Sunday, August 3, 2014

ALLAH MAHA PEMILIK LOGIKA

Oleh: Muhammad Plato

Seorang teman yang sudah membaca buku saya, berjudul “Hidup Sukses dengan Logika Tuhan”, melalui telepon memberi masukkan. Di antara masukkannya adalah isi buku yang saya tulis sudah baik, namun berdasarkan hasil konsultasi Beliau dengan sarjana lulusan luar negeri bergelar Lc, kita tidak boleh membuat lagi sifat Allah selain dari sifat-sifat yang sudah dijelaskan dalam Al-Qur’an. Alasan lain kata logika, hanya untuk manusia dan kurang pas jika dikaitkan dengan Tuhan.

Saya terima usulan Beliau dan akan memikirkannya terlebih dahulu, sebelum saya mengambil keputusan. Saya masih belum yakin apakah logika hanya untuk manusia, dan tidak boleh dikaitkan dengan Tuhan.
Baiklah apakah benar logika hanya untuk manusia, dan tidak layak untuk Tuhan. Dan apakah logika bukan sifat Tuhan? Mohon izin inilah penjelasan saya.


Dari 20 wajib sifat Tuhan yang ke 13 yaitu qalam (kalam) diartikan berbicara. Saya menemukan kata kalam, ada yang mengartikan bukan berbicara tapi logika. Beliau yang menafsirkan kata kalam dengan arti logika adalah KH. FAHMI BASYA. Beliau orang Sumatera Barat generasi ke enam Syekh Arsyad Al-Banjar Kalampayan. Sebagai seorang dosen dan peneliti, Beliau berhasil memadukan ilmu dan agama, lewat buku-bukunya yang terkenal yaitu Bumi itu Al-Qur’an dan Matematika Islam.

Matematika Islam telah diajarkan di perguruan tinggi, yakni di Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta, dan telah tercatat secara internasional sebagai mata kuliah, karena UIN Jakarta tercatat secara internasional yang ditandatangani di Australia.

Berikut adalah argumentasi Beliau menafsirkan kata kalam dengan arti logika. Sebelumnya sudah saya tulis, bahwa kegagalan kita dalam mengelola bumi ini berangkat dari keterbatasan kita dalam memahami kata kalam.

Kata kalam terdapat dalam surat Al-Alaq ayat ke 4, berbuyi “alladzi ‘allama billqalam”. (Dia Yang memberi tahu (mengajar) dengan perantara kalam). Lalu bagaimanakah cara Tuhan mengajar dengan kalam itu? KH. FAHMI BASYA menafsirkan kata kalam dengan mengambil contoh bagaimana Tuhan mengajarkan (Kabil) seorang anak Adam yang sedang kebingungan ketika hendak memperlakukan mayat saudaranya.

“Kemudian Allah menyuruh seekor burung gagak menggali-gali di bumi untuk memperlihatkan kepadanya (Kabil) bagaimana dia seharusnya menguburkan mayit saudaranya. Berkata Kabil: "Aduhai celaka aku, mengapa aku tidak mampu berbuat seperti burung gagak ini, lalu aku dapat menguburkan mayit saudaraku ini?" Karena itu jadilah dia seorang di antara orang-orang yang menyesal”. (Al Maidah:31).

Apa yang dilakukan burung gagak kemudian ditiru oleh Kabil untuk menguburkan mayat saudaranya. Proses peniruan inilah yang membuat Kabil mengerti (tahu), atau belajar bahwa mayat saudaranya harus dikuburkan. Proses peniruan ini adalah logika (Alqalam).

Dalam peniruan ada proses berpikir sebab akibat. Pada saat Kabil melihat burung gagak, sebelum memutuskan untuk meniru burung gagak, Kabil melakukan pemahaman, pertimbangan, mengunakan pola sebab akibat. Hasilnya, oleh sebab melihat gagak menguburkan mayat, akibatnya saya (Kabil) mengubur mayat saudaranya”.

Dalam keseharian kita juga sering meniru (berlogika). Umat Islam sering berlogika (meniru) prilaku Nabi Muhammad saw. Misalnya; saya harus membalas keburukan dengan kebaikan, kaena Nabi Muhammad saw melakukannya.

Tidak semua meniru dapat menghasilkan kebaikan. Maka dari itu dibutuhkan proses berpikir (berlogika sebab akibat), sebelum kita memutuskan untuk meniru. Maka dari itu Tuhan memberi petunjuk dalam bentuk pengetahuan bagaimana cara berpikir sebab akibat, agar meniru kepada hal-hal baik, untuk kebaikan seluruh alam. Maka Tuhan menurunkan wahyu Al-Qur’an sebagai sumber pengetahuan dan cara berlogika yang diberkahi Tuhan.
 
Segala Puji Bagi Allah, Tuhan Yang Maha Pemilik Logika. Maha Logika adalah sifat Tuhan yang berarti Alqalam sifat wajib ke 13 dari 20 sifat yang wajib diketahui umat manusia. Wallahu ‘alam. 

salam sukses dengan logika Tuhan. Follow me @logika_Tuhan

1 comment: