Sunday, November 20, 2022

BEDAH AKAL ORANG BERAGAMA

OLEH: MUHAMMAD PLATO

Belum tentu orang beragama, isi akalnya beragama. Dalam sebuah riwayat mengatakan, Nabi Muhammad memerintahkan untuk memeriksa akalnya, ketika para sahabat membicarakan orang-orang saleh hanya melihat dari aktivitas fisik. Ada indikasi bahwa aktivitas fisik bisa jadi tidak merepresentasikan dari aktivitas akalnya. 

Nilai dari sebuah aktivitas adalah tujuannya. Aktivitas akal bisa terbagi menjadi dua tujuan. Ada aktivitas akal untuk tujuan fisik, material, dunia, dan ada juga aktivitas akal untuk tujuan ketaatan pada Tuhan Yang Maha Esa. Hal inilah yang mendasari Nabi Muhammad memerintahkan memeriksa akal orang, sekalipun aktivitas fisiknya sudah memperlihatkan prilaku-prilaku baik. 

Tujuan akal dalam beraktivitas diketahui sangat personal. Allah mengadili isi tujuan dari akal setiap orang, bukan aktivitas fisiknya. Sangat mungkin terjadi ada orang beraktivitas fisik menebar kebaikan untuk sesama manusia, tetapi akalnya tidak bertujuan atas dasar taat pada Tuhan. Dapat disimpulkan prilaku ini dimiliki oleh orang-orang yang tidak percaya Tuhan. Masuk akal jika kelak di hadapan Tuhan, orang-orang ini tidak mendapat kebaikan atas apa-apa yang dikerjakannya.

Memeriksa tujuan sebagai aktivitas akal tidak dapat dinilai langsung oleh orang lain. Memeriksa tujuan akal dalam beraktivitas adalah aktivitas refleksi diri tiap orang. Orang yang taat pada Tuhan, akan selalu menjaga tujuan aktivitas akalnya sebagai wujud ketaatan pada Tuhan. Tujuan akal dalam beraktivitas berdasarkan isi pengetahuan yang ada dalam akalnya. 

Al Quran sebagai kitab pengetahuan, berisi pengetahuan dari Allah tentang petunjuk-petunjuk. Isi Al Quran berupa pengetahuan tertulis yang mengandung konsep berupa, subjek, objek, predikat, keterangan, masa lalu, masa depan, perintah dan larangan, yang jika dibaca akan mengisi akal seseorang. Semua karakter manusia sudah tertulis di dalam Al Quran. Kadang terjadi pergeseran, otak orang beragama bukan lagi berisi pengetahuan hasil analisis dari Al Quran, tapi berisi pengetahuan Al Quran yang bermuatan kepentingan seseorang, keturunan, kelompok, kekuasaan, dan sebagainya. 

Hemat penulis, pengajaran agama adalah membebaskan manusia dari segala keterikatan terhadap selain Allah. Orang beragama terbebas dari kepentingan seseorang, keturunan, kelompok, dan apapun yang dapat menyimpangkan ketergantungan, kecuali kepada Allah. Kebersamaan hanya terjadi karena sama-sama taat kepada Allah yang hanya diketahui antara pribadinya dengan Allah. Ketaatannya kepada Allah senantiasa berusaha hidup dalam harmoni kemanusiaan yang tidak saling menghujat, mencela, dan menjatuhkan. 

Akal orang beragama berisi kemerdekaan karena sangat tergantung pada Allah. Jika orang-orang beragama berpecah belah, saling menghujat, saling mengkafirkan, dan menjadi biang kerok permusuhan, bisa jadi isi akalnya bukan berisi ketaatan kepada Allah, tapi kepada manusia atau kelompoknya. 

Kemudian mereka (pengikut-pengikut rasul itu) menjadikan agama mereka terpecah belah menjadi beberapa pecahan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada sisi mereka". (Al Mukminun, 23:53). 

"Sesungguhnya Fir'aun telah berbuat sewenang-wenang di muka bumi dan menjadikan penduduknya berpecah belah, dengan menindas segolongan dari mereka, menyembelih anak laki-laki mereka dan membiarkan hidup anak-anak perempuan mereka. Sesungguhnya Fir'aun termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan." (Al Qashash, 28:4). 

Fir'aun adalah orang-orang. Mereka menghidupkan perempuan melebihi kodratnya sebagai perempuan. Mereka menjungkirbalikkan kodrat manusia hingga manusia terjerumus pada jurang kebinasaan. Fir'aun adalah karakter manusia yang isi akalnya dipenuhi dengan pengetahuan hasil dari pemikiran sekehendaknya. Mereka tidak memiliki akal yang punya ketundukkan kepada pengetahuan-pengetahuan yang diberikan Tuhan.***


No comments:

Post a Comment