Dalam sebuah perjalanan menuju
tempat kerja, terjadi diskusi panjang. Teman diskusi kebetulan seorang
pendakwah. Dalam diskusi saya mendapat nasehat dari Beliau, bahwa “untuk
mengajarkan umat kembali taat kepada
Tuhan kita harus berpikir ekstrem”, Ujarnya. Ektremnya adalah kalau biasanya
orang-orang berpikir bahwa shalat untuk urusan akhirat, justru sebaliknya umat
harus kita ajarkan bahwa shalat untuk urusan dunia.
Untuk mendukung pendapatnya teman
saya mengeluarkan penjelasan bahwa di dalam Al-Qur’an, kegiatan shalat selalu
dihubungkan dengan kegiatan keduniawian dan ketika urusan berdagang
(keduniawian), selalu dihubungkan dengan kehidupan akhirat.
Saya berpikir sejenak
memikirkan konstruksi logika tersebut, lalu mengingat dan menghubungkan beberapa konstruksi logika yang
ada dalam ayat Al-Qur’an. Salah satu konstruksi yang terkenal adalah;
“dirikanlah shalat dan tunaikan zakat”. (An Nisaa:77).
Konstruksi logikanya
SHALAT ADALAH PENYEBAB,
ZAKAT ADALAH AKIBAT
MAKA SHALAT DILANJUT
ZAKAT
MENJADI SATU
KONSTRUKSI
LOGIKA SEBAB
AKIBAT
YANG TIDAK
TERPISAHKAN.
Oleh karena itu, sudah menjadi
kewajiban bagi orang-orang shalat wajib berzakat. Analogi logikanya seperti gaya gravitasi, ketika benda dilempar
ke atas pasti jatuh ke bawah, maka ketika orang shalat pasti jatuhnya suka zakat.
Mereka yang bisa berzakat, yang urusan dunianya lancar, dan untuk lancarnya
urusan dunia penyebabnya adalah shalat.
Konstruksi selanjutnya di
jelas, bahwa orang-orang shalat tidak ujug-ujug masuk surga, karena di antara
Shalat dan Surga ada zakat. Konstruksi ini bisa kita lihat di bawah ini;,
"Sesungguhnya Aku beserta kamu, sesungguhnya jika kamu mendirikan SHALAT dan menunaikan ZAKAT serta beriman kepada
rasul-rasul-Ku dan kamu bantu mereka dan kamu pinjamkan kepada Allah pinjaman
yang baik sesungguhnya Aku akan menghapus dosa-dosamu. Dan sesungguhnya kamu
akan Kumasukkan ke dalam SURGA yang
mengalir di dalamnya sungai-sungai. Maka barang siapa yang kafir di antaramu
sesudah itu, sesungguhnya ia telah tersesat dari jalan yang lurus". (Al Ma’idah:12).
Perhatikan SUSUNAN ATAU URUTAN
KONSTRUKSI KONSEP YANG DI CETAK TEBAL dari keterangan Al-Qur’an di atas, “SHALAT---ZAKAT---SURGA”. Mereka
yang shalat tidak langsung dimasukkan surga, sebelum melaksanakan zakat
(melaksanakan urusan dunia dengan baik). Zakat adalah standar prilaku (penebar
kebaikan) yang harus selalu dimiliki seorang muslim dalam bermasyarakat.
Standar prilaku maksimalnya adalah menebar kebaikan di luar zakat seperti
sedekah, infak, wakaf, hibah, waris, dll. Zakat (kebaikan di dunia) menjadi
syarat antara agar orang-orang shalat bisa masuk surga.
Sebaliknya, jika kita
melakukan praktek riba dan perniagaan, ancamannya langsung neraka. PERHATIKAN
URUTAN KATA YANG DI CETAK TEBAL, “Orang-orang
yang makan (mengambil) RIBA tidak
dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan
lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah
disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan
riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.
Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti
(dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum
datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang mengulangi
(mengambil riba), maka ORANG ITU ADALAH
PENGHUNI-PENGHUNI NERAKA; mereka kekal di dalamnya. (Al Baqarah:275).
Dari konstruksi ayat di atas, kita
dipandu berlogika sebagai berikut; “siapa makan RIBA (mengambil urusan dunia dengan cara batil), akibatnya langsung
dapat NERAKA (AKHIRAT). Mari kita simpulkan logika berpikir yang benar
menurut Al-Qur’an.
(AL-MA’IDAH:12)-----SHALAT---ZAKAT (URUSAN DUNIA)---SYURGA
(AKHIRAT)
(AL-BAQARAH:275)--------------- RIBA---(URUSAN DUNIA)----NERAKA (AKHIRAT)
Dari konstruksi logika di
atas, tersusunlah panduan logika berpikir BERURUT menurut keterangan Al-Qur’an
sebagai berikut:
KETIKA SHALAT
BERPIKIRLAH UNTUK URUSAN DUNIA,
SELANJUTNYA KETIKA
BERURUSAN DENGAN DUNIA BERPIKIRLAH UNTUK URUSAN AKHIRAT.
Sependapat dengan teman saya, konstruksi
berpikir diataslah yang sesuai dengan panduan Tuhan. Dengan berpikir di atas
kita akan SELALU SEMANGAT, KHUSYU dalam shalat karena menyakut kesejahteraan
dunia, dan ketika sedang berbuat dalam urusan keduniawian berpikirlah untuk
taat kepada aturan Tuhan karena menyangkut balasan akhirat. Coba lakukan
latihan berpikir seperti konstruksi di atas setiap hari. Kualitas shalat, dan
kualitas hidup anda akan lebih baik. Semoga Allah swt. memberi petunjuk kepada
kita semua. Wallahu ‘alam.
No comments:
Post a Comment