Thursday, August 20, 2015

RUMUS BANGSA MAJU DARI AL-KAHFI



Dunia sedang mengalami krisis, karena sedang menuju tatanan dunia baru yaitu globalisasi. Di era global segalanya menjadi terhubung dan terbuka karena kemajuan teknologi informasi. Dalam situasi ini masyarakat terus mencari bentuk ekonomi apa yang harus dikuasai yang sesuai dengan tataan era global. 

Dalam konsep perubahan, terjadinya krisis adalah hal biasa, dan pasti dialami oleh masyarakat. Krisis adalah langkah yang harus dilalui masyarakat untuk menuju masyarakat ideal seperti yang dicitacitakan negara yaitu terwujudnya masyarakat sejahtera adil dan makmur.

Situasi krisis digambarkan persis seperti orang yang baru bangun dari tidur. Pada saat bangun terasa bingung tidak tahu waktu, kapan, di mana dan apa yang harus dikerjakan. Sesaat harus merenung untuk mengembalikan kesadaran. 

Kondisi Indonesia saat ini persis seperti orang baru bangun. Banyak yang tidak sadar apa yang terjadi sebenanrnya. Banyak yang tidak sadar, ekonomi apa yang harus dikembangkan untuk mewujudkan kesejahteraan negara.

MENGUASAI ILMU PERBANKAN

Menyimak berita dari salah satu ayat dalam surat Al-Kahfi, Maka suruhlah salah seorang di antara kamu pergi ke kota dengan membawa UANG PERAKMU ini, (Al Kahfi:19)”.

Diceritakan setelah para pemuda tertidur selama 309 tahun, saat terbangun mereka tidak sadar ada di mana dan kapan. Lalu Tuhan menyuruh seorang pemuda diantara mereka untuk mencari tahu tentang uang perak yang dimilikinya. Tidak semata-mata Tuhan menyuruh pemuda itu mencari tahu tentang uang peraknya, kecuali ada rahasia yang harus kita ungkap.

Kondisi bangsa Indonesia saat ini persis seperti orang bangun tidur. Kita sedang bingung harus dari mana memulai agar bisa mengejar ketertinggalan dari bangsa-bangsa maju. Mengikuti petunjuk Tuhan kepada pemuda di dalam gua,  kita harus meneliti, mengembangkan, dan menguasai ilmu keuaangan.

Sejak dulu, nilai mata uang dolar Amerika selalu menjadi ukuran perkembangan ekonomi sebuah negara. Angka kemiskinan, harga minyak dunia, ongkos naik haji, selalu diukur dengan dolar. Mata uang rupiah selalu dinilai melemah terhadap nilai tukar dolar, dan ini menjadi tanda kondisi ekonomi Indonesia perlu pembenahan.

Mengapa dolar Amerika selalu menjadi acuan ekonomi dunia, jawabannya bukan karena sepenuhnya ekonomi Amerika baik. Amerika sangat konsen dan memahami ilmu keuangan. Dalam ilmu keuangan berlaku persepsi. Angka-angka dalam keuangan pada dasarnya adalah persepsi. Angka-angka ini kemudian dijadikan gambaran bahwa negara ini kaya atau miskin. Amerika selalu berhasil membuat persepsi orang bahwa dolar adalah mata uang yang nilainya stabil.
Potensi keuangan bangsa Indonesia, jika dikelola dengan baik tidak diragukan bisa mensejahterakan berapa pun jumlah penduduk Indonesia. Masalah Indonesia bukan di berapa jumlah uangnya, tetapi masalahnya seberapa cerdas mengelola uang. Tingginya angka penyimpangan dalam hal keuangan adalah bukti bahwa kegagalan bangsa Indonesia adalah lemah dalam mengelola keuangan.

Potensi zakat dan sedekah saja yang dikeluarkan oleh kaum muslimin di Indonesia, bisa mencapai ratusan triliiun. Jika ini tiap tahun dikeluarkan dan dikelola dengan baik, setiap tahun akan ada pembangunan bendungan, kapal perang dan biaya sekolah gratis buat kaum miskin.

