Saturday, August 16, 2014

SUATU SAAT AKAN SANGAT SULIT MENCARI PENGEMIS?



Ada diskusi menarik, saya lakukan dengan seorang pemilik perguruan tinggi. Karirnya di mulai dari seorang office boy di perguruan tinggi hingga jadi pemilik 15 cabang perguruan tinggi di Indonesia. Kini dia sedang membangun sebuah universitas di luar Jawa, dan membangun kampus empat lantai di Kota Bandung.

Ketika saya dalami, kapan awal kesuksesannya di mulai? Beliau bercerita dengan penuh antusias. Usahanya mengembangkan perguruan tinggi dimulai tahun 2007. Setelah saya korek tentang bagaimana kiat sukses membangun kerajaan perguruan tingginya? Pada tahun 2007 di saat-saat perguruan tinggi yang dikelolanya merugi, dia menggunakan logika Tuhan, bersumber dari Al-Qur’an At-thalaq ayat 7, yang intinya disaat kekurangan disitulah kita harus mengeluarkan apa yang kita miliki di jalan Tuhan.

Logika dari Tuhan ini, Dia lakukan dengan penuh kepastian, bahwa sedekah yang dikeluarkan akan mendapat pengembalian sampai 700 kali lipat bahkan lebih. Pada saat itu Beliau sedekahkan sebidang tanah untuk tempat dibangunnya sebuah masjid. Jika diuangkan tanah tersebut bernilai 70 juta. Setelah mengeluarkan sedekah tanah saat kekurangan, dalam beberapa bulan ke depan jumlah mahasiswa di perguruan tinggi yang dibinanya mengalami peningkatan signifikan. Kampusnya terus berkembang hingga 15 cabang di seluruh Indonesia.

Logika hidup seperti di atas, Beliau terus praktekkan untuk meningkatkan, mengembangkan kerajaan perguruan tingginya. Terakhir Beliau cerita, saat menghadapi lebaran, saldo rekeningnya tidak cukup untuk memenuhi kewajiban membayar THR dan transport pesawat karyawan yang mau pulang ke pulau Jawa. Dengan penuh kepastian, seluruh saldo rekening yang dimilikinya dia sumbangkan untuk yatim piatu, pembangun masjid, dan berbagai kegiatan amal lainnya. Lalu menjelang jatuh tempo pembayaran THR dan kepulangan para karyawan, Beliau cek rekeningnya sudah kembali penuh dan lebih dari cukup untuk membayar THR dan biaya tranport mudik para karyawannya.

Sekarang, dia sedang membutuhkan uang banyak sekali untuk membangun universitasnya di luar Jawa. Maka untuk mewujudkan cita-citanya, Beliau bertransaski dengan Tuhan dengan merenovasi masjid di kampungnya yang sudah bertahun-tahun tidak mengalami perubahan. Kini Beliau sedang membangun Masjid di kampungnya persis seperti salah satu masjid yang ada di rest area tol Cipularang. Ketika saya lihat, photo masjid yang sedang dibangunnya, masjid dengan desain seperti itu saya taksir akan menghabiskan uang miliaran rupiah.

Ketika saya tanya mengapa melakukan itu? Beliau menjawab, kampus yang dibangunnya memerlukan biaya besar, maka pengungkit rezekinya pun harus besar. Luar biasa! Ternyata Beliau adalah master of god logic.

Lalu saya bertanya, “apakah diantara kawan-kawan Beliau sebagai pengusaha, muslim maupun non muslim melakukan hal yang sama?”  Beliau menjawab, “sama!” Bahkan orang-orang non muslim sudah meyakini bahwa hukum menerima lebih banyak dengan lebih dahulu memberi, adalah hukum alam. 

Kata Beliau, hukum alam ini sudah lumrah dan banyak dilakukan oleh para pengusaha di seluruh negara di dunia, tanpa melihat etnis, bangsa, dan agama. Semua orang, para pengusaha, telah yakin bahwa untuk meningkatkan kekayaan yang dimilikinya, mereka harus mengeluarkan kekayaan yang dimilikinya dalam jumlah banyak. Program charity, CSR, melalui foundation, dikeluarkan oleh pengusaha-pengusaha kaliber dunia, dengan keyakinan bahwa semakin banyak pengeluaran maka perusahaannya akan semakin berkembang berlipat-lipat. 

Khusus yang beragama Islam, seharusnya mereka menjadi orang-orang yang paling banyak memberi, karena printahnya sangat jelas ada dalam kitab suci Al-Qur'an. Bagi non muslim, dan ilmuwan Barat, hukum memberi lalu menerima adalah hukum alam, tetapi bagi seorang muslim itulah ketentuan Tuhan. Dan bagi seorang muslim memberi menjadi sebuah kewajiban ibadah kepada Tuhan.

Dari hasil diskusi ini saya mengambil sebuah penalaran bahwa suatu saat logika orang-orang dalam mengumpulkan harta kekayaan akan mengalami perubahan. Semula mengumpulkan kekayaan dengan mengambil dan mengumpulkan sebanyak-banyaknya, dengan menjadi peminta-minta, dan kikir,  akan berubah dengan menjadi dermawan, mengeluarkan harta sebanyak-banyaknya agar hartanya bertambah banyak. Karena pola berpikir ini akan menjadi pola pikir mainstream seluruh lapisan masyarakat, maka sangat logis jika suatu saat, akan sangat sulit mencari orang-orang yang mau menerima pemberian. Semua orang akan beramai-ramai memberi, karena yakin dan pasti dengan cara demikianlah harta dan kesejahteraannya akan bertambah lebih banyak lagi.

Jika logika masyarakat sudah terjadi demikian, maka ramalan Nabi Muhammad saw yang diungkapkannya dalam sebuah hadis, sangat logis dan akan benar-benar terjadi.

Haritsah bin Wahab (al-Khuza'i 2/116) berkata, "Saya mendengar Nabi bersabda, 'Bersedekahlah! Sesungguhnya akan datang atasmu suatu masa ketika seseorang berjalan membawa sedekahnya lalu ia tidak menjumpai orang yang mau menerimanya. Seseorang berkata, 'Seandainya kamu membawanya kemarin, niscaya saya terima. Adapun hari ini maka saya tidak membutuhkannya.' (Shahih Bukhari)

Abu Musa r.a mengatakan bahwa Nabi saw bersabda, "Sungguh akan datang kepada manusia suatu masa yang mana seseorang berkeliling-keliling dengan (membawa) sedekah emasnya. Kemudian ia tidak mendapati seseorang yang mau mengambilnya. Tampaklah (pada masa itu) seorang laki-laki diikuti oleh 40 orang wanita, yang mereka bersenang-senang dengan laki-laki itu, karena sedikitnya jumlah kaum laki-laki dan banyaknya kaum wanita." (Shahih Bukhari)

Sekalian umat manusia, apakah kamu tidak berpikir? Apa yang dikemukakan Nabi Muhammad saw, bersumber dari logika Tuhan. Shalawat dan salam sejahtera untuk Nabi Muhammad saw sang maha guru logika Tuhan.

Salam Sukses dengan Logika Tuhan. Follow me @logika_Tuhan.

No comments:

Post a Comment