Hal yang mempengaruhi emosi seseorang adalah olahan pengetahuan yang dimilikinya bukan otaknya.

Haruyama berpendapat semua kebaikan orang, timbul dari wilayah perhitungan kebutuhan akan suka atau tidak suka, senang atau tidak senang. Jika seorang tidak dihargai atau bersikap kontra terhadap orang lain, maka orang itu menjadi tidak baik. Adapun juga meskipun sangat jarang, orang yang meskipun merasa dendam kepada temannya ataupun tidak dihargai, dia masih menunjukkan sikap baik. Orang tersebut termasuk ke dalam jenis orang yang berada di tingkat tinggi (high level).

Oleh karena itu, saya berkesimpulan ketika kita berlogika, dan sumber pengetahuannya dari wahyu (Al-Qur’an), maka kita sedang mengaktifkan otak kanan. Sistem kinerja kedua belah otak tidak saling mengunggulkan, tetapi keduanya otak kiri dan otak kanan saling tukar informasi dan bekerja sama. Belakangan ini, orang-orang kebanyakan fokus pada pengetahuan yang dihasilkan otak kiri, sedangkan pengetahuan yang telah lama dimiliki otak kanan dianggap tidak berguna atau dianggap takhayul (mitos).

Sumber pengetahuan sesungguhnya ada di otak kanan, tetapi untuk mencari kebenaran agar mendapatkan keyakinan, kita butuh kerja sama dengan otak kiri, dengan mencari informasi dari alam untuk mencari kebenaran, keyakinan tentang pengetahuan-pengetahuan yang telah dimiliki oleh otak kanan ribuan tahun yang lalu.

Menggali informasi dari wahyu, bekerjasama dengan pengetahuan otak kiri, sama dengan mengaktifkan kembali otak kanan yang kurang berfungsi, untuk melahirkan manusia-manusia tingkat tinggi seperti para Nabi. Walllahu ‘alam.

Salam sukses dengan logika Tuhan. Follow me @logika_Tuhan.

No comments:

Post a Comment