Jika saja infak harian, mingguan, yang ada di masjid-masjid dikelola dengan baik, masjid-masjid dapat menjadi basis ekonomi kerakayatan. Jika ada 1.000.000 masjid, setiap masjid menghasilkan dana infak harian Rp. 1.000.000,- per bulan, maka setiap bulan ada dana Rp. 1000.000.000.000.- (satu triliyun). Dana infak masjid ini jika dikumpulkan bisa membiaya pembangunan dua sampai tiga kabupaten.

Munculnya ide pengembangan perbankan syariah adalah pembenaran logis bahwa bangsa Indonesia yang pendudukya kurang lebih 250 juta harusnya bisa menguasai ekonomi dunia jika memiliki kemampuan mengelola keuangan dengan baik.

Contoh sukses pengelolaan keuangan adalah pengelola salah satu biro jasa travel umroh dan haji terbesar di Indonesia dengan sistem multilevel syariah, mereka berhasil memberangkatkan ribuan jamaah umroh per bulan dengan sistem manajemen keuangan yang mereka ciptakan. Inilah kreativitas pengelolaan keuangan syariah yang harus terus diciptakan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Muhammad Yunus pemenang Nobel tahun 2006 di bidang ekonomi dari Bangladesh, bisa mendirikan bangunan 14 lantai dengan uang receh dari nasabah orang-orang miskin. Arisan ibu-ibu Rp. 1000 rupiah per hari, dalam setahun bisa terkumpul uang satu milyar. 

INDUSTRI MAKANAN

Selain ilmu keuangan, bangsa Indonesia harus mulai konsentrasi mengembangkan industri-insdutri makanan. Berbisnis dalam bidang makanan tidak akan ada matinya. Selama manusia hidup dia pasti membutuhkan makanan.

Potensi makanan di Indonesia sangat beraneka ragam. Hampir setiap suku bangsa memiliki ciri khas makanan. Berbagai ciri khas makanan jika dikelola melalui industri modern, kita tidak akan kehabisan stok jenis-jenis makanan untuk terus dipasarkan ke seluruh dunia.

Suksesnya Amerika menjadi bangsa besar, tidak lepas dari ekspansi industri makanan mereka ke seluruh dunia. Selain menyebarkan industri makanan mereka sendiri, mereka juga menjadikan makanan-makanan lokal ke dalam bagian industri makanan mereka. Sebagai contoh, tempe dan beras yang kita makan setiap hari tidak lepas dari sistem perbankan dan perdagangan makanan yang mereka kuasai. Kita yang makan tempe dan beras, mereka yang mendapatkan keuntungan banyak dari perdagangannya.

Ketika harga tomat 100 rupiah per kilo, maka petani membiarkan buah tomat matang dan membusuk. Ketidakpandaian pengelolaan dan pengembangan industri makanan, tomat yang mereka tanam berbulan-bulan setelah panen dibuang karena tidak berharga. Padahal jika punya alat produksi dan sistem perdagangan, tidak akan ada makanan yang mubazir terbuang. Murah di daerah tertentu belum tentu murah di tempat lain. Murah di pasar tradisional belum tentu murah di pasar modern. Murah dengan kemasan seadanya, belum tentu murah dengan kemasan elegan. Murah dengan menjual ke pasar, belum tentu murah jika menjual di tempat-tempat wisata.

Label halal yang jadi syarat makanan untuk bisa dimakan, bisa menjadi potensi ekonomi. Selain dari produksi dan perdagangan makannya, labeling halal bisa menjadi industri tersendiri dan harus dikuasai negara untuk kepentingan masyarakat.    

Diperintah Tuhan atau tidak, manusia itu harus berpikir, karena berpikir adalah naluri dasar manusia. Berpikirlah bahwa industri uang dan makanan adalah dua hal yang harus dikuasai untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Wallahu ‘alam.

(Muhammad Plato, Penulis Buku Hidup Sukses Dengan Logika Tuhan, Follow me @logika_Tuhan)

No comments:

Post a Comment